Isu Terkini

Persija, Klub ‘Miskin’ yang Sebentar Lagi Bakal Punya Stadion Megah

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Pernah kah kalian mendengar ada yang bilang kalau Persija Jakarta itu klub miskin? Iya, betul Persija, klub sepakbola ikonnya ibukota Indonesia itu, bukan klub kasta ketiga atau tarkam. Atau begini, percaya kah kalian kalau Persija itu miskin? Rasanya sulit untuk percaya, tapi mungkin hal itu benar bagi Gede Widiade, Direktur Utama Persija Jakarta.

Gede Widiade baru-baru ini melontarkan kalimat menggelitik yang jadi sorotan. Ia menyebut Macan Kemayoran merupakan klub miskin di Indonesia. Menurut Gede, status sebagai klub miskin itulah yang akhirnya membuat Persija kini selalu difitnah oleh suporter-suporter lainnya. Kira-kira apa saja faktor yang membuat Gede menyebut klub yang dipimpinnya itu disebut miskin?

Ternyata, menurut Gede, salah satu faktor penyebab Persija disebut klub miskin adalah lantaran tak punya stadion tetap. Persija tidak memiliki tempat yang bisa dipakai sebagai kandang untuk kompetisi di Jakarta dan sekitarnya. Meski sejauh ini, ada stadion-stadion keren seperti Stadion Utama Gelora Bung Karno (Jakarta), Stadion Patriot (Bekasi), Stadion Pakansari (Kabupaten Bogor), dan Stadion Wibawa Mukti (Cikarang), namun Persija jarang sekali bermain di stadion tersebut.

Bahkan, sederet stadion yang disebutkan di atas tersebut bukan milik Persija, maka dari itu Macan Kemayoran pun harus menyewa untuk menggunakan stadion-stadion tersebut. Mirisnya lagi, memang Persija nyaris selalu memakai Stadion Sultan Agung, Bantul, Yogyakarta, untuk menjadi kandangnya selama gelaran Liga 1 2018 ini.

Status miskin yang dimaksud Gede pun lebih ke nasib Persija saat ini yang tak punya kandang resmi milik sendiri. Gede pun merasakan dukanya lantaran Persija harus berpindah-pindah stadion hanya untuk menggelar pertandingan. Apalagi, hal itu sudah dirasakan Gede selama hampir dua tahun sejak dirinya bergabung dengan tim andalan ibu kota tersebut.

Baca Juga: Stadion BMW, Kabar Baik untuk Jak Mania

“Kalau dukanya biasa, diusir biasa karena tim miskin, diusir, difitnah, dicaci maki gitu,” kata Gede Widiade di Kantor Persija, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Rabu 28 November 2018.

“Jadi seolah-olah apa yang dikerjakan Persija, apa yang dikerjakan oleh The Jak Mania selalu minus. Tapi itu merupakan tantangan,” ujarnya.

Maka dari itu, jika saja memiliki stadion sendiri, Gede pun yakin pasti akan banyak yang bilang kalah Persija adalah klub kaya dan status klub miskin pun tak akan melekat kepada klub yang identik dengan warna orange dan merah itu. Sehingga, hinaan dan caci maki pun tak akan pernah menyasar Persija.

“Kami mungkin tidak akan dihina seperti ini kalau punya stadion, tapi karena kami memang tidak mempunyai semuanya jadi kami harus mawas diri bahwa kami tidak punya lapangan latihan, lapangan untuk bermain, kantor tidak punya, mess tidak punya, alat transportasi tidak punya, uang kami tidak punya. Jadi kami harus berupaya,” kata Gede.

Meski dianggap miskin lantaran tak punya stadion sendiri, Gede pun tetap bangga karena mereka punya satu hal yang patut dimiliki selamanya yakni kebanggaan. Nantinya, kebanggaan itulah yang membuat Persija akan terus hidup bersama suporter setia mereka, The Jakmania.

“Di luar yang tadi saya katakan tidak punya, kami hanya punya satu, punya pride, punya kebanggaan, punya kesatuan, persatuan antara Persija badan usaha dengan suporternya The Jak Mania,” ujarnya.

Untuk itulah, Gede pun menyampaikan rasa terima kasihnya kepada The Jak Mania yang selama ini selalu setia mendukung Persija sampai bahkan sampai sekarang. Sekali lagi, keberadaan dan dukungan setia dari The Jakmania lah yang membuat Persija terus hidup dan tak lekang di makan zaman.

“Jadi sekali lagi saya katakan, kami bisa hidup bukan karena yang lain-lain, tapi hanya karena The Jak Mania. Kalau sukanya di Persija itu banyak saudara dan saya juga semakin mengerti sifat manusia,” ucapnya.

Persija Sempat Dijuluki Tim Musafir

Bahkan, jauh sebelumnya Persija pernah dijuluki tim musafir di kancah tertinggi kompetisi sepakbola nasional. Hal itu berawal ketika Stadion Lebak Bulus milik Persija harus dibongkar dan diratakan dengan tanah pada tahun 2015 lalu. Kondisi itu pun memaksa Macan Kemayoran angkat kaki dari Stadion Lebak Bulus, lantaran lahan bekas pembongkaran akan dibangun depo Mass Rapid Transit (MRT).

Namun, Persija sempat merasa aman disebabkan masih memiliki Stadion GBK di Senayan yang bisa digunakan sebagai kandang. Apalagi sebelum-sebelumnya Persija juga memang terbiasa menggelar laga di Stadion GBK. Sayangnya, fakta justru berbicara lain. Andritany Ardhiyasa dan kawan-kawan tak bisa sepenuhnya menggunakan salah satu stadion terbesar di tanah air itu.

Terhitung sejak dimulainya kompetisi kasta tertinggi Indonesia Soccer Championship (ISC) A tahun 2016, Stadion GBK harus direnovasi untuk keperluan Asian Games 2018. Kondisi itu pun akhirnya memaksa Persija menjadi tim musafir yang akhirnya harus menggelar laga kandang di Stadion Manahan, Solo.

Tak hanya menggunakan Stadion Manahan Solo saja, Persija bahkan juga menjadikan Stadion Patriot Bekasi sebagai kandang di pentas Liga 1. Pertimbangannya tentu soal jarak antara Jakarta ke Bekasi yang tak jauh untuk dijangkau dan biaya operasional pun akan semakin murah, ketimbang harus menggelar laga kandang di luar Jakarta.

Progres Pembangunan Stadion BMW Persija

Namun, seperti peribahasa mengatakan bahwa “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”, tak masalah jika sekarang Persija harus berjuang keras hingga berdarah-darah demi untuk berbahagia setelahnya dengan meraih kejayaan. Nantinya, dengan kehadiran stadion baru, tentu semangat Persija akan semakin berlipat.

Satu hal lagi, kehadiran stadion baru pun akan menjadi angin segar bagi Macan Kemayoran. Apalagi, beberapa hari lalu DPRD DKI Jakarta akhirnya menyetujui pembangunan stadion internasional di Taman BMW, Sunter, Jakarta Utara, yang nantinya akan dipakai oleh Persija.

Sebagai informasi, nantinya pembangunan stadion untuk Persija Jakarta itu akan dikerjakan oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Jakarta Propertindo (Jakpro). Rencana itu sudah diketuk palu setelah Badan Anggaran (Banggar) DPRD DKI Jakarta menyetujui pernyertaan modal daerah (PMD) yang dikerjakan Jakpro dalam rancangan APBD DKI 2019 untuk membangun stadion tersebut.

Terkait pendanaan itu, Direktur Utama Jakpro, Dwi Wahyu, Daryoto, menjelaskan bahwa ada pemangkasan PMD dari Rp 1,6 triliun jadi Rp400 miliar. “Untuk stadion Jakarta internasional, yang rencana Rp 1,6 triliun untuk 2019, kami mulai dengan Rp 400 miliar untuk penyiapan lahan dan skemanya public private partnership,” kata Dwi seperti dikutip dari Kompas.com, Selasa, 27 November 2018.

Baca Juga: 3 Alasan Sakti Edy Rahmayadi Enggak Perlu Diganti dari Ketua PSSI

Menurut Dwi, pembangunan Stadion BMW nantinya memang membutuhkan dana sekitar Rp 4,5 triliun. Diperkirakan, stadion tersebut akan dibangun selama tiga tahun, mulai dari 2019 hingga 2021. Terkait pembangunan, pada 2019 nanti, Jakpro akan merancang ulang desain atau detail engineering design (DED) mengingat pembangunan stadion BMW akan diintegrasikan dengan pengembangan kawasan di sekitarnya.

Sebagai informasi tambahan, bahwa PMD senilai Rp 400 miliar itu memang telah dihitung cukup untuk merancang DED tersebut. “Perubahan desain ini butuh biaya sebelum mulai proses tender. Integrasi desain kami akan coba gunakan untuk mengoptimalkan fungsi stadion, tidak hanya khusus untuk sepakbola, tapi juga untuk fungsi yang lain. Biaya pertama untuk 2019 kira-kira kami alokasikan Rp 400 miliar,” ujarnya.

Jika berbicara fasilitas, maka Stadion BMW nantinya diharapkan bisa memiliki fasilitas megah layaknya stadion berstandar internasional. Artinya, selain nanti digunakan sebagai stadion sepakbola berstandar internasional, stadion itu juga bisa dimanfaatkan untuk menampung kegiatan olahraga lain dan konser musik.

Apalagi, di kawasan sekitar stadion juga rencananya bakal dibangun masjid berlantai tiga dengan ballroom yang bisa disewa sebagai tempat resepsi pernikahan. Kabarnya, masjid tersebut nantinya akan dibangun dengan luas 4.500 meter persegi.

Fasilitas penunjang stadion seperti sport club, hotel, hingga fasilitas latihan lengkap kiranya memang harus dimiliki stadion baru tersebut. Termasuk membangun jalur pedestrian, skate park, dan jalur sepeda di sana.

Akan lebih lengkap lagi, jika nantinya di sekitar stadion dibangun transportasi massal, seperti bus transjakarta, stasiun kereta rel listrik, dan Light Rail Transit (LRT) demi menunjang dan memudahkan mobilitas suporter yang tentu jumlahnya sangat besar. Selain itu, stadion BMW itu juga layak mengikuti jejak Stadion GBK yang kini memiliki beberapa area VVIP baru bernama Sky Box, demi mendapatkan pengalaman menonton sepakbola dengan cara yang mewah, ekslusif, dan tak terlupakan dengan fasilitas kelas atas.

Share: Persija, Klub ‘Miskin’ yang Sebentar Lagi Bakal Punya Stadion Megah