Internasional

Hamas-Israel Sepakati Gencatan Senjata Tanpa Syarat

Irfan — Asumsi.co

featured image
Foto: Unsplash/Cole Keister

Setelah saling serang dalam beberapa pekan terakhir, Israel dan Hamas, faksi perjuangan Palestina di Jalur Gaza, resmi melakukan gencatan senjata. Kesepakatan yang dimulai Jumat (21/5/21), disebut berpotensi menghentikan pertempuran sengit dalam beberapa tahun terakhir.

Dilansir dari Reuters, Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kabinet keamanannya telah memilih dengan suara bulat untuk mendukung gencatan senjata Gaza “timbal balik dan tanpa syarat” yang diusulkan oleh Mesir.

Sementara Hamas dan Mesir, memastikan gencatan senjata akan dimulai pada Jumat ini pukul 2 dini hari.

Amerika Serikat (AS), melalui Presidennya, Joe Biden memang mendesak Netanyahu untuk melakukan gencatan senjata setelah terjadi gelombang protes global yang mengutuk peningkatan serangan Israel ke Gaza. Lain pihak, Mesir dan Qatar bersama PBB juga berusaha menjadi negosiator antara kedua belah pihak.

Baca juga: Konflik Palestina-Israel dan Sikap Pemerintah dari Masa ke Masa

Dalam pidatonya, Biden menyampaikan belasungkawa kepada warga Israel dan Palestina yang berduka. Menurutnya, Washington akan bekerja dengan PBB dan pemangku kepentingan internasional lainnya untuk memberikan bantuan kemanusiaan yang cepat untuk rekonstruksi Gaza yang dikuasai Hamas. Dia mengatakan bantuan akan dikoordinasikan dengan Otoritas Palestina, Presiden Mahmoud Abbas, yang berbasis di Tepi Barat.

AS juga berkomitmen untuk menambah pencegat Iron Dome yang membantu Israel menangkis lebih dari 4.300 roket yang ditembakkan dari Gaza selama konflik bulan ini.

Hamas mengatakan gencatan senjata akan saling menguntungkan dan simultan. “Perlawanan Palestina akan mematuhi perjanjian ini selama Pendudukan (Israel) melakukan hal yang sama,” kata Taher Al-Nono, penasihat media untuk kepala Hamas Ismail Haniyeh, kepada Reuters.

Sementara Mesir, yang juga berperan banyak, melalui Presidennya Abdel Fattah al-Sisi telah memerintahkan dua delegasi keamanannya ke Israel dan Wilayah Palestina untuk bekerja demi menegakkan gencatan senjata.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Abu Ubaida, juru bicara sayap bersenjata Hamas, mengatakan: “Dengan pertolongan Tuhan, kami dapat mempermalukan musuh, entitasnya yang rapuh, dan tentaranya yang buas.”

Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan di Twitter bahwa serangan Gaza telah menghasilkan “keuntungan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya”.

Berbicara dengan mitranya dari AS Lloyd Austin, Gantz mengatakan pembentukan pertahanan Israel akan terus bekerja sama penuh dengan Pentagon serta pemerintah AS untuk menstabilkan kawasan.

Sejak serangan Israel meningkat ke Gaza pada 10 Mei, otoritas kesehatan di wilayah tersebut melaporkan ada 232 warga Palestina yang meninggal dunia. Ini termasuk 65 korban anak-anak. Sementara 1.900 orang mengalami luka-luka.

Israel sendiri mengklaim pihaknya telah membunuh 160 pejuang di Gaza.

Adapun korban jatuh di Israel adalah 12 orang dengan ratusan orang dirawat karena cedera dalam serangan roket yang menyebabkan kepanikan dan membuat orang bergegas ke tempat penampungan. Kekerasan itu dipicu oleh kemarahan Palestina atas apa yang mereka pandang sebagai pembatasan Israel atas hak-hak mereka di Yerusalem, termasuk selama konfrontasi polisi dengan pengunjuk rasa di masjid Al-Aqsa.

Hamas sebelumnya menuntut agar setiap penghentian pertempuran Gaza harus disertai dengan penarikan pasukan Israel di Yerusalem. Seorang pejabat Israel mengatakan kepada Reuters bahwa tidak ada kondisi seperti itu dalam gencatan senjata.

Harus Dikawal

Wakil Ketua Komisi I DPR RI Abdul Kharis Almasyhari meminta Pemerintah RI mengawal melalui PBB terkait gencatan senjatan antara Hamas dengan Israel. Menurut Kharis perang ini belum akan usai jika negara Palestina  belum merdeka dan masih di duduki Israel.

“Kita jangan lupa bahwa Palestina adalah satu-satunya negara di dunia modern yang masih diduduki oleh kekuatan kolonial. Semua penderitaan Palestina disebabkan oleh Israel sebagai kekuatan yang menjajah” kata Kharis dalam rilis yang diterima Asumsi.co.

Baca juga: Efektifkah “Kutukan” Pimpinan Negara Untuk Israel?

Kharis  meminta agar Kementerian Luar Negeri terus berupaya maksimal agar di masa gencatan senjata ini mendorong negara OKI bersatu untuk memperjuangakan kemerdekaan Palestina. Indonesia telah mengusulkan beberapa langkah kunci yang harus dilakukan oleh OKI antara lain memastikan adanya persatuan di antara negara anggota OKI dan di antara semua pemangku kepentingan di Palestina.

“Ibu Retno (Menteri Luar Negeri RI) menekankan tanpa persatuan, OKI tidak akan mampu menjadi penggerak dalam mendukung Palestina. Karena itu dalam gencatan senjata ini Indonesia harus terus mendesak OKI untuk bekerja keras fokus membantu perjuangan Palestina untuk merdeka, antara lain lewat perundingan multilateral demi mewujudkan solusi dua negara.” ucap Kharis.

Kharis juga meminta agar segera mengirimkan bantuan baik yang digalang Pemerintah maupun masyarakat agar bisa masuk ke Gaza dan Masjidil Aqsa. Ini untuk meringankan beban korban penderitaan rakyat Palestina yang diserang Israel.

“Kemerdekaan Palestina adalah hak rakyat Palestina dan Pembukaaan Konstitusi NKRI jelas berada bersama Palestina merdeka, perlu langkah serius dan sistematis agar bantuan bisa segera masuk ke Gaza dan Masjidil Aqsa sehingga segala daya upaya kita untuk menolong rakyat Palestina dapat tersalurkan,” ujar dia.

Share: Hamas-Israel Sepakati Gencatan Senjata Tanpa Syarat