General

Debat Capres, Enak Jadi Petahana atau Penantang?

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Debat perdana Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 yang berlangsung pada Kamis, 17 Januari 2019 malam berakhir dengan lancar. Berbagai reaksi pun muncul dari publik dalam menilai penampilan, baik itu pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Dalam sebuah debat khususnya debat Pilpres 2019 ini, sebenarnya kubu mana yang lebih diuntungkan?

Sebelum debat perdana berlangsung, sejumlah pengamat politik memprediksi bahwa kubu Jokowi lah yang akan lebih diuntungkan. Berbagai alasan pun dibeberkan untuk memperkuat alasan tersebut, salah satu misalnya karena posisi Jokowi sebagai petahana yang dianggap menguntungkan. Hal itu pun bisa dipertegas dengan beberapa kerja nyata yang sudah dijalankan Jokowi selama empat tahun terakhir ini.

Petahana Bisa Tonjolkan Capaian Kerja

Sebagai petahana, dalam debat perdana yang membahas isu penegakan hukum, HAM, pemberantasan korupsi dan terorisme, Jokowi tentu bisa menonjolkan kinerjanya di bidang hukum selama memimpin dalam 4 tahun terakhir.

Bahkan pengamat politik dari Indonesia Political Review (IPW) Ujang Komarudin mengungkapkan bahwa debat perdana akan menjadi penentu debat-debat selanjutnya dan Jokowi sebagai incumbent dinilai memiliki keunggulan dibanding dengan pasangan Prabowo-Sandi. “Karena kinerjanya dapat diukur dan dapat dinilai langsung oleh masyarakat,” kata Ujang, Selasa, 15 Januari 2019.

Baca Juga: Usai Debat Capres: Kubu Jokowi dan Prabowo Saling Klaim Lebih Unggul

Ujang mengatakan penilaian masyarakat terhadap kinerja Jokowi sebagai petahana masih tinggi di bidang hukum, HAM, pemberantasan korupsi, yang akan menjadi tema debat pertama. “Jadi, pada dasarnya Jokowi-Ma’ruf lebih siap untuk menghadapi debat pertama tersebut dibanding Prabowo-Sandi,” ujarnya.

Senada dengan Ujang, pengamat politik The Habibie Center, Bawono Kumoro mengatakan petahana diuntungkan dengan tema debat pertama di bidang hukum. “Ada sejumlah catatan positif selama empat tahun pemerintahan Jokowi di bidang hukum,” ujarnya.

Bawono pun membeberkan sejumlah catatan yang menguntungkan Jokowi itu. Pertama, Jokowi telah menerbitan Inpres Nomor 7 Tahun 2015 dan Inpres Nomor 10 Tahun 2016 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi serta Perpres Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Lalu yang kedua, Jokowi telah memangkas regulasi panjang dan berbelit.

“Ini merupkan capaian positif pemerintahan saat ini di bidang hukum. Pemangkasan regulasi-regulasi itu mendorong kenaikan ranking Indoneia di Ease of Doing Business dari peringkat 120-an menjadi peringkat 72,” ucapnya.

Kemudian poin ketiga, Jokowi juga sudah melakukan pembersihan aparatur pemerintahan melalui tim Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli). “Dan, yang paling penting, Presiden Jokowi tidak pernah melakukan intervensi hukum terhadap suatu kasus,” kata Bawono.

Baca Juga: Caleg Eks Koruptor Partai Pendukung Jokowi Lebih Banyak Dibanding Prabowo

Capaian-capaian kerja nyata yang sudah dilakukan Jokowi itu tentu bisa disampaikan dengan gamblang dalam momen debat karena hal itu bisa jadi bagian dari prestasi yang harus diketahui masyarakat secara luas.

Jokowi Puas Usai Sampaikan Capaian Kerjanya

Usai debat perdana yang berlangsung di Hotel Bidakara, Jakarta tersebut, Jokowi pun mengaku puas atas penampilannya tersebut. Jokowi menilai, selama debat dirinya sudah menjelaskan apa saja yang telah dilakukannya selama menjabat sebagai presiden dalam empat tahun terakhir. “Puas. Ya ini kan sebetulnya kita hanya bercerita apa yang telah kita lakukan dan kerjakan,” kata Jokowi seperti dikutip Antara, di sela-sela kunjungan kerja di Garut, Jawa Barat, Jumat, 18 Januari 2019.

Jokowi pun menilai performa pasangannya Ma’ruf Amin juga cukup baik. Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut bahkan membantah berbagai tanggapan yang menyebut peran Ma’ruf sangat minim ketika debat lantaran irit menjawab pertanyaan dalam debat.

Jika ditinjau lagi, Ma’ruf sebelumnya memang lebih banyak menjawab pertanyaan terkait tema terorisme dan disabilitas. Pada tema lainnya, Rais A’am PBNU itu hanya menyampaikan kata ‘cukup’ atau mendukung pernyataan Jokowi. “Diam gimana? Jawab beberapa kali. Soal terorisme dari A sampai Z dijawab semua sama Pak Ma’ruf,” ujar Jokowi.

Kubu Penantang Baru Punya Rencana dan Program

Lalu bagaimana dengan kubu Prabowo-Sandi? Dalam debat Pilpres 2019, lawan politik Jokowi-Ma’ruf itu tentu baru akan memaparkan rencana yang akan dilakukan jika terpilih pada Pilpres 2019.

Baca Juga: Sandi Pijat Prabowo saat Debat, Apa Guna Pijatan Saat Momen Tegang?

“Karena apa pun hal dijual tersebut masih bersifat rencana termasuk di bidang hukum. Yang paling mungkin dilakukan adalah melakukan kritik terhadap kebijakan petahana selama ini,” ucapnya.

Bawono sempat memprediksi bahwa kritik yang paling mungkin dilancarkan oleh pasangan Prabowo-Sandi terhadap Jokowi-Ma’ruf adalah mengenai kasus penyerangan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. Sayangnya, isu tersebut pun sama sekali tak disinggung dalam debat semalam oleh Prabowo-Sandi.

Dari ini bisa ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya kedua kubu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi tak ada yang selalu enak, baik itu menjadi kubu petahana seperti Jokowi yang berpasangan dengan Ma’ruf, atau pun berada di kubu penantang seperti Prabowo-Sandi. Masing-masing kubu akan punya celah.

Jika keuntungan kubu petahana Jokowi-Ma’ruf adalah bisa menonjolkan hasil kinerja selama empat tahun terakhir. Sementara kubu penantang Prabowo-Sandi tentu juga bisa melancarkan kritik tajam terhadap program-program kerja yang jalan di tempat atau yang tak terealisasi sama sekali sembari menawarkan program-program baru yang lebih fresh dari sang petahana.

Share: Debat Capres, Enak Jadi Petahana atau Penantang?