General

Kalau Masyarakat Malas Cari Informasi soal Caleg…

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Masyarakat Indonesia seringkali masih abai terhadap calon-calon wakil mereka yang bakal bertarung di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019. Jangankan sekedar tau rekam jejak para caleg yang mewakili mereka di daerah pemilihan (dapil) masing-masing, mengetahui nama lengkap saja menjadi sesuatu yang langka. Lalu, apa dampaknya jika masyarakat masih malas mencari tau informasi soal caleg mereka?

Alasan Masyarakat Malas Mencari Tau soal Caleg Mereka

Direktur Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, mengatakan saat ini masyarakat cenderung lebih tertarik dengan isu pilpres daripada isu pileg. Apalagi saat ini masyarakat memang lebih sering dan intens membicarakan soal capres-cawapres Hal itu pun berdampak pada masyarakat yang akhirnya kurang memperhatikan rekam jejak para calon legislatif.

“Dengan kompleksitas banyaknya jumlah partai, banyaknya caleg, tenggelamnya euforia pileg bareng pilpres, kecenderungan pemilih akan melihat (caleg) yang sudah kenal saja,” kata Yunarto dalam diskusi bertajuk ‘Kenali Rekam Jejak Calegmu’ yang digelar Indonesia Corruption Watch (ICW) di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu, 24 Februari 2019.

Baca Juga: Ada Tambahan 32 Caleg Eks Napi dan Pentingnya Jadi Pemilih Cerdas

Menurut Yunarto, faktor lain yang membuat masyarakat semakin malas mencari informasi mengenai rekam jejak para caleg yang mewakili dapil mereka adalah rendahnya budaya literasi yang ada saat ini. Meski sudah didukung teknologi di era digital sehingga banyak kemudahan dalam mencari informasi, namun hal itu juga tak berpengaruh banyak, lantaran masyarakat tetap saja malas mencari tau informasi secara menyeluruh.

“Karena masyarakat kita malas dalam mencari, termasuk dalam sisi yang sifatnya serius. Misalnya mereka mau mencari tahu caleg atau capres dengan segala rekam jejak, itu mereka akan mencari di hastag Instagram atau twitter, bukan di website-website,” ucap Yunarto.

Tak hanya itu saja, Yunarto mengatakan faktor lain yang membuat tingginya ketidaktahuan masyarakat terhadap caleg mereka adalah adanya anggapan bahwa kinerja DPR itu buruk. Kondisi itu lah yang membuat masyarakat menjadi malas untuk membaca apa saja yang terkait dengan DPR, termasuk caleg-caleg yang ada saat ini. “Sehingga keinginan dan euforia orang soal pileg cenderung minim. Kedua, fungsi partai dalam melakukan politik sangat buruk,” ujarnya.

Melihat kondisi miris seperti itu, Yunarto pun meminta kepada masyarakat agar lebih peduli dan memperhatikan rekam jejak para caleg. Selain itu, ia juga berharap kepada KPU sebagai penyelenggara pemilu, agar bisa memberikan informasi yang lebih terbuka pada rekam jejak caleg.  “Bukan sekadar buat mengajak memilih, ayo memilih golput harus turun. Tapi bagaimana kanal dimanfaatkan supaya mereka (pemilih) bisa membuka rekam jejak caleg,” kata Yunarto.

Baca Juga: Beda Pilihan Capres, Apa Sulitnya Saling Menghargai?

Muncul Anggota Dewan Tak Kompeten

Tentu, selain apa yang disampaikan Yunarto, masih ada hal-hal lain yang membuat masyarakat jadi ‘buta’ dengan kapasitas serta rekam jejak caleg yang mewakili dapil mereka. Apalagi, jumlah calon yang terlalu banyak membuat masyarakat semakin bingung. Ditambah lagi, banyak wajah baru yang maju sebagai caleg.

Misalnya saja sebagai contoh dari sebuah daerah pemilihan, dari caleg yang berjumlah banyak tersebut, terdapat 10 kursi yang diperebutkan dan ada 20 partai yang tampil sebagai peserta pemilu. Itu artinya bakal ada total 200 caleg yang ikut bertarung. Jumlah caleg yang melimpah itu lah yang membuat masyarakat semakin sulit mencari latar belakang para caleg satu per satu, hingga pada akhirnya membuat mereka malas mencari tau.

Belum lagi dari banyaknya caleg yang ikut bertarung di pemilu itu, ada beberapa caleg di antaranya yang kurang kompeten dan kapasitasnya tak bisa diandalkan untuk duduk di kursi parlemen. Sehingga keberadaan mereka lepas dari pengamatan masyarakat. Lalu, caleg-caleg yang kurang kompeten itu pun berpeluang terpilih sehingga menjadi wakil rakyat yang sulit diandalkan.

Membuka Peluang Caleg Eks Koruptor Terpilih

Tak hanya itu saja, jika masyarakat masih malas mencari tau informasi seputar caleg yang ada di dapil mereka, siap-siap saja mereka diwakili oleh caleg-caleg yang pernah tersangkut masalah korupsi. Ya, saat ini sudah ada sederet caleg eks koruptor yang diumumkan KPU dan ikut dalam pertarungan Pileg 2019.

Pengumuman KPU soal daftar caleg eks koruptor beberapa waktu lalu, dimaksudkan agar masyarakat bisa dengan cerdas dalam memilih wakil mereka masing-masing di parlemen. Sehingga masyarakat diminta tak memilih caleg yang sebelumnya pernah tersangkut masalah korupsi.

Baca Juga: Kenapa Eks Koruptor Masih Diusung Jadi Caleg?

Bayangkan saja, akan ada berapa banyak eks koruptor yang kembali masuk ke parlemen jika masyarakatnya sendiri malas dan enggan membaca serta mencari informasi lebih banyak soal caleg mereka? Selama 5 tahun, masyarakat yang malas mencari tau itu berpeluang diwakili oleh wakil rakyat yang berjiwa koruptor.

Sayangnya, terkadang masyarakat sendiri lah yang masih kerap memilih caleg bermasalah. Hal itu tak lepas karena mereka kerap menjadi korban politik uang. Dengan begitu, masyarakat pun akan lebih pragmatis dan praktis dalam memilih.

Maka dari itu, penting sekali lagi memberikan edukasi politik bagi masyarakat jelang Pemilu 2019. Hal itu bisa dilakukan lewat kampanye. Selain itu bisa juga dilakukan lewat media sosial.

Share: Kalau Masyarakat Malas Cari Informasi soal Caleg…