Isu Terkini

Memahami Program ‘Revolusi Putih’ di DKI Jakarta, Dari Pemenuhan Gizi ke Politisasi

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Gerakan ‘Revolusi Putih’ tampaknya akan benar-benar direalisasikan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dalam waktu dekat. Informasi itu disampaikan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno. Apa sih sebenarnya Revolusi Putih itu? Yuk kita runut infonya!

Apa sih Revolusi Putih itu?

Revolusi Putih adalah program pangan murah yang berfokus pada komposisi susu dan ikan. Hal ini dijelaskan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.

“Ini ada beberapa updating, kami ingin mengingatkan masyarakat khususnya yang kemarin belum sempat tersosialisasikan. Program pangan murah per Februari ini sudah ditambah dengan susu dan ikan,” ujarnya seperti dilansir dari Detikcom, Rabu, 7 Februari.

Kapan program ini akan mulai digalakkan?

Informasi terbaru menyebutkan bahwa Pemprov DKI Jakarta bakal segera mensosialisasikan program ‘Revolusi Putih’ pada Februari 2018 ini.

Tujuannya apa?

Tujuan Sandiaga Uno merealisasikan program Revolusi Putih ini adalah untuk meningkatkan asupan protein bagi warga Jakarta, terutama untuk masyarakat menengah ke bawah. Program tersebut tentu untuk mencapai tujuan jangka panjang dalam mencetak generasi muda di masa mendatang.

“Jadi kami sekarang, kami fokus program kebijakan pemerintah untuk meningkatkan asupan protein di kalangan masyarakat khususnya menengah ke bawah. Ini yang menurut kami secara jangka panjang protein ini akan meningkatkan kesehatan dan daya saing dari para tentunya generasi muda kita ke depan,” ujarnya.

Gimana sih ide awal kemunculan Revolusi Putih?

Seperti diketahui, Revolusi Putih merupakan salah satu program unggulan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sejak 2009. Ketum Gerindra, Prabowo Subianto pernah mengusulkan gerakan ‘Revolusi Putih’ kepada Gubernur DKI Anies Baswedan..

Seperti dikutip dari akun Facebook resmi Prabowo Subianto, 21 Oktober 2012, Revolusi Putih adalah hasil pemikiran Prabowo dan Partai Gerindra untuk membangun karakter bangsa yang sehat dan kuat. Salah satu caranya menjadikan susu sebagai konsumsi rakyat Indonesia setiap hari.

Kata ‘putih’ dalam Revolusi Putih sendiri sebenarnya identik dengan warna susu. Melalui gerakan tersebut, anak-anak Indonesia diharapkan bisa menjadi generasi penerus yang kuat dan cerdas dalam mengemban amanat-amanat kebangsaan pada masa-masa berikutnya.

“Kita jangan melihat hasilnya sekarang. Tunggu 10 sampai 15 tahun mendatang, jika gerakan ini simultan, yakinlah generasi kita akan menjadi generasi yang mumpuni. Hal itu juga sudah dilakukan India dan China,” tulis Prabowo Subianto di akun Facebook-nya pada 21 Oktober 2012.

Berarti program ini udah lama ada, dong?

Yes, bahkan di situs resmi Partai Gerindra, Program Revolusi Putih ini sudah muncul sejak Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009. Ketika itu, Prabowo Subianto adalah calon wakil presiden yang berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden.

Kontroversi Program Revolusi Putih

Sandiaga Uno sebelumnya sempat tak mau menyebut program pemberian subsidi untuk susu oleh Pemprov DKI itu sebagai Revolusi Putih. Sandi berpendapat penyebutan itu cenderung bernuansa politis.

“Jangan dipolitisir. Karena kalau dibilang Revolusi Putih itu nanti masuknya ke politik,” kata Sandiaga Uno di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (24/11/2017) lalu.

Sandiaga yang berlatar belakang pengusaha itu pun tak mau jika program Revolusi Putih itu nantinya dikaitkan dengan Prabowo Subianto. Meskipun, Sandi menganggap program tersebut merupakan program yang sangat baik.

“Jadi kalau ngomong bilangnya labelnya Revolusi Putih itu nanti diartikan bahwa ini karena Pak Prabowo. Dan karena Pak Prabowo itu semuanya politis gitu. Saya enggak mau,” pungkas Sandi.

Gak cuma itu aja nih guys, ternyata program Revolusi Putih gagasan Prabowo tersebut juga sempat ditentang oleh Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek. Menurutnya, realisasi Revolusi Putih tampaknya bakal sulit mengingat jumlah sapi di Indonesia dianggap tak bisa memenuhi kebutuhan untuk seluruh penduduk Indonesia.

“Saya agak enggak setuju. Susu kalian tahu dapat dari mana? Dari sapi. Cukup enggak sapi kita? 250 juta penduduk mesti dapat dari mana?” kata Menkes di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, pada Kamis 26 Oktober 2017.

Nila pun menyebut jika susu bisa digantikan dengan ikan yang juga kaya akan protein. Jumlah ikan di Indonesia lebih banyak ketimbang sapi perah.

“Jadi kalian harus mau makan ikan. Bu Susi (Menteri Perikanan dan Kelautan) sudah capek-capek nenggelamin kapal (pencuri ikan), masa kalian tidak mau makan ikan?” jelas Nila.

Share: Memahami Program ‘Revolusi Putih’ di DKI Jakarta, Dari Pemenuhan Gizi ke Politisasi