General

Mengenal Tuan Guru Bajang, Sosok Penantang Jokowi dan Prabowo di Pilpres 2019

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Bursa calon presiden dan wakil presiden terus diramaikan oleh sejumlah tokoh nasional seperti Joko Widodo, Prabowo Subianto, Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sampai Zulkifli Hasan. Taukah kalian guys, bahwa ada satu sosok baru lagi yang digadang-gadang siap meramaikan Pilpres 2019 nanti. Siapa dia?

Adalah KH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) yang namanya belakangan sering disebut-sebut berpeluang ikut bertarung di Pilpres 2019 mendatang. TGB sendiri saat ini merupakan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB).

TGB sendiri mulai mendapatkan dukungan untuk ikut serta dalam Pilpres 2019 baik sebagai capres maupun cawapres. Sosok pemimpin berkacamata itu pun akhirnya merespon positif dukungan itu sembari mempersiapkan diri dengan terus belajar.

Siapakah sosok TGB sebenarnya? Bagaimanakah sepak terjang TGB sehingga dirinya mulai mendapatkan dukungan dan kepercayaan publik untuk meramaikan bursa capres dan cawapres di 2019 mendatang? Mari kita simak bareng-bareng ya guys.

TGB Si Putra Lombok ‘Pulau Seribu Masjid’

Seperti dilansir dari Wikipedia, sosok bernama lengkap Dr. TGH. Muhammad Zainul Majdi, M.A atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) tersebut lahir di Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat pada 31 Mei 1972. Saat ini TGB berusia 45 tahun.

TGB sendiri merupakan sosok yang kenyang pengalaman di dunia politik terutama di wilayah Nusa Tenggara Barat. Ia adalah sosok Gubernur Nusa Tenggara Barat selama 2 periode yakni masa jabatan 2008-2013 dan 2013-2018. Di periode pertama, TGB didampingi oleh Wakil Gubernur, Badrul Munir dan pada periode kedua didampingi oleh Wakil Gubernur, Muhammad Amin.

Jauh sebelum menjabat sebagai Gubernur NTB, TGB pernah bertugas sebagai anggota DPR RI masa jabatan 2004-2009 dari Partai Bulan Bintang (PBB). TGB duduk di Komisi X DPR RI yang membidangi masalah pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian dan kebudayaan.

TGH. Muhammad Zainul Majdi adalah putra ketiga dari pasangan HM Djalaluddin SH, seorang pensiunan birokrat Pemda NTB dan Hj. Rauhun Zainuddin Abdul Madjid, putri dari TGH. M. Zainuddin Abdul Madjid (Tuan Guru Pancor), pendiri organisasi Islam terbesar di NTB, Nahdlatul Wathan (NW) dan pendiri Pesantren Darun-Nahdlatain.

Riwayat Pendidikan TGB

TGB mengawali pendidikan masa kecilnya di SDN 3 Mataram (Saat ini berganti menjadi SDN 6 Mataram) dan berhasil lulus pada tahun 1986. Kemudian, TGB melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP di Madrasah Tsanawiyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor hanya selama 2 tahun. Lalu, TGB melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah pada yayasan yang sama dan lulus pada tahun 1991.

Nah, sebelum melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, TGB memutuskan untuk menghafal Al-Qur’an di Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Nahdlatul Wathan Pancor selama setahun (1991-1992). Setelah itu pada 1992, TGB pun berangkat ke Kairo, Mesir.

Saat itu, tujuan TGB berangkat ke Kairo adalah untuk menimba ilmu di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an di Universitas Al-Azhar Kairo. Dari sana, TGB berhasil lulus dengan gelar Lc. pada tahun 1996. Lalu, 5 tahun berikutnya, TGB sukses meraih Master of Art (M.A.) dengan predikat Jayyid Jiddan.

Tak berhenti sampai di situ saja, TGB ternyata melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yakni S3. Setelah menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Al-Azhar selama 10 tahun, Majdi mengenyam program S3 di universitas dan jurusan yang sama.

Berkat usaha dan perjuangan kerasnya, pada bulan Oktober 2002, proposal disertasi Majdi diterima dengan judul Studi dan Analisis terhadap Manuskrip Kitab Tafsir Ibnu Kamal Basya dari Awal Surat An-Nahl sampai Akhir Surat Ash-Shoffat di bawah bimbingan Prof. Dr. Said Muhammad Dasuqi dan Prof. Dr. Ahmad Syahaq Ahmad.

TGB akhirnya sukses meraih gelar Doktor dengan predikat Martabah EL-Syaraf El Ula Ma`a Haqqutba atau Summa Cumlaude pada hari sabtu, 8 Januari 2011 dalam munaqosah (sidang) dengan Dosen Penguji Prof. Dr. Abdul Hay Hussein Al-Farmawi dan Prof. Dr . Al-Muhammady Abdurrahman Abdullah Ats-Tsuluts.‘

Masuk Bursa Capres-Cawapres 2019

Seperti dinukil dari Jawa Pos, Sabtu (03/02), nama TGB memang santer disebut-sebut sebagai salah satu kandidat capres dan cawapres di Pilpres 2019 mendatang. Terkait kondisi itu, TGB pun akhirnya memberikan komentarnya.

“Saya syukuri ada kepercayaan dari masyarakat untuk maju menjadi presiden. Ikut kontestasi itu kan sesuatu yang baik. Tapi ini sangat dinamis. Saya berharap yang terbaik saja,” kata TGB.

TGB sendiri menyoroti berbagai kegelisahan dan ketidaknyamanan yang akhir-akhir ini dirasakan di Indonesia. TGB pun tak ingin tinggal diam jika melihat ada rakyat Indonesia yang aspirasinya tidak terakomodasi oleh pemerintah, apalagi ia saat ini mengemban tugas sebagai Gubernur NTB.

“Seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW saat hijrah dari Makkah ke Madinah. Untuk membangkitkan optimisme itu, Nabi mempersaudarakan antara kaum ansor dan muhajirin,” jelas TGB.
Kemudian, seperti dilansir Detikcom, Senin (05/02), sosok TGB sendiri saat ini memang mulai mendapatkan dukungan dari berbagai elemen agar ikut serta di kontestasi Pilpres 2019. TGB pun mengungkapkan bahwa dirinya bakal mempersiapkan diri terlebih dulu.

“Saya gini sih, kalau saya memang, ya kan kita terus berikhtiar memberi yang terbaik, bahwa ada harapan, ada aspirasi sebagian masyarakat, ya saya syukuri, berarti dipercaya oleh sebagian masyarakat, untuk terus berkontribusi, mungkin ke ranah yang lebih besar,” kata TGB saat berada di Mampang Prapatan, Jakarta, Senin (05/02).

TGB pun menjelaskan bahwa keran dukungan untuknya mulai terasa ketika ia sering mendapatkan undangan mengisi acara di berbagai wilayah di Indonesia. TGB mengatakan bahwa ia sering memenuhi undangan di berbagai provinsi di Indonesia dalam 6-7 bulan terakhir.

Jika dilihat kembali, pada Januari 2018 kemarin, TGB mendapatkan dukungan dari Ikatan Alumni Al-Azhar untuk maju ke Pilpres 2019, baik sebagai capres maupun cawapres. Suara dominan dari Alumni Al-Azhar itulah yang kemudian membuat TGB merespon perihal Pilpres 2019 mendatang.

“Pada bulan yang lalu, bulan Januari, kita ada alumni Al-Azhar Indonesia. Saya kebetulan jadi ketuanya, diminta Pak Quraish Shihab menggantikan beliau. Teman-teman minta, ayolah Anda kami kasih amanah untuk ikut kontestasi, sebagai apa pun. Setelah itulah baru kemudian saya memandang ini beda,” jelas TGB.

“Bedanya itu saya harus menyiapkan diri lebih baik lagi,” jelas TGB.

TGB pun sering menebarkan soal perdamaian dan pesan persatuan di berbagai wilayah yang ia kunjungi. Ia berkaca dari kondisi sosial masyarakat Indonesia yang sempat bergesekan karena perbedaan pandangan politik tajam di Pilkada DKI 2017. Ia tak ingin warga Indonesia terus-terusan berdebat soal nasionalisme dan keislaman.

“Itu dua hal yang saling memperkuat, dan untuk Indonesia itu dua hal yang sudah dalam sekali di hati orang Indonesia. Jadi itu yang saya ikut coba berkontribusi untuk menenangkan, untuk mengingatkan kita, kita jangan terbiasa mempertentangkan hal-hal baik dalam hidup kita,” lanjut TGB.

“Kita suka mempertentangkan antara agama dengan bangsa, keislaman dan nasionalisme, itu kan hal-hal baik, menurut saya hal-hal baik ini justru harus disuburkan,” pungkasnya.

Share: Mengenal Tuan Guru Bajang, Sosok Penantang Jokowi dan Prabowo di Pilpres 2019