Budaya Pop

Ridwan Kamil Bicara Persatuan dan Esensi Manusia

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil merupakan seorang publik figur yang sudah tidak asing di masyarakat Indonesia. Sebagai Walikota Bandung, beragam kesuksesan telah ia tuai. Di media sosial pun, ia begitu menarik interaksi para pengikutnya. Ia akhirnya dipilih oleh Warga Jawa Barat sebagai gubernur untuk periode jabatan 2018-2023.

Di acara Mari Bung Rebut Kembali hari Sabtu, 9 Februari 2019 kemarin, Ridwan Kambil memberikan pidato pembukanya. Acara yang diadakan di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) tersebut dibuka dengan begitu hangat sekaligus substantif. Berikut beberapa poin penting dari pidatonya tersebut.

Minta Masyarakat Dorong Persatuan Lewat Dunia Digital

Membuka pidatonya, Ridwan Kamil menyatakan pentingnya menjaga persatuan. Namun, bukan persatuan dengan bentuk konvesional. Ia berharap masyarakat dapat menjaga persatuan melalui gawai-gawai yang mereka miliki, seperti salah satunya ponsel.

“Jadi Indonesia, menurut saya, di luar ekonomi kreatif, poinnya tetap saya titip ke generasi milenial ini satu, harga yang paling mahal kepada kita, bangsa yang takdirnya berbeda ini, persatuan. Dimulai dari mana? Dari hape,” ujar Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil.

Ia pun menjelaskan kalau ponsel pintar itu tidak hanya memiliki sisi baik, tetapi juga ada sisi buruknya. Kalau sisi baiknya jelas, yakni berkaitan dengan mempermudah urusan-urusan hidup manusia. Sedangkan sisi buruknya adalah kebohongan semakin mudah tersebar. Hal ini diperparah dengan keengganan masyarakat Indonesia untuk membaca. “Maka yang namanya smartphone itu ada sisi baik, ada sisi buruk. Sisi baiknya seperti ini, bisa bayar online, bisa manggil mobil online, bisa bayar travel, bisa booking, dan sebagainya. Sisi buruknya? Informasi enggak kesaring. Lima ribu berita bohong tiap tahun. Kenapa? Ada konsumennya. Orang Indonesia, milenialnya juga enggak suka baca. Indeks literasinya 60 dari 62 negara. Bacanya hanya 27 lembar per tahun menurut survey,” tuturnya.

Dalam mengatasi masalah malas baca tersebut, salah satu inisiatif yang sudah Kang Emil lakukan adalah membentuk Kolecer, atau Kotak Literasi Cerdas. Inisiatif ini ia lakukan karena merasa Indonesia masih sebatas negara yang lebih suka ngerumpi, bukan menulis dan membaca. “Kita ini malas membaca. Maka saya bikin gerakan literasi Kolecer, Kotak Literasi Cerdas, dan lain-lain. Kita ini bangsa rumpi. Bukan bangsa yang suka menulis dan membaca.” Ia pun berharap sisi buruk digital tidak masuk dan menghancurkan persatuan. “Jangan sampai sisi buruk digital ini masuk dan mengoyak mereka-mereka yang tidak kokoh.”

Empat Esensi Manusia Menurut Kang Emil

Kemudian, Kang Emil pun bercerita tentang apa visi yang ia bawa untuk masyarakat Jawa Barat. Ia mengungkapkan kalau setiap manusia Jawa Barat harus dapat memenuhi empat syarat yang ia canangkan.“saya bilang visi manusia jawa barat harus punya empat nilai, enggak bisa cuman seperempat, enggak bisa cuman dua per empat, enggak bisa hanya tiga per empat, harus empat per empat.”

Keempat hal tersebut adalah pertama, harus sehat.“Satu, sehat. Jangan ada stunting di antara kita. Stunting tuh gagal tumbuh karena kurang gizi.” Kemudian, ia juga menekankan pentingnya manusia Jawa Barat yang cerdas. “Dua, cerdas, IQ.”

Namun, kedua poin tersebut tidaklah cukup. Kang Emil juga menekankan pentingnya kecerdasan emosional. “Cerdas aja enggak cukup, milenial banyak yang pintar tapi nyinyir tapi julid. Karena apa? Enggak punya EQ. Emotional Quotient. Akhlak.” Terakhir, ia menekankan bahwa manusia Jawa Barat harus berkeimanan. Hal ini berangkat dari Indonesia sebagai bangsa yang percaya pada Tuhan. “yang terakhir adalah iman, spiritualitas. Karena kita ini bangsa yang percaya Tuhan.”

Share: Ridwan Kamil Bicara Persatuan dan Esensi Manusia