General

Beda Pilihan Capres, Apa Sulitnya Saling Menghargai?

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Tensi panas politik jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 tak sedikitpun berkurang, yang ada justru terus meningkat. Tak hanya di kehidupan nyata, di jagat media sosial, soal pilpres ini, tak ada hari tanpa ‘berperang’. Bukankah seharusnya kita saling menghargai meski pilihan politik tak sama?

Hari-hari menuju pencoblosan di Pilpres 2019 memang sudah tak lama lagi, sekitar satu bulan setengah. Kedua kubu baik Joko Widodo maupun Prabowo Subianto, sibuk mempersiapkan diri, merebut hati rakyat, memasang strategi pemenangan. Begitu pula dengan para pendukungnya yang tak mau kalah. Loyalitas dan fanatisme buta tak jarang dijumpai dari kedua kubu pendukung.

Sangat gampang kita jumpai kata-kata bernada nyinyir, cacian, rasis, bahkan merendahkan, di media sosial, jika yang dibahas adalah seputar capres dan pilpres. Semua pecah, tak ada yang sepaham. Yang ada hanya ego dan kengototan untuk mempertahankan kebenaran pendapat masing-masing, bahwa pendapat mereka lah yang paling benar dan tak bisa diganggu gugat.

“Capres pilihan gue udah paling oke dan ideal, capres pilihan lo enggak jelas.”

“Gue enggak suka sama capres A, makanya gue pilih capres B.”

“Eh, kalau lo pilih capres B, negara kita akan hancur. Pilihan yang tepat ya capres A dong.”

Baca Juga: Perbedaan-Persamaan Kedua Capres di Debat Jilid 1 dan 2

Sudah pernah kah kalian menemukan kalimat-kalimat serupa di atas dalam kehidupan sehari-hari saat ini atau di jagat media sosial? Kalau sudah berarti kalian memang tinggal di Indonesia. Jika belum ya tinggal tunggu waktu saja pasti akan segera menjumpai itu.

Demokrasi Menjamin Kebebasan

Sebagian besar masyarakat tentu merasa sangat bangga dan beruntung bisa hidup dan tinggal di Indonesia, salah satu negara dengan tingkat demokrasi terbesar di dunia. Bangga dengan kekayaan alamnya, bangga dengan beragam suku, ras, dan bahasa, serta bangga dengan berlimpahnya warisan budaya.

Sudah tau hidup di salah satu negara demokrasi terbesar di dunia, itu artinya ada kebebasan yang dijamin konstitusi, termasuk untuk urusan pilihan politik. Sudah tau tinggal di negara dengan beragam suku, agama, ras, bahasa, dan budaya, tentu perbedaan jadi pemandangan hidup sehari-hari. Lalu, kenapa harus ribut karena berbeda?

Bukan kah sejak lahir semua manusia dan masyarakat Indonesia sudah beda? Kenapa harus menyalahkan pilihan politik orang lain yang berbeda dengan kita? Apa semua orang harus sepakat dengan pilihan politik kita?

Ajang Pilpres 2019 nanti sangat jelas dimaksudkan untuk mencari sosok pemimpin atau kepala negara yang jujur dan bertanggung jawab bisa membawa Indonesia ke dalam masa depan cerah. Jika kalian suka dan bakal memilih Jokowi, ya silahkan coblos Jokowi, jika suka dan memilih Prabowo, silahkan juga coblos Prabowo. Penting kah merecoki pilihan politik orang lain? Enggak!

Dari pada menghabiskan energi berkoar-koar kanan kiri, nyinyir, teriak-teriak, debat, dan saling menghujat terkait pilihan politik, bukan kah lebih baik untuk mendoakan saja capres masing-masing agar selalu diberikan kesehatan dan bisa dengan lancar menjalani Pilpres 2019 nanti? Memilih bukan berarti ribut.

Baca Juga: Ada Tambahan 32 Caleg Eks Napi dan Pentingnya Jadi Pemilih Cerdas

Di negara demokrasi itu kan kita sebagai warga negara yang baik dijamin hak dan kebebasannya oleh konstitusi. Setiap warga negara Indonesia, itu memiliki hak untuk berpendapat, bersuara, mengkritisi kinerja pemerintah, asal tau batasan-batasannya. Yang perlu diingat adalah di atas hak kalian, ada hak-hak orang lain juga yang harus dihormati.

Apalagi Indonesia punya Pancasila yang selalu dijunjung tinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila juga menjamin kebebasan setiap individu untuk berekspresi dan menyampaikan pendapat, namun harus tetap dilakukan secara santun dan tidak melanggar hak orang lain.

Stop Provokasi, Mari Memilih

Pada Jumat, 22 Februari 2019 kemarin, salah satu publik figur yakni Deddy Mahendra Desta alias Desta Club Eigthies, lewat Instagram pribadinya, mengunggah foto dirinya dengan Jokowi. Lantas, ia menulis keterangan foto yang menyejukkan. “Hargai lah pilihan saya, seperti saya menghargai pilihan Anda.”

Ada kah yang salah dari keterangan foto Desta itu? Enggak ada. Yang salah hanya komentar-komentar warganet yang tajam dan pedas di kolom komentar. Masih banyak yang menyudutkan Desta, menyalahkan pilihan politiknya, bahkan ada yang mendebat.

Tak cuma Desta, begitu pula dengan publik figur lainnya yakni Fauzi Baadilla, yang jelas mendukung Prabowo lantaran juga berstatus caleg dari Partai Gerindra. Nyaris di setiap postingan Fauzi, selalu ada dukungan untuk Prabowo. Lalu, salah kah? Enggak. Yang salah sekali lagi hanya cibiran warganet di kolom komentar yang menyalahkan pilihan politik Fauzi.

Baik Desta dan Fauzi sudah menyatakan dengan terang dan jelas soal pilihan politiknya masing-masing. Hal itu wajar karena keduanya punya hak dan kebebasan yang dijamin negara untuk menentukan pilihan capres mereka. Kenapa masih ada yang panas dan kebakaran jenggot dengan pilihan mereka?

Rasanya sudah tak terhitung lagi berapa banyak orang yang mengaku lelah tinggal dan hidup di republik ini karena masih banyak yang hobi provokasi bahkan persekusi. Entah kapan negara ini maju, apalagi berharap untuk terbang ke bulan, jika saja masih banyak yang jalan di tempat, berkutat membahas hal yang itu-itu saja, dan malah berpotensi memecah belah.

Tentu juga banyak yang sudah lelah dengan seliwerannya berita, informasi, dan kabar hoax jelang Pilpres 2019. Memang tak dipungkiri, tahun politik ini memang sudah menciptakan berbagai macam kepentingan. Baik itu kepentingan yang sifatnya positif ataupun negatif, yang terlihat dan tak terlihat. Karena itulah jadilah pemilih yang cerdas dan tidak mudah terprovokasi.

Baca Juga: Apa yang Perlu Diperbaiki Bawaslu untuk Debat Ketiga?

Sekali lagi, dalam demokrasi, perbedaan pilihan capres memang tidak bisa dihindari. Maka dari itu, pentingnya untuk saling menghargai dan menghormati pilihan masing-masing adalah hal yang harus dijunjung tinggi. Jangan sampai hanya karena perbedaan aspirasi dan pilihan, segala hal yang berbau persatuan justru jadi korban.

Apalagi, demokrasi dan pemilu bukanlah tujuan, melainkan sistem dan sarana untuk memilih pemimpin yang terbaik bagi negeri ini. Sebagai saudara sebangsa, semestinya perbedaan pilihan politik tak perlu dipermasalahkan. Hormati dan hargai lah pilihan politik orang lain, maka pilihan politik kita pun akan dihormati.

Rambut boleh sama hitam, tapi soal isi kepala dan pemikiran itu sudah pasti berbeda dan harus diterima. Jadi amat sangat wajar jika setiap orang memiliki pilihan politik yang tentu berbeda pula dengan alasannya masing-masing. Biarkan semuanya bebas memilih tanpa tekanan, dan dengan tanggung jawab atas pilihannya masing-masing.

Ada benarnya juga kan kalau kalian sakit keras, yang bakal membantu kalian pasti tetangga dan kerabat terdekat, bukan presiden. Jadi buat apa menyalahkan dan mengharamkan pilihan politik tetangga kalian, jika saat kondisi terpuruk, kalian masih membutuhkan mereka?

Ramadhan adalah penulis tetap Asumsi.

Share: Beda Pilihan Capres, Apa Sulitnya Saling Menghargai?