General

PDIP dan Gerindra Kuasai DKI Jakarta, Apa Penyebabnya?

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Charta Politika Indonesia merilis hasil survei elektabilitas partai politik tertinggi di daerah pemilihan DKI Jakarta 1, 2 dan 3 dalam Pemilu 2019. Direktur Riset Charta Politika Muslimin menyebut bahwa PDIP dan Gerindra berpeluang menguasai ketiga dapil tersebut. Kedua partai tersebut bersaing ketat dalam perolehan suara di ibu kota.

“Kalau kita lihat, ini proporsional tertutup ya. Kita menyodorkan simulasi gambar partai, kita tanya kepada pemilih atau masyarakat di DKI I, 2, dan 3, seandainya pileg untuk memilih anggota DPR RI dilakukan hari ini, maka hasilnya, kita melihat bahwa di dapil DKI I itu yang unggul masih PDIP 17,6 persen, kemudian Gerindra 14,0 persen, Golkar 9,8 persen, kemudian ada PKB di urutan keempat, Demokrat 4,9 dan seterusnya,” kata Muslimin, di Resto Es Teler 77, Jalan Adityawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin, 11 Februari 2019.

Tak ingin kalah, hasil sebaliknya terjadi di dapil 2 yang meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan luar negeri. Di dapil tersebut, Partai Gerindra unggul dengan perolehan 27,0 persen suara yang dibayangi PDIP dengan elektabilitas 24,6 persen. Sementara PKS mendapatkan 8,3 persen, PKB 4,3 persen, dan Golkar 4,1 persen.

Kemudian di dapil 3 yang meliputi Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, Jakarta Barat, PDIP kembali unggul dengan hasil 29,4 persen. Disusul Gerindra 21,1 persen, PKS 7,0 persen, Golkar 5,5 persen dan PAN 5,1 persen. “Jadi hampir di tiga dapil ini komposisinya dikuasai oleh PDIP dan Gerindra,” ucap Muslimin.

Survei Charta Politik tersebut dilaksanakan pada 18-25 Januari 2019. Survei dilaksanakan dengan wawancara tatap muka kepada total 2.400 responden atau 800 responden di tiap dapil. Margin of error di tiap dapil kurang lebih 3,46 persen. Survei dilakukan di DKI Jakarta karena dianggap sebagai barometer politik nasional.

Berkat Pilgub DKI Jakarta

Jika dilihat lebih jauh, keberhasilan PDIP dan Gerindra menguasai perolehan suara di DKI Jakarta memang disebabkan sejumlah faktor. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah keberadaan kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta terutama pada edisi 2017 dan 2012 lalu.

Di Pilgub 2017 lalu, PDIP dan Gerindra bersaing ketat dalam memenangkan pasangan cagub-cawagub jagoan masing-masing. PDIP mengusung pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful, sementara Gerindra mengusung pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, dan pasangan lainnya ada Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Ahok-Djarot dan Anies-Sandi bahkan harus bertarung sampai pemilihan putaran kedua.

Sebagai catatan Ahok-Djarot sendiri diusung PDIP, Golkar, Hanura, dan Nasdem dengan jumlah 52 kursi DPRD. Lalu, ada sejumlah partai pendukung lainnya yakni PKPI dan PSI. Sementara Anies-Sandi diusung Gerindra dan PKS dengan jumlah 26 kursi DPRD dan juga didukung sejumlah partai seperti Perindo dan Partai Idaman.

Lalu, pasangan AHY-Sylvi diusung Demokrat, PPP, PKB, dan PAN dengan jumlah 28 kursi DPRD dan juga didukung sejumlah partai lainnya seperti PKNU, PMB, Partai Buruh, Partai Pelopor, PKDI, Partai Barnas, dan Pakar Pangan.

Pada putaran pertama, pasangan yang diusung PDIP yakni Ahok-Djarot berhasil meraih suara terbanyak yakni 42,99% atau 2.364.577 suara. Lalu, jagoan Gerindra yakni Anies-Sandi ada di posisi kedua dengan 39,95% atau 2.197.333 suara, sementara di tempat ketiga ada pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dengan 17,06% atau 937.955 suara. Hasil ini membuat pemilihan berlanjut ke putaran kedua.

Di pemilihan putaran kedua inilah, PDIP dan Gerindra sama-sama mengeluarkan kekuatan terbaik mereka untuk memenangkan pasangan masing-masing. Akhirnya, Anies-Sandi berhasil tampil sebagai pemenang pada pemilihan putaran kedua dan resmi menjadi Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 dengan perolehan 57,96% atau 3.240.987 suara, sementara Ahok-Djarot hanya mampu mengumpulkan 42,02% atau 2.350.355 suara.

Dengan begitu, Gerindra dinilai mampu memaksimalkan mesin politik mereka untuk bertarung habis-habisan dengan PDIP di putaran kedua Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu demi memenangkan pasangan masing-masing. Namun, terlepas dari hasil akhir, satu hal menarik dari kontestasi tersebut adalah bahwa Gerindra dan PDIP memang sudah mendapatkan tempat di DKI Jakarta.

Ternyata PDIP dan Gerindra tak hanya perkasa dan berkuasa di kontestasi Pilgub DKI 2017 saja. Jika menilik kontestasi lima tahun sebelumnya, kedua partai juga sudah bertengger di tempat teratas di DKI. Menariknya, di Pilgub DKI 2012, PDIP dan Gerindra justru bersatu dan mengusung pasangan yang sama hingga akhirnya menang.

Ya, PDIP dan Gerindra sama-sama mengusung pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama di Pilgub DKI 2012 lalu. Jokowi-Ahok yang diusung PDIP-Gerindra bahkan harus menghadapi lima pasangan cagub-cawagub lainnya. Mereka adalah petahana Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli yang didukung Demokrat, PAN, Hanura, PKB, PBB, PMB, dan PKNU.

Lalu, ada pasangan Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria (independen), Hidayat Nur Wahid-Didik J. Rachbini diusung PKS, Faisal Batubara-Biem Triani Benjamin (independen), Alex Noerdin-Non Sampono diusung Golkar, PPP, PDS, Partai Patriot, PKPB, PKDI, Partai RepublikaN, PPIB, Partai Buruh, PPNUI, dan PNI Marhaenisme.

Pilgub DKI 2012 juga berlangsung dua putaran. Di mana putaran pertama, dua posisi teratas diisi oleh Jokowi-Ahok dengan 42,60% atau 1.847.157 suara, disusul Foke-Nara dengan 34,05% atau 1.476.648 suara. Di putaran kedua, Jokowi-Ahok kembali menang dengan 53,82% atau 2.472.130 suara, sementara Foke-Nara dengan 46,18% atau 2.120.815 suara.

Kontestasi Pilgub DKI 2012 juga menjadi bukti kekuatan PDIP dan Gerindra memang tak terbantahkan. Apalagi kedua partai itu bersatu mendukung pasangan yang sama dan akhirnya menang.

Persaingan Jumlah Kursi DPRD DKI

Selain di kontestasi Pilgub DKI, dominasi PDIP dan Gerindra juga terlihat dari jumlah kursi kedua partai tersebut di DPRD DKI. Saat ini anggota DPRD DKI Jakarta terdiri dari 106 anggota yang dipilih berdasarkan daftar terbuka dari partai dalam Pileg 2014. Jumlah kursi untuk DPRD DKI itu sendiri mengalami peningkatan dari 94 kursi menjadi 106 kursi.

Saat ini rincian jumlah kursi DPRD DKI adalah PDIP menjadi partai mayoritas dengan perolehan 28 kursi, disusul Gerindra dengan 15 kursi, dan Partai Keadilan Sejahtera dengan 11 kursi. Ketua DPRD DKI sendiri dijabat oleh Prasetyo Edu Marsudi dari PDIP, sementara posisi Wakil Ketua DPRD DKI diisi Muhammad Taufik dari Gerindra.

Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa kekuatan PDIP dan Gerindra di DKI Jakarta memang sudah jelas. Jelang Pemilu 2019, PDIP dan Gerindra pun diprediksi akan bertarung ketat untuk merebut suara masyarakat ibu kota.

Share: PDIP dan Gerindra Kuasai DKI Jakarta, Apa Penyebabnya?