Isu Terkini

Sudah Audiensi ke Rektorat UGM, Biaya Kuliah Belum Dipotong

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Biaya perkuliahan di kampus Universitas Gadjah Mada tetap normal dan belum ada pemotongan meski sudah ada audiensi antara Aliansi Mahasiswa Pascasarjana (Asmara) dengan pihak rektorat. Selain menyayangkan perkembangan itu, Asmara juga menyesalkan tindakan sepihak Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa) yang mengeluarkan beberapa partisipan forum saat audiensi online.

Perwakilan Asmara, Ramaditya, mengatakan bahwa sudah dua kali audiensi ke pihak kampus, tapi hasilnya nihil. Menurut Ramaditya, audiensi pertama berlangsung tanggal 19 Mei lalu. Sayangnya, hasil kajian dan tuntutan yang disampaikan pihak Ramaditya pada saat audiensi tersebut tidak digubris.

“Kemudian rektorat akhirnya mengeluarkan SK terkait UKT itu tanpa mengakomodir kajian dan tuntutan yang kami sampaikan pada saat audiensi pertama. Sedangkan audiensi kedua itu pada 7 Juli kemarin dan kembali belum ada kepastian soal penurunan biaya kuliah,” kata Ramaditya saat dihubungi Asumsi.co, Rabu (8/7).

Audiensi Asmara dengan Ditmawa setidaknya menghasilkan lima poin.

Pertama, pihak fakultas belum diperbolehkan untuk mengunci persentase minimal pemotongan UKT. Kedua, Ditmawa meminta Himpunan Mahasiswa Pascasarjana (HMP) untuk melakukan advokasi UKT di tingkat fakultas. Ketiga, Ditmawa menjamin jika persyaratan lengkap, mahasiswa bisa mendapat keringanan UKT.

Keempat, Ditmawa akan mengadakan pelatihan kepada tenaga pengajar untuk meningkatkan kapabiltas dengan sistem KBM. Poin terakhir, Ditmawa berkomitmen untuk menghubungkan beberapa tuntutan Aliansi kepada Rektorat untuk pengambilan keputusan strategis.

Kata Ramaditya, faktanya, berdasarkan audiensi di Fakultas Hukum, persentase pemotongan UKT sudah dikunci sebesar 10-20 persen. Faktanya juga, HMP belum melakukan advokasi di tingkat fakultas sampai pada tanggal berjalannya SE tentang skema pembayaran UKT diberlakukan.

Baca Juga: Mahasiswa UGM Menuntut Pemotongan UKT: Tuntutan dan Hasil Kajian Tidak Digubris

“HMP juga tidak cukup akomodatif dalam pelaksanaan Audiensi II dengan pihak Ditmawa. Lalu, jaminan keringanan UKT dengan persyaratan tidak menjawab tuntutan aliansi tentang pemotongan UKT tanpa syarat,” ujarnya.

Sementara terkait pengadaan pelatihan tenaga pengajar, Ramaditya menegaskan bahwa pihaknya akan menunggu untuk realisasinya yakni pelatihan berupa standardisasi yang bisa diakses oleh publik.

Tindakan Sepihak Ditmawa Mengeluarkan Peserta Audiensi Daring

Ditmawa “mengusir” sejumlah peserta audiensi, termasuk Ramaditya.

“Saya join di room meeting pakai akun saya yang sudah didaftarkan. Saat sudah di dalam ikut live, nah terus berjalanlah kira-kira audiensinya itu selama 15-20 menit, masih ngomong basa-basi gitu doang, masih belum penyampaian aspirasi dan tuntutan dari Asmara,” kata Ramaditya.

Namun, ketika perwakilan mahasiswa mulai menyampaikan kajian dan tuntutan, tiba-tiba akun Ramaditya dikeluarkan atau di-kick dari forum.

“Saya nggak tahu kenapa kemudian tiba-tiba kami dikeluarkan. Memang pas lagi live itu, perwakilan Ditmawa-nya bilang bahwa ini adalah pertemuan terbatas, jadi nggak boleh ada live dan ini tertutup untuk yang sudah ditentukan saja.”

Baca Juga: Mahasiswa S2 UI Tuntut Pengurangan Biaya Kuliah saat Pandemi COVID-19

Ramaditya pun heran. Meski masih ada rekan-rekannya yang ikut audiensi, yang dikeluarkan dari room tersebut juga cukup banyak.

“Audiensinya ini semula dua hari yang lalu disepakati mahasiswa yang bikin room, yang moderatorin mahasiswa. Tapi, tiba-tiba jam 10.00 pagi sebelum audiensi, Ditmawa secara sepihak bilang room-nya ini biar Ditmawa aja yang pegang terus dibatasin pertemuannya.”

Padahal, lanjut Ramaditya, semua ketentuannya terbuka boleh siapa saja yang masuk perwakilan aliansi, karena mereka yang bikin roomnya. Namun, tiba-tiba pihak Ditmawa yang ambil alih dan pihak Asmara pun akhirnya menurut.

“Ya udah, biarin room mereka yang bikin. Tapi yang bikin kita kesel adalah kita dibatasin jadi 15 orang. Nah, akhirnya bikinlah kan kita sebelum dibatasin jadi 15 orang itu kita udah bikin list email kita yang pada mau ikut masuk kan, itu ada sekitar 35 orang.”

“Tapi ternyata dari pihak Ditmawanya nentuin cuma 15 orang. Nah 15 orang itu adalah nomor 1 sampai 15 termasuk email saya, makanya saya bisa masuk. Tapi anehnya itu tadi, pas lagi di tengah-tengah audiensi, padahal saya terdaftar, malah dikeluarin. Nah, ini saya nggak ngerti ada tendensi apa.”

Untuk tindak lanjut, Asmara akan berkonsolidasi dengan elemen mahasiswa Sarjana (S1) dan koordinasi dengan pihak BEM/KM/LEM/DEMA di tingkat Fakultas untuk Advokasi UKT.

Share: Sudah Audiensi ke Rektorat UGM, Biaya Kuliah Belum Dipotong