General

Prediksi Masa Depan DPR RI di Bawah ‘Tangan Dingin’ Bambang Soesatyo

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Teka-teki siapa sosok Ketua DPR RI yang baru akhirnya terjawab sudah. Hari ini, Senin (15/01), dalam sidang paripurna yang dimulai pukul 11.30 WIB, DPR RI akan melantik politisi Partai Golkar, Bambang Soesatyo sebagai Ketua DPR RI menggantikan Setya Novanto.

Pengangkatan Bamsoet, sapaan akrabnya, sudah dikonfirmasi oleh berbagai pihak seperti politisi senior Partai Golkar Aburizal Bakrie, hingga Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah. Setelah dilantik nanti, bagaimanakah masa depan DPR RI di bawah kepemimpinan Bamsoet?

Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, mengatakan kepada Asumsi.co bahwa Bamsoet diharapkan bisa meningkatkan kinerja DPR RI, terutama dalam hal legislasi. Politisi berusia 55 tahun itu diharapkan bisa maksimal bekerja meski hanya menjabat selama setahun sampai 2019 nanti.

“Tentu saja kita berharap Bamsoet sesuai dengan harapan banyak orang agar bisa meningkatkan kerja DPR terutama soal legislasi yang jauh dari Prolegnas. Mungkin hanya tujuh atau enam saja Undang-Undang yang udah selesai tapi selebihnya banyak yang terbengkalai,” kata Adi Prayitno kepada Asumsi.co.

Tak hanya itu saja, yang paling penting menurut Adi, Bamsoet harus bisa mengembalikan marwah DPR RI sebagai lembaga yang terhormat. Itu tentu jadi tugas berat lantaran dalam beberapa waktu terakhir citra DPR justru terpuruk karena kasus korupsi dan kerap berurusan dengan KPK.

“Kinerjanya harus ditingkatkan. Ketua DPR yg baru ini harus mampu mengembalikan citra DPR yang bersih, berintegritas, dan bebas dari korupsi. Apalagi kan, DPR belakangan selalu dihadapkan sama KPK,”

“Nah jangan sampai ke depannya, DPR terpuruk karena dipimpin sosok ketua yang baru jadi ini. Yang utama adalah mengembalikan citra DPR yang terlanjur ambruk. Lalu, yang paling penting Ketua DPR dari Golkar harus bersih dan komitmennya adalah gimana Golkar bisa menarik diri dari pansus hak angket KPK,” sambung Adi.

Untuk itulah, dalam upaya menjaga DPR sebagai lembaga yang bersih, Bamsoet harus berkomitmen, terutama perihal keterlibatan Bamsoet dan Fraksi Golkar di pansus hak angket KPK. Demi menjaga komitmen anti korupsi, Bamsoet harus menarik diri dari Pansus KPK.

“Bamsoet dan anggotanya harus menarik diri bahkan harus keluar, karena orang-orang melihat pansus itu. Jadi Golkar harus konsisten sama komitmennya,” jelas Adi yang juga merupakan Dosen Politik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Bamsoet dinilai bisa mengemban tugas dengan baik selama menjadi Ketua DPR RI nanti, terlebih ia merupakan mantan aktivis dan jurnalis. Dua modal itu dianggap cukup bagi politisi kelahiran Jakarta pada 10 September 1962 itu untuk mengembalikan citra DPR RI.

“Kalo lihat background organisasinya, Bamsoet itu mantan aktivis dan wartawan. Itu aja udah jadi bekal dan selama jadi anggota DPR juga dia emang dikenal supel, mungkin karena gaya komunikasinya bagus,” bebernya.

Adi menegaskan bahwa Bamsoet harus benar-benar berkomitmen untuk kembali membangun citra DPR yang bersih. Untuk itulah, Bamsoet diharapkan bisa menarik diri dari keberadaannya di pansus hak angket KPK.

“Saya kira harus tetap dilakukan (menarik diri) karena dia melekat pada pimpinan DPR. Ya kan DPR gak selalu ngurusin KPK, BLBI, Bank Century, atau E-KTP. Ada persoalan yang jauh lebih penting,” tegas Adi.

Sekedar informasi, sebelum menjabat sebagai Ketua DPR yang baru, Bamsoet menjabat sebagai Ketua Komisi III DPR RI. Sebelumnya dalam beberapa waktu terakhir, sederet nama muncul untuk menggantikan Setya Novanto seperti Ketua Badan Anggaran (Banggar) Aziz Syamsudin, Sekretaris Fraksi Partai Golkar Agus Gumiwang, hingga akhirnya Bamsoet dipilih.

Share: Prediksi Masa Depan DPR RI di Bawah ‘Tangan Dingin’ Bambang Soesatyo