General

Rekam Jejak Plt Ketum PPP Suharso: Pernah Jadi Menteri Era SBY

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Suharso Monoarfa resmi dikukuhkan menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam Mukernas PPP ke-3 di Hotel Seruni, Cisarua, Bogor pada Rabu, 20 Maret 2019. Penunjukkan itu dilakukan setelah Romahurmuziy terjaring dalam operasi tangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Surabaya, Jumat, 15 Maret 2019 lalu.

Waketum PPP Amir Uskara lantas mengumumkan persetujuan pengukuhan Suharso sebagai Plt Ketum PPP. “Dengan mengucap ‘Bismillahirrahmanirrahim’ Mukernas PPP menetapkan dan mengukuhkan Suharso sebagai Plt Ketua Umum,” kata Amir Uskara tepat pukul 20.35 WIB, Rabu, 20 Maret 2019.

Baca Juga: Ketum PPP Romahurmuziy Ditangkap KPK dan Langsung Menuju Jakarta

Pengukuhan jabatan Suharso dihadiri pengurus harian DPP, majelis partai, dan seluruh DPW se-Indonesia. Sekjen DPP PPP Arsul Sani berlaku sebagai Ketua Panitia Mukernas. Dalam Mukernas ini, hadir pula elite PPP seperti Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Tugas berat pun menanti Suharso setelah menggantikan Rommy, sapaan akrab Romahurmuziy, sebagai Plt Ketum PPP. Apalagi PPP tengah bersiap menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, yang terdiri dari Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) dalam waktu bersamaan.

Namun, bagaimana rekam jejak Suharso di dunia politik? Akankah pengalamannya cocok untuk membuat terobosan di partai berlambang ka’bah ini?

Strategi Suharso Jalankan Roda Partai

Suharso mengungkapkan bahwa sejumlah langkah sudah disiapkan menjelang perhelatan Pilpres dan Pileg 2019 yang masih kurang dari 30 hari lagi. “Jelang pemilu ini suatu hal yang darurat juga, sejauh apa konsolidasi disiapkan jelang pilpres dan pileg,” kata Suharso usai resmi dikukuhkan sebagai Plt Ketum PPP.

Suharso berharap baik itu caleg maupun para politisi PPP tak perlu berkutat dengan kesedihan apalagi menambah masalah di tubu partai. Ia justru optimistis jika PPP bakal lolos ambang batas parlemen sebesar empat persen. “Beliau (Ketua Majelis Syariah PPP Maimoen Zubair atau Mbah Moen) minta supaya partai ini gerak dan eksis,” ujarnya.

Maka dari itu, Suharso bakal merangkul seluruh kader dan sayap partai PPP versi Djan Faridz untuk bergabung kembali menyatukan dan memperkuat PPP. “Sudah tidak ada dua kubu sejak 2016. Jadi secara legal formal, kami (PPP) itu hanya satu,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Suharso juga bercerita mengenai partainya yang pernah memiliki sosok pemimpin yang hebat pada masa Orde Baru, yakni pada diri Hamzah Haz. Menurut Suharsi, selama Hamzah memimpin sejak 1998 sampai 2007, PPP memiliki kekuatan yang sangat luar biasa.
Sayangnya, lanjut Suharso, kekuatan PPP justru melempem dan bahkan terhenti setelah Hamzah tak lagi menjabat sebagai Wakil Presiden RI tahun 2004. Padahal bersama Hamzah, PPP justru tampil sebagai partai yang memiliki posisi cukup kuat.

Baca Juga: Romahurmuziy. Ramalan Mahfud MD, dan Nasib Koalisi Jokowi Jelang Pilpres 2019

“Pak Hamzah Haz, ketika orang mengecilkan PPP, dengan beliau kita bisa merebut kursi di legislatif sebanyak 59 kursi, eksekutif, yudikatif dan Badan Pemeriksa Keuangan [BPK]. Tapi berhenti setelah 2004, sejarah kita setelah itu kelabu,” kata Suharso.

Jejak Karier Politik Suharso: Pernah Jadi Menteri Era SBY

Suharso sebelumnya menjabat sebagai Ketua Majelis Pertimbangan PPP. Kiprah Suharso Monoarfa dalam dunia politik dan pemerintahan memang tak bisa dipandang sebelah mata. Ia tercatat pernah menjadi anggota DPR RI hingga menteri.

Suharso Monoarfa yang lahir di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), 31 Oktober 1954 berasal dari keluarga pengusaha. Masa kecilnya lebih banyak dihabiskan di Malang, Jawa Timur. Setelah lulus SMA, ia akhirnya merantau ke Bandung, dengan tujuan belajar di Akademi Geologi dan Pertambangan, serta dilanjutkan ke Fakultas Planologi ITB, Bandung.

Setelah selesai dan lulus dari perguruan tinggi, Suharso memutuskan untuk bekerja di Bandung. Setidaknya ada beberapa jabatan penting yang diemban Suharso selama bekerja di dunia profesional. Ia pernah tercatat sebagai Chairman Rheno Resources, pada 2012.

Lalu, Suharso pernah menjadi Chairman PT. Argo Utama Global (1998 s.d. 2002), Direktur PT. Bukaka Sembawang Int. (1997 s.d. 2000), Chairman PT Batavindo Kridanusa (1996 s.d. 2000), Direktur, Corporate Secretary, PT Bukaka Teknik Utama (1991 s.d. 1997). Suharso juga pernah menjadi Direktur Nusa Consultant, (1986 s.d. 1990), General Manager PT First Nobel, Gobel Group, (1982 s.d. 1986) serta Direktur Penerbitan PT Iqro, Bandung, (1979 s.d. 1982).

Namun, setelah berpuluh tahun bekerja dan memegang sejumlah jabatan penting, Suharso akhirnya mencoba peruntungan di dunia politik. PPP menjadi tujuan Suharso untuk menjadi politisi dan ia bergabung ke partai berlambang ka’bah itu pada Pemilu 2004.

Kemudian, Suharso maju di Pileg 2004 dan akhirnya terpilih menjadi anggota DPR RI periode 2004-2009. Lalu, pada tahun 2009, Suharso Monoarfa dipilih oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk masuk kabinet menjadi Menteri Perumahan Rakyat di Kabinet Indonesia Bersatu II.

Sementara sebelumnya pada era pemerintahan Presiden Megawati, Suharso pernah ditempatkan menjadi Staf Khusus Wakil Presiden Periode 2002 s.d. 2004. Suharso juga menjadi anggota legislatif dari PPP pada 2004-2009. Namun, pada tahun 2011, atau belum sampai empat tahun, Suharso memutuskan mundur dari jabatannya sebagai menteri. Suharso mengundurkan diri karena alasan pribadi dan ingin melanjutkan bisnisnya lagi di bidang manufaktur dan kimia.

Di PPP, saat terjadi konflik PPP antara PPP kubu Suryadharma Ali dan Romahurmuziy, Suharso Monoarfa tampil lebih aktif. Ia yang merupakan orang kepercayaan Suryadharma Ali, akhirnya memutuskan bergabung dengan PPP Romahurmuzy ketimbang PPP kubu Suryadharma Ali.

Lebih lanjut, pasca Pilpres 2014, Suharso dan PPP kubu Romahurmuziy memilih bergabung dengan kubu capres terpilih Joko Widodo. Hal itu jelas berbeda seperti PPP kubu Suryadharma Ali yang jadi penyeimbang di luar pemerintahan. Akhirnya, Presiden Jokowi meminta Suharso untuk menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) periode 2014-2019.

Share: Rekam Jejak Plt Ketum PPP Suharso: Pernah Jadi Menteri Era SBY