General

Prabowo Akhirnya Buka Suara Soal Usulan Jadi Cawapres Jokowi

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Wacana memasangkan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden dan wakil presiden di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 tengah jadi perbincangan. Terkait hal itu, akhirnya Prabowo buka suara.

Rencana duet Jokowi-Prabowo di Pilpres 2019 mendatang pun memunculkan dua respons publik, yang pertama percaya dan yang kedua tidak percaya. Wajar respons seperti itu muncul lantaran kedua tokoh tersebut merupakan rival di Pilpres 2014 lalu.

Seperti diketahui, pada Pilpres 2014 lalu, Jokowi sendiri berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK) yang akhirnya memenangkan ajang 5 tahunan ini. Sementara Prabowo maju sebagai capres berpasangan dengan Ketua Umum PAN saat itu, Hatta Rajasa. Namun 5 tahun berlalu, bukan tidak mungkin situasi politik di Pilpres 2019 berubah sehingga duet Jokowi-Prabowo benar-benar terjadi.

Seperti apa sih jawaban Prabowo saat ditanya soal kemungkinan dirinya berpasangan dengan Jokowi di Pilpres 2019 nanti?

Prabowo: Kami Utamakan Kepentingan Nasional

Ternyata Prabowo sendiri menegaskan bahwa dirinya akan mendengarkan suara seluruh kader Partai Gerindra. Ia tak ingin tergesa-gesa mengambil sikap di Pilpres 2019 dan akan tetap mendengarkan suara seluruh pihak terdekatnya.

“Saya sebetulnya, kan, mandataris partai saya. Saya akan mendengarkan suara partai, suara rakyat, suara sahabat-sahabat, suara mitra,” kata Prabowo di rumah pribadinya, Jalan Kertanegara, Kebayoran, Jakarta Selatan, dinukil dari Kompas.com, Kamis, 1 Maret.

“Kami akan mengutamakan kepentingan nasional. Itu yang saya bisa janji kepada kalian,” kata politisi kelahiran Jakarta pada 17 Oktober 1951 tersebut.

Prabowo sendiri belum memutuskan apakah dirinya akan maju dalam Pilpres 2019. Politisi berusia 66 tahun tersebut menegaskan bahwa keputusan penting tersebut akan ia ambil setelah berkomunikasi dengan Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra dan parpol lain yang membuka peluang berkoalisi dengan Gerindra.

“Apa pun keputusan, saya selalu mengutamakan kepentingan nasional dan rakyat, yang terbaik untuk rakyat. Itu yang kami akan lakukan,” katanya.

Bamsoet Sebut Duet Jokowi-Prabowo Ideal

Sebelumnya, Ketua DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menilai bahwa menyandingkan Prabowo sebagai cawapres Jokowi merupakan langkah tepat. Hal itu sekaligus bisa menghindari perpecahan antara kedua pendukungnya, baik di masyarakat maupun di parlemen.

“Kalau tidak dimungkinkan [Jokowi-JK], yang paling bagus buat bangsa kita supaya tidak ada lagi pertarungan tajam antara para capres yang menyisakan luka dan recovery-nya lama, ya sudah, kalau Pak JK tidak boleh, maka yang ideal adalah pasangan Jokowi-Prabowo,” kata Bamsoet pada 26 Februari lalu.

Ia berpendapat jika Jokowi bisa berpasangan dengan Prabowo maka hal itu dapat meminimalkan pertarungan sengit yang berpotensi menimbulkan luka. Apalagi keberadaan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) kubu Jokowi dan Koalisi Merah Putih (KMP) kubu Prabowo di parlemen pun, membuat kinerja pemerintah menjadi tersendat.

“Jadi tanpa ada pertarungan sengit yang berpotensi menimbulkan luka kembali. Adanya KMP-KIH di parlemen juga sangat mempengaruhi akhirnya kinerja pemerintahan satu tahun kemarin pasca-pilpres kan agak stuck,” ujar Bamsoet.

Tak hanya Bamsoet, Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani juga mengungkapkan hal serupa. Ia menilai pertarungan Jokowi dan Prabowo pada Pilpres 2019 justru berpotensi kembali memicu konflik horizontal yang cukup tajam di kalangan masyarakat.

Fadli Zon Tak Setuju Duet Jokowi-Prabowo

Berseberangan dengan Bamsoet dan Arsul Sani, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon justru kurang setuju soal wacana duet Jokowi-Prabowo. Ia menegaskan bahwa seluruh kader Gerindra telah satu suara mendukung Prabowo maju sebagai calon presiden di Pemilu 2019.

Penegasan tersebut sekaligus membantah wacana untuk menyandingkan Prabowo sebagai cawapres pendamping Jokowi. Fadli mengatakan, pencalonan Prabowo sebagai capres akan memberikan pilihan bagi masyarakat sebagai pemilih.

Sebab, menurut politisi kelahiran Jakarta pada 1 Juni 1971 silam tersebut, jika Prabowo dicalonkan dengan Jokowi, maka tidak akan ada kekuatan penyeimbang. Karena seperti kita ketahui, Jokowi dan Prabowo merupakan dua kekuatan besar di perpolitikan Indonesia saat ini.

Share: Prabowo Akhirnya Buka Suara Soal Usulan Jadi Cawapres Jokowi