Isu Terkini

Tol Jakarta-Surabaya: Untung atau Buntung?

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image

Keahlian mengemudi memang enggak dimiliki semua orang, namun saya bersyukur saya memiliki hal tersebut. Selama saya mengemudi, satu jalur yang memberikan saya kenikmatan hakiki adalah jalur Pantai Utara (Pantura). Iya, benar. Jalur yang dipenuhi oleh truk dan bus-bus ke arah Jawa Tengah dan Timur atau sebaliknya merupakan jalur yang begitu membuat saya menikmati rasanya mengemudi. Tentu tidak ketika libur Lebaran. Salah satu alasannya adalah karena jalan tersebut memberikan tantangan dan memiliki daya magisnya sendiri. Kalau udah nyetir di jalur Pantura, ganteng aja rasanya.

Jalur Pantura bukanlah jalur tol, sehingga wajar jika banyak hambatan di sisi kiri jalan seperti mobil yang mengantri untuk masuk ke rest area atau restoran yang ada di pinggir jalan. Belum lagi para truk yang membuat saya seringkali bergidik dan mengumpat. Jalur Pantura memang tidak disiapkan untuk para pemula. Pengalaman mengemudi yang baik tanpa masalah besar (terutama di jalanan Jakarta) nampaknya bisa menjadi satu syarat tak tertulis untuk mengemudi di jalur Pantura.

Namun saat ini, keramaian jalur Pantura tersebut mulai terkisis dengan hadirnya Tol Trans Jawa. Sebenarnya, semenjak diberlakukannya tol Cipali, pengguna Pantura sudah mulai menurun. Namun tentu kehadiran tol Trans Jawa rute akan benar-benar membuat para pengemudi bergeser menggunakan tol. Terutama ketika rute Jakarta-Surabaya yang berjarak 760 km telah rampung nanti. Targetnya, Jakarta-Surabaya dapat ditempuh hanya dalam waktu 10 jam. Siapapun pasti akan pindah dari Pantura ke jalur tol tersebut. Tidak terkecuali saya.

Meskipun Pantura memberikan saya pengalaman mengemudi yang begitu hakiki, nampaknya rute Jakarta-Surabaya hanya dengan jalur tol akan menjadi satu pengalaman lain yang sama magisnya. Bayangkan, 760 km di jalan tol dengan 10 jam waktu tempuh! Ini hampir sama cepatnya dengan menggunakan Kereta Api Argo Bromo Anggek dari Gambir, Jakarta, ke Stasiun Pasar Turi di Surabaya, yang dapat ditempuh hanya dalam waktu 9 jam.  Hmm, menarik.

Tapi, Sebenarnya Tol Ini Menguntungkan Penggunanya Kah?

Mari mulai dengan keuntungannya terlebih dahulu. Pertama, jelas ada di waktu tempuh. Meskipun ada beberapa titik kemacetan, angka ideal perjalanan adalah 10 jam! Kalian bisa mengemudi Jakarta-Surabaya terus balik lagi ke Jakarta kurang dari 24 jam! Sebelum ada Tol Trans Jawa, tentu waktu tempuh tidak secepat itu. Perjalanan Jakarta-Surabaya dengan kendaraan lewat Pantura harus ditempuh lebih dari 12 jam. Belum kalau ada macet. Akibatnya, banyak orang yang memilih untuk transit satu malam di kota tertentu.

Kedua, dari segi ekonomi, tentu Tol Trans Jawa akan memudahkan pengiriman logistik di Pulau Jawa. Biaya tol 351 ribu nampaknya tidak akan menjadi masalah bagi para pelaku ekonomi jika memang logistik dapat diantarkan jauh lebih cepat. Toh, jika lewat jalur biasa, biaya bensin dan konsumsi selama perjalanan bisa lebih boros dibanding lewat tol yang hanya 10 jam.

Sedangkan kerugiannya? Hanya satu menurut saya, yaitu adalah bagaimana pedagang di sekitar Pantura kehilangan pasarnya mereka. Karena mereka bertumpu pada pengguna jalur Pantura yang lewat, para pedagang di pinggir jalan Pantura ini tentu akan begitu kehilangan jika sampai Surabaya, para pengguna jalur Pantura pindah menggunakan tol. Meskipun saya yakin akan tetap ada penikmatnya, tentu pindahnya para mobil dari Pantura ke jalan tol akan memberikan dampak signifikan yang kurang baik untuk para pedagang.

Meskipun ada kerugian, tentu hal tersebut tidak sebanding dengan keuntungan yang didapat. Jelas, Pantura memiliki daya magisnya tersendiri. Namun, menghubungkan Jakarta dan Surabaya dengan tol merupakan satu langkah gila yang begitu positif. Hal ini dapat memberikan perubahan positif tidak hanya untuk para konsumen, tetapi juga untuk perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Mari tunggu seberapa baik infrastruktur ini ketika benar-benar sudah dibuka untuk umum.

Hafizh Mulia adalah mahasiswa tingkat akhir program sarjana di Departemen Hubungan Internasional Universitas Indonesia. Tertarik dengan isu-isu ekonomi, politik, dan transnasionalisme. Dapat dihubungi melalui Instagram dan Twitter dengan username @kolejlaif.

Share: Tol Jakarta-Surabaya: Untung atau Buntung?