General

Mungkinkah Indonesia Lepas dari Jeratan Impor?

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image

Debat capres yang dilaksanakan di Hotel Sultan, Jakarta, hari Minggu (17/2) kemarin terjadi cukup seru. Debat tersebut mengusung tema energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan hidup. Dalam pemaparannya, calon presiden nomor urut 02 mengungkapkan kalau Indonesia harus swasembada pangan, energi, dan air. “Kita harus berdiri di atas kaki kita sendiri, kita harus swasembada pangan, swasembada energi, swasembada air, agar kita bisa survive sebagai suatu bangsa,” ujar Prabowo. Ia juga yakin kalau suatu negara dapat dikatakan berhasil jika dapat memenuhi ketiga hal tersebut tanpa impor. “Suatu negara dikatakan bisa berhasil kalau bisa memenuhi pangan untuk rakyatnya, energi untuk rakyatnya, dan air tanpa impor.” Dari ungkapan ini, ia mengimplikasikan kalau Indonesia masih impor dalam ketiga komoditas tersebut. Namun, apa benar Indonesia masih mengimpor hal-hal yang diungkapkan oleh Prabowo tersebut?

Indonesia Masih Mengimpor Air, Ekspor Lebih Besar

Ternyata benar, Indonesia masih mengimpor air. Dilansir dari CNBC Indonesia, terdapat rekaman data perdagangan luar negeri yang dikompilasi oleh UN Comtrade (sebuah lembaga PBB). Dalam rekaman tersebut, setidaknya sejak tahun 1989, Indonesia melakukan impor air. Air yang dimaksud adalah yang termasuk dalam golongan kode HS 2201. Di situs resmi Bea Cukai, kode HS 2201 ini adalah ‘Air, termasuk air mineral alam atau artifisial dan air soda, tidak mengandung tambahan gula atau bahan pemanis lainnya maupun pemberi rasa; es dan salju’. Di tahun 2017, jumlah impor air mencapai 3.168 ton (dengan asumsi masa jenis air=1kg/liter).

Baca Juga:  Viral #SandiwaraAnakMami dan Fakta Bawang Merah yang Sandiaga Perlu Ketahui

Meski demikian, di tahun yang sama, angka tersebut begitu kecil jika dibanding angka ekspor air Indonesia. Di tahun 2017, Indonesia mengekspor air sebesar 95.029 ton. Itu artinya, lebih dari 30 kali lipat angka impor air Indonesia.

Dalam mengimpor air, Indonesia paling banyak mengimpor dari Perancis. Salah satunya adalah merk air mineral Evian yang kini dijual umum di berbagai kedai swalayan. Sedangkan negara-negara utama tujuan impor air Indonesia adalah Timor Leste, Filipina, dan Singapura.

Di Sektor Pangan, Indonesia Juga Masih Impor

Tidak hanya air, Indonesia juga masih mengimpor pangan di tahun 2018 kemarin. Salah satu pangan yang diimpor adalah beras. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pemerintah Indonesia telah melakukan impor beras sebesar 2,25 juta ton sepanjang tahun 2018. Impor ini dilakukan secara bertahap dari bulan Januari hingga Desember 2018. Jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya, impor beras di tahun 2018 adalah angka impor tertinggi. Di tahun 2015, total impor beras hanya sebesar 861,60 ribu ton. Di tahun 2016, Indonesia mengimpor beras sebanyak 1,28 juta ton. Sedangkan di tahun 2017, angka impor beras Indonesia cukup rendah, yakni hanya sebanyak 305,27 ribu ton.

Impor Energi Masih Dilakukan Indonesia

Di sektor energi pun, Indonesia masih harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Dilansir oleh CNBC Indonesia, hingga bulan Agustus 2018, data yang dihimpun PT Pertamina mencatatkan rata-rata Indonesia mengimpor BBM Pertamina sebesar 393 ribu barel per hari. Angka ini mengalami peningkatan dari rata-rata harian impor BBM pada tahun 2017, yang mencatatkan impor sebanyak 370 ribu barel per hari.

Baca Juga: Rahasia Politik di Balik Pemikiran Ekonomi Brilian Faisal Basri

Sulit Melepaskan Jeratan Impor

Meski demikian, nampaknya warga Indonesia harus dapat terbiasa dengan realita bahwa Indonesia memang harus mengimpor. Untuk beras, misalnya, cuaca yang tidak menentu jelas dapat membahayakan cadangan beras Indonesia. Jika tidak mengambil langkah pencegahan dengan mengimpor, Indonesia justru akan kesulitan mendapatkan pasokan beras. Jika kelangkaan terjadi, harga naik, masyarakat Indonesia pun akan semakin sulit mendapatkan beras.

Selain itu, di sektor energi, ketergantungan masyarakat Indonesia akan minyak yang masih begitu besar jelas tidak akan terpenuhi begitu saja. Cadangan minyak yang terus menipis dan tidak dapat diperbarui jelas membuat Indonesia mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Salah satu solusi adalah masyarakat Indonesia harus mulai terbiasa dengan energi-energi terbarukan seperti energi listrik, sehingga impor energi seperti minyak dapat dikurangi.

Share: Mungkinkah Indonesia Lepas dari Jeratan Impor?