Budaya Pop

Pengaruh Wabah COVID-19 terhadap Industri Perfilman

Permata Adinda — Asumsi.co

featured image

Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) mengumumkan penundaan ajang penghargaan Parfi Awards 2020. Acara yang seharusnya digelar pada 10 Maret lalu di Bali berubah tanggal menjadi 1 Juli mendatang. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona.

Penyebaran virus Corona yang begitu luas membuat industri film di luar dan di dalam negeri ikut kena dampaknya. Diketahui, virus SARS-CoV-2 ini telah menyebar ke 119 negara, dengan jumlah orang terdampak telah lebih dari 119.000 kasus. Selain Cina, negara lain yang paling terdampak adalah Italia—dengan jumlah kasus lebih dari 10.000, Iran dengan jumlah kasus lebih dari 8.000, dan Korea Selatan dengan jumlah kasus lebih dari 7.700.

Pengaruh terbesar terlihat pada industri perfilman Cina. Negara ini mesti menutup lebih dari 70.000 bioskop. Bioskop yang tetap buka pun hanya bisa menjual tiket setengah dari kapasitas maksimal untuk mencegah penularan virus. Tahun Baru Imlek yang biasanya ramai diisi film-film blockbuster menjadi sepi. Demi mendorong orang agar tak bepergian, film seperti Lost in Russia dan Enter the Fat Dragon memutuskan untuk merilis filmnya secara gratis di internet.

Dampaknya, diperkirakan bahwa film-film box office di Cina mengalami kerugian hingga US$2 miliar. Jumlah penghasilan film-film box office selama periode Januari-Februari lalu hanya mencapai US$238 juta—berbeda dengan tahun lalu di periode sama yang jumlahnya mencapai US$2,148 miliar, dan pada 2018 dengan jumlah US$2,378 miliar.

Penutupan bioskop-bioskop di Cina juga berdampak kepada film-film Hollywood. Sejumlah film Hollywood telah menunda waktu tayangnya Cina, seperti Mulan yang seharusnya rilis pada 27 Maret, No Time to Die yang mestinya rilis pada 2 April, dan Sonic the Hedgehog. Tak hanya di Cina, Petter Rabbit 2 pun memutuskan untuk mengundurkan jadwal rilisnya di seluruh dunia—dari yang seharusnya di akhir Maret ini menjadi Agustus. Lantas, penyebaran virus SARS-CoV-2 ini pun diperkirakan telah merugikan nilai box office di seluruh dunia hingga US$5 miliar.

Tak hanya berdampak ke film-film blockbuster, festival-festival film internasional pun ikut terdampak. Festival Film Internasional Hong Kong yang seharusnya diselenggarakan di akhir Maret sampai awal April ini akan ditunda. Pengumuman ini telah disampaikan sejak pertengahan Februari lalu. Begitu pula dengan Hong Kong Asia Film Financing Forum (HAF). “Penundaan Festival Film Hong Kong ke-44 dan HAF ke-18 bukanlah keputusan mudah. Kami melihat perlu untuk ikut bertanggung jawab dengan tidak membahayakan keamanan serta keselamatan publik,” kata direktur eksekutif Festival Film Hong Kong Albert Lee.

Hal yang sama juga terjadi pada festival SXSW, ajang penghargaan American Film Institute, ajang penghargaan International Indian Film Academy, dan Festival Film Internasional Red Sea di Jeddah, Arab Saudi. Sementara itu, Festival Film Internasional Venice dan Festival Film Internasional Toronto yang biasanya diselenggarakan sepanjang Agustus-September dikatakan sedang memantau situasi dan belum bisa memastikan apakah festivalnya akan diundur.

Di tengah itu semua, Festival Film Cannes yang akan diselenggarakan pada pertengahan Mei mendatang dikabarkan tetap akan berjalan seperti biasa—terlepas dari jumlah kasus Corona di Prancis yang telah menjangkit lebih dari 1.700 orang. Padahal, pemerintah Perancis telah melarang penyelenggaraan acara dengan jumlah audiens lebih dari 1.000 orang. Peraturan ini diperketat dari batasan sebelumnya sejumlah 5.000 orang.

MIPTV (konferensi televisi internasional) yang waktu penyelenggaraannya hanya berjarak 6 minggu dari Festival Film Cannes dan berlokasi sama ini telah dibatalkan. Pihak MIPTV menyampaikan bahwa banyak dari klien yang mereka di luar negeri yang mengekspresikan kekhawatiran atas penyebaran virus SARS-CoV-2 ini. “Mengganti jadwal MIPTV ke bulan-bulan ke depan tidak memungkinkan, jadi kami memutuskan untuk membatalkan acara ini,” kata penyelenggara MIPTV Paul Zilk, dikutip dari rfi.fr. Selain MIPTV, Canneseries (festival televisi di Cannes) juga diputuskan untuk ditunda dan lebih dari 40 bioskop di Perancis sudah ditutup.

Terlepas dari itu, Festival Film Cannes berkilah bahwa mereka tidak mengumpulkan lebih dari 5.000 orang di dalam satu tempat tertutup. “Tidak pernah ada lebih dari 5.000 orang berkumpul di satu tempat,” kata humas festival Aida Belloulid, dikutip dari IndieWire, mengacu pada kapasitas ruang putar Palais du Festival yang sebanyak 2.300 kursi. Padahal, ketika memperhitungkan jumlah audiens dan delegasi internasional yang beraktivitas di luar ruang putar, jumlah pengunjung Festival Cannes bisa mencapai belasan ribu orang. Jumlah ini lebih banyak dari pengunjung MIPTV tahun lalu yang mencapai 9.000 orang.

Setelah pemerintah memperketat larangan berkumpul menjadi 1.000 orang, Festival Film Cannes kembali berkilah. Festival dikatakan tetap akan terselenggara dan “tidak ada yang berubah.” Menurut pihak festival, mereka sedang berkonsultasi dengan pemerintah dan akan melakukan segala upaya untuk mematuhi peraturan yang ada. Presiden festival Pierre Lescure berkata dirinya berharap bahwa, “wabah akan mencapai puncaknya di akhir Maret dan semua akan membaik di bulan April.” Batalnya Festival Film Cannes dikatakan akan berdampak besar terhadap keberjalanan bisnis film di berbagai lini di seluruh dunia.

Di tengah tutupnya bioskop-bioskop, diundurnya festival-festival film, dan film-film blockbuster yang merugi, Platform-platform OTT justru dikatakan jadi pihak yang paling diuntungkan. Analis di MKM Partner membuat basket saham-saham “Stay At Home”—salah satu isinya termasuk Netflix—yang nilainya berpotensi untuk meningkat dengan semakin gencarnya imbauan untuk tetap tinggal di rumah. Performa saham-saham ini juga lebih baik dari saham-saham di S&P 500 (indeks 500 saham dengan nilai terbesar di AS). Hal serupa juga terjadi pada platform OTT mirip Netflix di Cina, iQiyi yang mengalami peningkatan nilai saham.

Namun, hasil analisis lain menunjukkan untuk jangan terlalu berharap. Analis Needham Laura Martin berpendapat penyebaran virus Corona justru akan berdampak negatif terhadap performa Netflix. Sebab, Netflix punya skema pembayaran per bulan, bukan per film. “Netflix tidak diuntungkan secara ekonomi dari additional viewing hours pelanggan-pelanggannya. Pertumbuhan revenue NFLX justru sedang berisiko di tengah penyebaran COVID-19 karena NFLX adalah kemewahan,” kata Laura Martin dikutip dari Barrons.com.

Netflix juga ikut kena imbas virus Corona setelah salah satu filmnya, Red Notice, batal syuting di Italia. Produser film dengan pemain utama Dwayne Johnson ini dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk mencari alternatif lokasi syuting lain.

Ketua pelaksana Artist International Group David Unger berpendapat bahwa virus Corona dapat mengubah cara industri perfilman bekerja. “Siapa yang mau pergi ke bioskop sekarang? Apakah kamu mau duduk bersama sejumlah orang yang batuk-batuk? COVID-19 akan mengubah perilaku, pola orang menonton, dan cara orang mengkonsumsi hiburan. Ini akan menjadi bencana bagi seluruh industri,” kata Unger, dikutip dari Vulture.com.

Share: Pengaruh Wabah COVID-19 terhadap Industri Perfilman