General

Proyeksi Kabinet dan Calon-calon Menteri Jokowi

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Spekulasi mengenai komposisi kabinet di pemerintahan periode kedua Presiden RI Joko Widodo terus mengalir. Berbagai nama muncul dan sejumlah partai politik pengusung Jokowi-Ma’ruf Amin pun bahkan sudah mempersiapkan kader-kader terbaik mereka untuk ditawarkan masuk Kabinet Kerja Jilid II Periode 2019-2024.

Ada beberapa hal yang membuat isu soal isi kabinet ini jadi sorotan. Pertama, tentu komposisi, di mana kabinet lima tahun ke depan harusnya bisa tampil lebih baik dari kabinet sekarang. Kedua, partai-partai politik pengusung Jokowi berlomba-lomba menyodorkan jumlah kader yang layak dipertimbangkan. Ketiga, siapa saja menteri-menteri lama yang layak dipertahankan dan berpotensi diganti.

Sebetulnya dalam beberapa waktu terakhir, Jokowi beberapa kali menjelaskan soal bayangan komposisi kabinetnya untuk lima tahun mendatang. Ia memastikan, kabinet itu berasal dari latar belakang partai politik (parpol) dan profesional. “Ya, kira-kira 60:40 atau 50:50, kira-kira itu,” kata Jokowi usai menghadiri Pembukaan Karta Kreatif Indonesia (KKI) 2019, di Exhibition Hall A Jakarta Convention Center Jakarta, Jumat (12/07) pagi.

Lebih lanjut, soal nama-nama dan kriteria untuk kabinet mendatang, Jokowi mengaku sudah ada, termasuk blue print-nya juga sudah ada. Mantan Gubernur DKI Jakarta itupun bakal mengumumkan secepatnya. Selain itu, ia juga memastikan, ada beberapa menteri yang sekarang menjabat bakal dipertahankan.

Jokowi juga bakal mempertimbangkan untuk menggeser menteri-menteri yang bermasalah atau terseret kasus hukum. Sementara mengenai menteri dari kalangan muda, kemungkinan besar mantan Wali Kota Solo itu mengatakan, “Kalau enggak ada dari partai, ya, kita cari sendiri, profesional. Sekarang banyak banget profesional muda.”

Calon Menteri Harus Punya Komitmen

Peneliti Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSKP) Universitas Padjajaran Bandung, Idil Akbar menilai sudah tidak relevan lagi kalau saat ini masih memperdebatkan seputar dikotomi “profesional dan politikus” untuk calon menteri di kabinet Jokowi. Sebab, hal itu sudah dibicarakan lima tahun lalu saat Jokowi membentuk kabinetnya.

“Yang paling penting itu kan siapa sosok yang akan masuk ke kabinet, itu yang lebih menarik. Lima tahun lalu kan sudah dibahas soal calon menteri dari kalangan profesional dan partai politik itu. Jadi periode sekarang lebih baik bicara yang lebih visioner ke depan,” kata Idil saat dihubungi Asumsi.co, Senin (15/07/19).

Idil mengatakan nantinya yang terpenting calon-calon menteri Jokowi itu harus memiliki komitmen untuk Jokowi-Maruf Amin dan bisa menyelesaikan persoalan bangsa dan negara. Jadi tak masalah mau berasal dari kalangan profesional ataupun partai politik.

Belakangan yang jadi sorotan adalah soal partai politik pengusung Jokowi yang mengajukan jumlah kadernya sebagai calon menteri. Misalnya NasDem yang memintah 11 jatah kursi menteri, PKB 10 kursi, serta PPP mengusulkan sembilan kursi. Menurut Idil, hal itu memang agak rumit meningat partai pengusung Jokowi-Ma’ruf ada banyak.

“Persoalan koalisi partai adalah ketika yang diusung itu menang, maka isu yang muncul pasti soal bagi-bagi kursi. Kalau masalah menteri itu hak prerogatifnya presiden, maka kita kembalikan ke aturan itu. Semua parpol tentu bisa mengajukan nama untuk jadi menteri, tapi lagi-lagi mekanismenya kembali lagi ke tangan presiden.”

Pada periode pertama sebagai Presiden, Jokowi bahkan melakukan terobosan dengan menempatkan lebih banyak kalangan profesional non-parpol sebagai menteri. Saat pengumuman nama-nama menteri pada 26 Oktober 2014, ia memercayakan 20 menteri dari kalangan profesional dan 14 menteri dari parpol.

Soal Menteri Muda dan Menteri Lama yang Layak Dipertahankan

Dari bocoran susunan menteri yang sempat disinggung Jokowi dalam berbagai kesempatan, setidaknya ada anak muda dari partai politik (parpol) dan kalangan profesional non-parpol yang kemungkinan akan masuk. Idil pun sepakat soal itu bahwa perlu memberikan kesempatan untuk anak-anak muda potensial Indonesia untuk menjabat posisi strategis sebagai menteri di pemerintahan.

“Jangan pernah underestimate kemampuan SDM anak muda kita. Yang muda juga banyak yang punya kemampuan di atas rata-rata. Mereka juga bisa memberikan sumbangsih dan prestasi untuk negara kalau dipercaya.”

Menurut Idil, yang terpenting anak-anak muda itu memiliki kemampuan manajerial yang baik, kompeten di bidang yang bakal ditempatkan dan tentunya harus lulus fit and proper test sebagai calon menteri. “Harus pula berkomitmen terhadap bangsa dan negara, serta sanggup membantu menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa dan negara.”

Selain memunculkan wajah baru, beberapa menteri lama yang saat ini ada di pemerintahan, dinilai pantas dipertahankan. Idil melihat kinerja beberapa menteri terbilang baik sehingga sudah sepantasnya untuk dilanjutkan, agar program kerja yang belum berjalan maksimal, bisa diteruskan di periode mendatang.

“Misalnya beberapa menteri yang layak dipertahankan itu ada Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.”

Menariknya, untuk Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Idil melihat ada kemungkinan tak dipertahankan, meski secara kemampuan dan kinerja, dinilai baik bahkan banyak dipuji masyarakat. “Menteri Susi sepertinya masih cukup berat ya untuk dipertahankan, karena soal prestasi beliau sebagai menteri selain soal penangkapan ikan itu tidak ada yang bombastis.”

Share: Proyeksi Kabinet dan Calon-calon Menteri Jokowi