General

Melihat Lagi Rekam Jejak Jokowi-Mahfud MD dan Prabowo-Anies Baswedan Jelang Pilpres 2019

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Pendaftaran calon presiden dan wakil presiden tinggal menunggu waktu saja. Dalam jadwal Komisi Pemilihan Umum (KPU), pendaftaran dibuka pada tanggal 4 Agustus dan ditutup pada 10 Agustus. Sejauh ini, sudah muncul nama-nama kuat yang berpotensi akan bertarung di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang. Siapa saja?

Nama sang petahana, Joko Widodo sudah dipastikan maju kembali sebagai capres di Pilpres 2019. Jokowi sendiri saat ini tengah mencari dan memastikan sosok yang akan mendampinginya sebagai cawapres.

Menariknya, nama Mahfud MD sebagai kandidat paling kuat yang dianggap layak menjadi cawapres Jokowi. Kemungkinan pasangan Jokowi-Mahfud MD pun bisa saja terwujud di Pilpres 2019 nanti. Lalu, siapa yang akan jadi penantang keduanya?

Sementara sampai sejauh ini, salah satu nama terkuat yang digadang-gadang akan maju sebagai penantang Jokowi adalah Prabowo Subianto. Ya, Ketua Umum Partai Gerindra tersebut dianggap masih jadi lawan potensial Jokowi.

Kabarnya, Prabowo pantas maju sebagai capres berpasangan dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Ya, nama Anies juga cukup kencang disebut-sebut sebagai salah satu cawapres ideal untuk mendampingi Prabowo.

Seperti apa sih rekam jejak masing-masing pasangan seperti Jokowi dan Mahfud MD dan Prabowo-Anies jika memang nanti maju di Pilpres 2019? Lalu, bagaimana peta kekuatan keduanya?

Joko Widodo dan Mahfud MD

Jokowi sendiri sudah resmi diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk maju sebagai capres di Pilpres 2019. Pengumuman itu disampaikan langsung oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, dalam Rakernas (Rapat Kerja Nasional) ke-III PDIP yang digelar tertutup di Bali, Jumat 23 Februari 2018.

Seperti yang sudah kita ketahui, Jokowi sendiri merupakan sosok petahana yang akan kembali bertarung di Pilpres 2019. Masa jabatan Jokowi sebagai Presiden RI yang dimulai pada 2014 lalu, akan habis pada 2019 mendatang.

Sebelum menjabat sebagai Presiden RI, Jokowi pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada rentang 15 Oktober 2012 sampai 16 Oktober 2014. Kala itu, sosok kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, pada 21 Juni 1961 itu berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Lalu, Jokowi juga pernah memimpin Surakarta sebagai Wali Kota pada rentang waktu 28 Juli 2005 sampai 1 Oktober 2012. Dengan modal kepemimpinan di Surakarta dan Jakarta itulah, Jokowi akhirnya berhasil merebut hati rakyat dan menjadi Presiden RI.

Saat ini, Jokowi pun tengah mencari sosok yang tidak hanya tepat, tapi juga mampu melengkapinya sebagai cawapres. Selama empat bulan terakhir mencari sosok cawapres, salah satu nama yang santer dikabarkan layak berpasangan dengan sosok berusia 57 tahun itu adalah Mahfud MD.

Mahfud MD sendiri merupakan mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) yang dinilai layak maju sebagai cawapres mendampingi Jokowi. Mahfud punya jam terbang dan pengalaman yang tinggi di dalam pemerintahan.

Mahfud juga memiliki rekam jejak yang bagus dan kesuksesannya pun jelas, baik di level eksekutif, legislatif dan yudikatif. Tercatat, sosok kelahiran Sampang, Madura pada 13 Mei 1957 itu pernah menjadi Menteri Pertahanan kemudian Menteri Kehakiman di era Presiden Gus Dur (2000–2001).

Sementara itu, untuk level legislatif, Mahfud pernah menjabat sebagai anggota DPR RI menempati Komisi III dan Wakil Ketua Badan Legislatif (2004–2008). Lalu, di level yudikatif, Mahfud pernah menjadi ketua MK (2008-2013).

Joko Widodo dan Mahfud MD. Foto: gemarakyat.net

Selain itu, Mahfud juga punya banyak kelebihan. Peneliti LIPI Bidang Politik dan Pemerintahan Profesor Lili Romli menilai Mahfud paling berpotensi menjadi cawapres pendamping Jokowi di Pilpres 2019 nanti.

Romli berpendapat bahwa Mahfud bisa menjadi magnet tersendiri dalam meraup suara, terutama dari kalangan umat Islam. Menurutnya, rekam jejak Mahfud terkenal punya integritas yang cukup tinggi.

“Lalu dia punya basis dukungan dari kalangan NU (Nahdlatul Ulama). Yang ketiga, dia juga dekat dengan PKB. Mungkin kelemahannya dia finansialnya kecil,” kata Romli di Universitas Indonesia Salemba, Jakarta Pusat, seperti dilansir Liputan6com, Kamis, 12 Juli.

Selain itu, Romli mengatakan bahwa Mahfud juga bisa mendulang suara dari semua golongan, baik dari kalangan Muhamadiyah maupun non-Islam. Hal itu tak lepas dari fakta bahwa Mahfud merupakan figur tokoh Islam moderat.

Nantinya, andai saja Jokowi pada akhirnya memilih Mahfud, maka pilihan itu dianggap tak akan sia-sia karena akan bisa menangkal serangan politik SARA. Romli mengambil contoh di Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2018 beberapa waktu lalu.

Romli menyebut pasangan cagub Ganjar Pranowo bisa menang di Pilgub Jateng 2018 karena wakilnya Taj Yasin dapat dukungan umat Islam. Kira-kira kondisi yang sama akan tercipta jika Jokowi memilih Mahfud.

“Seperti Ganjar dan Taj Yasin lah, kalo enggak sama Taj Yasin, bisa kalah kan Ganjar, terbelah ini,” ujarnya.

Prabowo Subianto dan Anies Baswedan

Sementara Prabowo Subianto yang digadang-gadang akan maju kembali sebagai penantang Jokowi, sampai hari ini masih belum resmi mengumumkan maju sebagai capres di Pilpres 2019. Meski begitu, ia diprediksi bakal kembali maju.

Prabowo sendiri saat ini menjabat sebagai Ketum Partai Gerindra. Sebelumnya pada Pilpres 2014 lalu, Prabowo yang maju sebagai capres berpasangan dengan Hatta Rajasa, pernah bertarung dengan Jokowi-Jusuf Kalla.

Sayangnya Prabowo dan Hatta Rajasa gagal menang dan harus mengakui keunggulan pasangan Jokowi-JK. Kala itu, Jokowi-JK meraup total 53,15 persen suara, sementara Prabowo-Hatta Rajasa mengantongi total 46,85 persen suara.

Prabowo sendiri banyak menghabiskan hidupnya di dunia militer. Sosok kelahiran Jakarta pada 17 Oktober 1951 silam itu pernah menjabat sebagai Panglima Kostrad pada rentang 20 Maret 1998 sampai 22 Mei 1998.

Lalu, Prabowo juga pernah menjabat sebagai Danjen Kopassus dengan masa jabatan dari 1 Desember 1995 sampai 20 Marat 1998. Pada 2008, sosok berusia 66 tahun itu mengukuhkan pembentukan Partai Gerindra bersama rekannya.

Anies Baswedan dan Sandiaga Uno saat jadi cagub dan cawagub DKI Jakarta bersama Prabowo Subianto. Foto: Twitter/@AniesBaswedan

Prabowo pun merangkul kekuatan politiknya melalui jalur perhimpunan petani, pedagang pasar tradisional, dan kegiatan pencak silat Indonesia. Selama dua periode sejak 2004 silam, ia memimpin Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).

Kini, Prabowo pun mulai dipasangkan dengan sejumlah tokoh nasional untuk bersanding di pentas Pilpres 2019. Satu nama kuat yang berpotensi mendampingi Prabowo adalah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Bahkan, dari hasil survei beberapa lembaga, nama Gubernur DKI Jakarta Anies selalu masuk dalam skema capres atau cawapres. Dalam survei Cyrus Network, Anies dinilai paling cocok untuk mendampingi Prabowo di Pilpres 2019.

Managing Director Cyrus Network, Eko Dafid Afianto, mengungkapkan bahwa responden yang memilih Anies mencapai 15,3 persen, sementara di posisi kedua ada nama Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan 14,8 persen dan mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo 12,8 persen di posisi ketiga.

Bahkan, Prabowo sendiri juga serius mempertimbangkan Anies sebagai cawapresnya.

“Pak Anies salah satu calon, tokoh muda yang kami pandang capable. Jadi saya kira beliau calon serius juga,” ujar Prabowo di kediamannya, Jl Kertanegera, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, seperti dilansir Detikcom, Jumat, 6 Juli.

Share: Melihat Lagi Rekam Jejak Jokowi-Mahfud MD dan Prabowo-Anies Baswedan Jelang Pilpres 2019