Isu Terkini

Pandemi Menghantam Generasi Z Lebih Keras daripada Generasi Lainnya

Permata Adinda — Asumsi.co

featured image

Seminggu setelah Nabilah lulus sidang skripsi, pemerintah mengumumkan kasus COVID-19 pertama di Indonesia. Imbauan untuk menerapkan social distancing telah mulai digencarkan dan sejumlah sektor usaha telah mulai melakukan perampingan dengan memotong gaji atau merumahkan karyawan-karyawannya.

Suasana tidak menentu, tetapi satu hal yang pasti: bagi seorang fresh graduate, mendapatkan pekerjaan akan berkali-kali lipat lebih sulit. Panggilan pekerjaan terbukti tak kunjung datang untuk Nabilah, dan dirinya memutuskan untuk pulang ke kota asalnya, Malang.

“Kalaupun perusahaan menerima dan merekrutku, apakah aku akan siap masuk kantor di tengah pandemi ini?” tutur Nabilah, yang merupakan lulusan program studi fisika, kepada Asumsi.co (21/4).

Nabilah yang lahir pada 1996 dapat dikategorikan sebagai angkatan tertua generasi Z: berusia 20-23 tahun. Kebanyakan dari mereka sedang bertransisi untuk masuk ke dunia kerja atau sedang di berada tahap awal karier. Menurut Pew Research Center, hampir separuh pekerja berusia 16-24 tahun bekerja di sektor jasa—seperti di restoran, bar, dan hotel. Kebanyakan mendapatkan penghasilan kurang dari upah rata-rata, dibayar harian atau hari liburnya tidak dibayar, dan tidak bisa bekerja jarak jauh atau dari rumah.

Berkat hantaman pandemi COVID-19, nasib para fresh graduate ini semakin tidak menentu. Sektor-sektor usaha tersebut jadi yang paling terdampak keras akibat kebijakan social distancing. Survei Harris Poll yang dilaksanakan pada Maret lalu juga menemukan bahwa pekerja di entry level lebih berisiko kehilangan pekerjaan dibandingkan pekerja yang lebih senior: 29% pekerja berusia 18-24 telah kehilangan pekerjaan, lebih tinggi dari pekerja berusia 45-64 tahun yang berada di angka 11%.

Sementara itu, Pew Research Center juga melaporkan orang yang berusia 18-29 tahun jadi yang paling rentan untuk menanggung beban finansial anggota keluarga mereka: 29% kelompok usia tersebut punya anggota keluarga yang kehilangan pekerjaan, 39% sisanya punya anggota keluarga yang mengalami pemotongan waktu kerja.

Jason Dorsey, peneliti generasi milenial dan Z serta presiden Center for Generational Kinetics, mengatakan generasi Z bukan hanya jadi yang paling banyak di-PHK, mereka juga tidak punya jaring pengaman sosial yang memadai. “Ekonomi kuat dan tingkat pengangguran yang rendah membuat generasi ini awalnya diuntungkan. Tetapi [banyak di antara] mereka dipecat secara tiba-tiba, tanpa tabungan memadai atau rencana pensiun yang bisa dimanfaatkan,” ungkap Dorsey kepada The Financial Brand.

Menurutnya, setiap generasi dipisahkan oleh peristiwa bersejarah yang membawa pengaruh besar. Peristiwa-peristiwa ini menimbulkan rasa waswas, mengubah cara orang memandang dunia, dan mempengaruhi cara seseorang mengambil risiko atau membuat keputusan.

Silent Generation adalah orang-orang yang menyaksikan langsung Perang Dunia II. Keturunan pertama mereka, Baby Boomers, lahir pada 1946 ketika perang baru saja berakhir. Sementara itu, Generasi X yang angkatan pertamanya lahir pada 1965 jadi generasi terakhir yang menyaksikan Perang Dingin. Generasi Milenial diasosiasikan dengan Krisis Ekonomi 2008, sementara Generasi Z dipisahkan dari Generasi Milenial oleh peristiwa 9/11.

Pandemi COVID-19 bisa jadi penanda antara generasi Z dan generasi setelahnya. Kedua generasi ini pula yang akan paling dipengaruhi oleh pandemi. Jika angkatan tertua Generasi Z kesulitan mendapatkan pekerjaan, angkatan muda Generasi Z yang masih sekolah mengkhawatirkan prospek mereka setelah lulus. Sebagaimana hasil survei yang dilaksanakan oleh College Reaction, diketahui bahwa para pelajar dan mahasiswa telah kehilangan kesempatan magang, pertukaran pelajar, dan pekerjaan paruh waktu.

Sekalipun tanpa pandemi, Generasi Z merupakan generasi yang rentan. Maraknya gig economy telah membuat pemasukan mereka sulit stabil. Begitu pula persoalan kesehatan mental. Berdasarkan sejumlah survei, diketahui bahwa tingkat depresi, melakukan self-harm, dan bunuh diri meningkat tajam sepanjang 2011-2018 di kalangan remaja. Kini berbagai penderitaan itu berlipat ganda.

“Pandemi ini akan mengubah cara Generasi Z belajar dan bekerja. Mereka juga akan lebih berhati-hati dalam mengambil risiko finansial,” ungkap Dorsey. “Ini adalah momentum yang mendefinisikan Generasi Z. Jika 9/11 menentukan Generasi Milenial, pandemi COVID-19 adalah untuk Gen Z,” lanjutnya.

Share: Pandemi Menghantam Generasi Z Lebih Keras daripada Generasi Lainnya