General

Soal Luhut Akan Cium Kaki Prabowo dan Hoaks yang Buat Para Politisi Berselisih

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan tidak terima soal hoaks yang mengatakan bahwa dia akan mencium kaki Prabowo Subianto. Luhut pun membuat klarifikasi di Facebook soal tulisan yang berjudul “Luhut: Saya Siap Cium Kaki Prabowo Jika Dia Bisa Jadi Presiden!!”. Tulisan itu dimuat di situs https://operain.blogspot.com yang kini sudah terhapus.

“Sehubungan dengan adanya pemberitaan ‘Luhut: Saya Siap Cium Kaki Prabowo Jika Dia Bisa Jadi Presiden!!’ maka dengan ini saya menyatakan bahwa saya tidak pernah mengeluarkan pernyataan seperti itu, baik secara lisan maupun tulisan,” demikian tulis Luhut di Facebook-nya pada Senin, 21 Januari 2019 kemarin.

Baca Juga: Cuitan Kontroversial Andi Arief, dari Surat Suara yang Sudah Tercoblos Sampai Jenderal Kardus

Luhut menegaskan tidak pernah mengatakan hal itu. Mantan Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI itu mendesak agar pembuat hoaks mau meminta maaf sesegera mungkin. Jika tidak, Luhut terpaksa mengambil langkah hukum.

“Dengan ini saya menunggu permintaan maaf resmi dari media pihak pemuat berita tersebut, yaitu https://operain.blogspot.com/ ataupun media lainnya, karena telah memuat berita bohong. Apabila permohonan maaf tidak disampaikan dalam waktu yang sangat segera, kami akan bawa ke ranah hukum,” kata Luhut masih dalam sumber yang sama.

Hoaks Perusak Hubungan

Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Uno meminta tak ada pihak yang mencoba merusak hubungan Prabowo dan Luhut. Juru bicara BPN, Andre Rosiade mengatakan, Prabowo dan Luhut bersahabat. Dia mengaku tidak suka jika ada yang mencoba hubungan itu apalagi dengan menggunakan hoaks.

Memang, saat ini Prabowo Subianto merupakan salah satu kandidat peserta Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 dan mendapatkan nomor urut 02. Sedangkan Luhut sendiri adalah pendukung calon presiden (capres) petahana nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi). Sehingga saat ini mereka memiliki pandangan politik yang berbeda.

“Saya rasa kan Pak Prabowo dan Pak Luhut kan temen baik, mereka bersahabat baik meskipun saat ini berbeda posisi ya, Pak Prabowo capres, Pak Luhut menjadi pendukung Pak Jokowi, saya rasa mereka akan tetap bersahabat. Biasa saja mereka berdua beda pilihan,” kata Andre pada media, Selasa, 22 Januari 2019.

Baca Juga: ‘Hoax’ Kontainer Berisi Surat Suara yang Dicoblos, Siapa Penebar Isu Itu?

Andre pun mengingatkan, perbedaan pandang politik antara Luhut dan Prabowo sudah terjadi sejak 2014 lalu. Namun hingga saat ini, Andre mengklaim hubungan mereka tetap terjaga. Oleh sebab itu, ia meminta kepada pihak-pihak penyebar hoaks untuk tidak membuat keributan.

“Selama ini juga 2014 mereka beda kubu, beda pilihan, tapi hubungan mereka tetap terjaga. Saya mengimbau tak usahlah memproduksi hoaks atau menimbulkan kegaduhan,” tegas Andre.

Politisi yang Bersitegang Karena Hoaks

Suhu politik memang kerap terlihat memanas tiap ada perbedaan pandangan. Kondisi itu diperparah dengan adanya oknum-oknum yang memanfaatkan momon tersebut dengan menyebarkan berita bohong.

Kemunculan berita hoaks yang lantas tersebar meluas di internet bukan kebetulan. Tingkat pengguna internet di Indonesia tahun 2016 mencapai 132 juta orang, dan 100 jutanya pengguna telepon pintar. Data dari Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (APJII) itu menunjukkan betapa mudahnya memanen kabar bohong dengan cepat.

Padahal berita hoaks berdampak secara psikologis terhadap penerimanya. Seorang peneliti dari Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan, Anindito Aditomo mengatakan bahwa secara afektif hoaks seringkali memicu emosi negatif, sepert marah, cemas, dan takut.

Dalam konteks situasi politik seperti di Indonesia saat ini, berita hoaks dipakai untuk menjelekkan atau memperlemah seseorang atau pihak tertentu. Wisnu mengatakan berita hoaks memanfaatkan sentimen emosi pembaca. Para pembuat hoaks tentunya memiliki tujuan agar pembacanya mau sepaham, dan dengan emosi kebencian, hoaks pun lebih mudah tersebar.

Andi Arief vs Arief Poyuono

Meski sama-sama memiliki nama Arief, namun keduanya pernah mengalami perseteruan seru. Arief Poyuono sendiri merupakan pengurus inti Partai Gerindra dengan jabatan Wakil Ketua Umum Bidang Buruh dan Ketenagakerjaan. Sedangkan Andi Arief adalah Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat.

Keduanya sama-sama pendukung capres Prabowo Subianto. Namun mereka sempat berselisih lantaran Prabowo lebih memilih Sandiaga Uno sebagai pendampingnya di Pilpres 2019 dibanding tokoh dari Partai Demokrat.

Saat itu, Andi Arief menyebut bahwa Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menerima uang masing-masing 500 miliar. Uang yang tak dibuktikan itu disebut sebagai langkahnya agar Sandiaga Uno bisa terpilih menjadi calon Wakil presiden mendampingi Prabowo.

Andi bahkan menyebut Prabowo sebagai jenderal kardus. “Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke Kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jendral kardus,” begitu kata Andi Arief.

Seakan tak terima dengan pernyataan Andi Arief, Arief Poyuono pun kemudian balik menyindir. Ia mengatakan bahwa Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah jenderal yang suka baper (bawa perasaan). Arie Puyono bahkan menyebut kalau Partai Demokrat adalah organisasi politik yang menyimpan koruptor paling banyak.

“Kalau Prabowo jenderal kardus, SBY itu jenderal baper (bawa perasaan), tukang ngeluh. Kardus-kardus koruptor itu justru di Demokrat, lihat siapa yang korupsi paling banyak, Demokrat,” kata Arief.

Raja Juli Antoni vs Fadli Zon

Perseteruan Fadli dan Raja bermula pada pertengahan Maret 2018 lalu. Saat itu Fadli Zon yang menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melaporkan kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ananda Sukarlan ke polisi. Laporan itu tentang penyebaran berita bohong yang menyebut bahwa Fadli pernah bertemu dengan dengan kelompok Muslim Cyber Army.

Seakan ingin membela sahabatnya sesama kader PSI, Sekretaris Jenderal PSI Raja Juli kemudian menuliskan di akun Twitternya soal Ananda yang akan dilaporkan oleh seseorang pembuat hoaks. “Bro @anandasukarlan akan dilaporkan ke polisi oleh tukang buat hoaks tiap hari. Kita support bro@anandasukarlan. Yang setuju RT pls!” Tulis Raja.

Merasa tak terima dituduh sebagai pembuat hoaks, Fadli Zon pun kemudian memaksa Raja untuk klarifikasi, namun tampaknya Raja enggan melakukannya. “Sekali lagi saya tanya Bro @AntoniRaja dan tolong dijawab kalau memang gentlemen: apakah anda sedang menuduh saya tukang buat hoaks tiap hari? Ayo jangan pengecut,” ujar Fadli.

Share: Soal Luhut Akan Cium Kaki Prabowo dan Hoaks yang Buat Para Politisi Berselisih