Isu Terkini

Sutopo Derita Skoliosis Selain Kanker Paru, Bahayakah?

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dikenal secara luas sebagai sosok yang berdedikasi tinggi. Sebab, ia selalu menjadi corong informasi saat Indonesia dilanda bencana meski saat ini ia sendiri tengah mengidap sakit kanker paru-paru stadium IVB. Namun, yang terbaru Sutopo mengidap penyakit skoliosis, apa itu?

Lewat akun Twitter resminya @Sutopo_PN, Sutopo berkicau soal sakit yang dideritanya selain kanker paru-paru. Sosok penggemar penyanyi Raisa itu mengatakan saat ini dirinya juga mengalami tulang punggung bengkok atau skoliosis. Penyakit ini disebabkan karena kanker paru-parunya juga.

“Meski tulang punggung saya sudah bengkok (skoliosis) akibat kanker yang mendesak tulang belakang. Namun saya selalu berbahagia saat bersama Bapak dan Ibu tercinta. Sungguh berjasanya beliau mengasuh, mendidik dan membesarkan saya. Terima kasih Bapak-Ibu tercinta,” kicau Sutopo, Minggu, 17 Februari 2019.

Meski tulang punggung saya sudah bengkok (skoliosis) akibat kanker yang mendesak tulang belakang. Namun saya selalu berbahagia saat bersama Bapak dan Ibu tercinta. Sungguh berjasanya beliau mengasuh, mendidik dan membesarkan saya. Terima kasih Bapak-Ibu tercinta. pic.twitter.com/I6JqnKlKnM— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) February 17, 2019

Apa Itu Skoliosis?

Dikutip dari laman AloDokter, skoliosis merupakan kondisi melengkungnya tulang belakang ke samping secara tidak normal. Hal ini dapat menyebabkan sakit punggung pada orang dewasa sehingga kadang dibutuhkan obat nyeri untuk menghilangkan rasa sakit. Selain itu, terdapat juga beberapa hal yang sering digunakan sebagai cara mengatasi skoliosis, meski tergantung pada tingkat keparahan lekukan tulang

Kebanyakan kasus skoliosis bisa diatasi dengan obat-obatan dan cara alami, namun kondisi yang sudah parah biasanya memerlukan operasi. Umumnya, penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak sebelum masa pubertas dengan kisaran usia 10 hingga 15 tahun.

Meskipun kebanyakan kasus skoliosis yang menimpa anak-anak bersifat ringan dan tidak memerlukan perawatan, namun harus diawasi secara seksama dan disarankan untuk menjalani X-ray secara rutin untuk mengetahui perkembangannya dan menghindari komplikasi lanjutan.

Lengkungan tulang belakang baru bisa disebut skoliosis ketika sudah lebih dari 10 derajat. Ketika masih berada pada sudut rendah (20-40 derajat), gejala pertama yang dikeluhkan pasien biasanya berupa kosmetik. Lalu, gejala pertama yang bisa dilihat adalah kalau dilihat dari belakang, pundaknya tinggi sebelah, atau ada tonjolan di punggung.

Selain itu, skoliosis sudut rendah juga menyebabkan rasa nyeri ketika duduk terlalu lama atau bangun tidur. Namun, skoliosis dengan sudut yang lebih berat atau di atas 40 derajat dapat menimbulkan kecacatan, menganggu fungsi jantung dan paru-paru, serta menyebabkan kematian. Pasalnya, lengkungan tulang belakang dapat mempersempit ruang jantung dan paru-paru sehingga penderita skoliosis sudut berat pun sering mengeluhkan rasa nyeri pada bagian dada dan kesulitan bernafas.

Lalu, bila telah mencapai sudut berat, maka satu-satunya jalan pengobatan adalah operasi untuk pemasangan implan yang mengoreksi bentuk tulang belakang. Untungnya, skoliosis sudut rendah dapat dicegah menjadi sudut berat bila telah dideteksi sejak dini.

Sulit bernapas dan nyeri hebat biasanya akan dirasakan oleh penderita skoliosis remaja dan dewasa jika tulang belakang yang melengkung bertambah parah. Oleh karena itu, deteksi dini diperlukan untuk mencegah skoliosis mencapai tingkat keparahan lebih lanjut.

Gejala yang Muncul Bagi Penderita Skoliosis

Bagi penderita skoliosis, gejala penyakit ini bisa dilihat dari perubahan penampilan dada, pinggul, atau bahu. Setidaknya ada beberapa gejala skoliosis yang dapat dilihat dari penampilan fisik. Misalnya saja sebagai berikut:

Salah satu pinggul tampak lebih menonjol.
Tubuh penderita skoliosis mungkin condong ke satu sisi.
Salah satu bahu lebih tinggi.
Salah satu tulang belikat tampak lebih menonjol.
Panjang kaki tidak seimbang.
Skoliosis juga dapat menyebabkan nyeri punggung, meski tidak semua penderita skoliosis mengalami hal ini. Penderita skoliosis dewasa lebih sering mengalami nyeri punggung pada titik lengkungan, dan nyeri ini dapat bertambah jika lengkungan tulang belakang semakin parah.

Tak hanya itu saja, rasa sakit yang dialami penderita skoliosis pun sangat beragam. Beberapa penderita skoliosis ada yang mengalami rasa sakit yang menjalar dari tulang belakang ke kaki, pinggul, dan bahkan hingga tangan, terutama saat mereka sedang berjalan atau berdiri. Rasa sakit mereda jika mereka berbaring dengan punggung lurus atau pada salah satu sisi tubuh.

Sebagian penderita skoliosis ada yang mengalami nyeri punggung secara konstan, bagaimanapun posisi mereka. Selain nyeri punggung, penderita skoliosis yang parah juga bisa mengalami kesulitan bernapas. Skoliosis juga dapat memengaruhi sistem saraf jika ujung saraf tertekan oleh salah satu atau lebih tulang belakang yang melengkung.

Hal itulah yang bisa menyebabkan kaki terasa kebas atau lemah, inkontinensia atau tidak mampu menahan buang air kecil maupun besar. Sebagian penderita skoliosis pria bisa mengalami disfungsi ereksi.

Bagaimana Perawatan Skoliosis?

Pak Sutopo tak perlu terlalu khawatir karena skoliosis yang ia derita masih bisa diatasi. Perawatan skoliosis sendiri bisa dilakukan dengan melihat tingkat keparahan, usia, lokasi dan pola lengkungan, serta jenis kelamin penderita. Beberapa perawatan yang bisa dilakukan bagi penderita skoliosis adalah sebagai berikut:

Observasi. Dengan pemeriksaan fisik dan X-ray, yang bisa dilakukan tiap empat hingga enam bulan untuk memantau perkembangan lengkungan. Kebanyakan skoliosis yang diderita anak-anak tidak parah dan tidak memerlukan perawatan karena tulang yang melengkung bisa kembali normal seiring perkembangan anak.

Penyangga. Penyangga diperlukan untuk menghentikan lengkungan tulang belakang bertambah parah dan biasanya diberikan kepada penderita skoliosis anak-anak dalam usia pertumbuhan. Walau tidak bisa menyembuhkan skoliosis, memakai penyangga bisa mencegah skoliosis bertambah parah.

Obat. Perawatan dengan menggunakan obat-obatan biasanya diberikan kepada penderita skoliosis dewasa dan bertujuan meredakan rasa nyeri. Obat yang diberikan biasanya parasetamol atau obat antiinflamasi non-steroid (AINS), seperti ibuprofen. Jika kondisi yang dialami cukup parah, dokter mungkin akan menyuntikan obat steroid untuk meredakan nyeri, walau hanya untuk jangka pendek.

Operasi. Operasi hanya dilakukan jika perawatan skoliosis lainnya tidak berhasil. Operasi akan memperkuat tulang belakang dengan menggunakan sekrup dan tangkai baja. Selain itu, orang dewasa dengan kelainan piring sendi tulang belakang bisa melakukan operasi dekompresi untuk mengangkat tulang yang menekan saraf tersebut.

Walau jarang terjadi, namun operasi memiliki beberapa risiko, seperti pasien mengalami pergeseran tangkai baja, infeksi, pembekuan darah serta kerusakan saraf. Selain obat-obatan dan operasi, olahraga rutin atau fisioterapi kerap disarankan dokter untuk menguatkan postur dan melenturkan tubuh.

Share: Sutopo Derita Skoliosis Selain Kanker Paru, Bahayakah?