Isu Terkini

Lis Andriana, Srikandi Paralayang yang Pernah Hattrick Juara Dunia

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Lis Andriana mungkin tak pernah membayangkan pernah menjadi yang terbaik di dunia paralayang Indonesia. Di usianya yang tak lagi muda, Lis masih menjadi andalan tanah air untuk mendulang medali di ajang Asian Games 2018.

Memang Lis pun tak memungkiri jika usianya tak lagi muda dan kini ada banyak atlet-atlet paralayang Indonesia yang berusia muda dan potensial. Meski begitu, ia akan tetap memberikan yang terbaik di ajang olahraga se-Asia empat tahunan itu.

Lis sendiri mulai masuk ke dunia paralayang sejak 12 tahun yang lalu. Perempuan kelahiran 1 April 1983 silam ini mengungkapkan bahwa paralayang tak hanya sekedar olahraga saja, melainkan sudah menjadi hobi dan pekerjaan.

“Aku mulai menggeluti paralayang itu pada 2006, terus mulai seleksi itu di tahun 2007, dan tahun 2008 itu aku udah menang di ajang Asian Beach Games. Sebenarnya ini adalah hobi dan pekerjaanku,” kata Lis seperti dikutip dari Kompas TV, 5 Agustus 2016 lalu.

Kerja keras dan usaha yang maksimal ternyata berbuah manis bagi Lis. Sosok atlet berusia 35 tahun ini bahkan pernah sukses meraih hattrick atau tiga gelar juara dunia beruntun di dunia paralayang.

Hebatnya lagi, jauh sebelum Lis mengukir prestasi cemerlang tersebut, ia justru dikenal sebagai sosok yang takut dengan ketinggian. Tapi kini, Lis justru berhasil mengalahkan ketakutannya itu menjadi prestasi.

Lis Andriana saat menjalani latihan paralayang. Foto: Facebook/Persatuan Suporter Atlet Indonesia.

Seperti apa sih kisah perjalanan Lis Andriana sebagai atlet paralayang andalan Indonesia? Lalu, apa target Lis di pentas Asian Games 2018 yang kabarnya akan menjadi panggung terakhirnya sebagai atlet profesional.

Lis yang Awalnya Takut Ketinggian

Lis Andriana mungkin tak pernah menyangka jika sesuatu yang dulu menjadi sumber ketakutan dalam hidupnya justru membawanya menuju panggung dunia. Dulu, Lis takut ketinggian dan sekarang ia berubah jadi penguasa ketinggian.

Semua cerita sukses Lis sendiri berawal ketika pemerintah Kota Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur, membutuhkan beberapa atlet putri untuk diterjunkan di cabang paralayang di Pekan Olahraga Provinsi Kalimantan Timur tahun 2006.

“Awalnya aku enggak mau jadi atlet, apalagi paralayang. Aku takut ketinggian. Namun ayah berhasil membujuk dan aku ikut aja,” kata Lis.

Akhirnya, Lis pun mau ikut serta dan akhirnya dikirim sang ayah untuk berlatih di pusat pelatihan paralayang di Malang, Jawa Timur. Namun, keputusannya untuk memulai terlibat di dunia paralayang itu pun membawa konsekuensi tersendiri.

“Waktu terbang pertama kali dengan instruktur, aku merem aja. Enggak berani buka mata. Tau-tau sudah mendarat dan rasanya kok biasa aja. Lama-lama berani buka mata,” ujar Lis yang mengakui butuh enam kali terbang sebelum akhirnya berani membuka mata.

Pernah Nyangkut di Pohon dan Tiang Listrik

Selain itu, Lis juga mengaku pernah tergantung selama dua jam di sebatang pohon ketika pendaratannya tidak semulus yang dikira ketika berlatih di Malang. Semua kerja keras itu pada akhirnya membawa kebanggaan tersendiri bagi Lis dan sang ayah setelah ia sukses tampil sebagai juara di cabang paralayang PON 2006.

Tak lama setelah itu, Lis kembali dihadapkan pada tantangan berikutnya untuk naik level. Ya, pemerintah mengumumkan tengah membutuhkan atlet paralayang putri untuk mewakili Indonesia di ajang Asian Beach Games perdana di Bali, pada tahun 2008 lalu.

Atlet senior paralayang Indonesia, Lis Andriana. Foto: Twitter/@KickAndyShow.

Lalu, dari seleksi yang digelar pemerintah, terpilihlah tujuh orang atlet putri yang akan mewakili Indonesia di ajang pesta olahraga pantai terbesar di Asia ini. Salah satu atlet yang termasuk di dalamnya adalah Lis.

Lis dan rekan-rekannya yang lain melakukan pemusatan latihan di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat selama setahun. Pada momen itulah, Lis merasakan betul banyak mendapat pelajaran, terutama dalam mengatasi rasa takutnya.

Tak tanggung-tanggung, di ajang Asian Beach Games 2008 di Bali tersebut, Lis ikut menyumbangkan total 2 medali emas untuk Indonesia.

Dari berbagai kejuaraan yang sudah diikuti selama ini, Lis pun bercerita soal kejadian mengesankan dan mengundang resiko yang pernah ia alami saat ikut serta di sebuah kejuaraan paralayang.

“Pernah waktu di Turki, aku nyangkut di tiang listrik yang membuat satu kota padam. Untung mereka punya sistem pemadaman yang bagus. Begitu ada gangguan, aliran langsung mati. Mungkin kalau kejadiannya di Indonesia, aku sudah mati,” ujar Lis.

Hattrick Juara Dunia

Lis kembali mewakili Indonesia di ajang SEA Games 2011 yang berlangsung di Jakarta dan Palembang. Saat itu, Lis dan rekan-rekannya di Tim Paralayang sukses memboyong 10 dari total 12 emas yang dipertandingkan.

Pada saat itu, Lis sendiri ikut menyumbangkan total empat medali emas dan dua perak. Tak berhenti sampai di situ saja, prestasi demi prestasi pun terus berdatangan dan berhasil diraih Lis saat mewakili Indonesia.

Puncaknya, Lis berhasil menyabet hattrick gelar juara dunia atau tiga kali juara dunia secara beruntun pada 2012, 2013, dan 2014. Kejuaraan dunia paralayang yang diikuti Lis saat itu adalah Paragliding Accuracy World Cup.

“Aku tentu saja bangga bisa bawa nama Indonesia di panggung dunia. Aku selalu menikmati tiap penerbangan, karena bisa melihat keindahan dunia dari atas,” kata Lis.

Lis Andriana (kiri) memamerkan trofi juara dunia pada Paragliding Accuracy World Cup 2013 di Malaysia, 16-18 Oktober 2013. Foto: Istimewa.

Dengan demikian, Lis mampu menjaga tradisi juara yang diraih Indonesia sejak tahun 2010 lalu. Sebelumnya, atlet paralayang putri Ifa Kurniawati memulai tradisi juara ini di tahun 2010 yang dilanjutkan oleh Sirin Milawati Siri saat juara di tahun 2011.

“Menjadi juara dunia adalah mimpiku. Semua prestasi yang sudah aku raih tidaklah mudah, Aku merasa bangga dan ada kepuasan tersendiri dalam hidupku,” ucapnya.

Target Berat di Asian Games 2018

Lis dan Tim paralayang Indonesia ditargetkan meraih tiga emas di pentas Asian Games 2018. Sekadar informasi, paralayang sendiri untuk pertama kalinya akan dipertandingkan di ajang Asian Games dan akan digelar di kawasan Puncak, Cianjur, Jawa Barat.

Seperti diketahui, Paralayang Indonesia menempati peringkat pertama ranking dunia versi World Air Sports Federation (FAI) dalam kategori ketepatan mendarat per 1 Juli 2018.

Dengan pencapaian itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mengharapkan paralayang bisa menyumbang tiga emas, masing-masing di nomor ketepatan mendarat regu putra, regu putri, dan ketepatan mendarat individu putri.

Lis pun mengaku target yang dicanangkan tersebut memang terbilang cukup berat. Namun, Lis percaya bahwa tim paralayang Indonesia bisa menyumbang medali emas di kategori akurasi regu.

“Beban memang berat, apalagi saya senior. Tapi saya yakin kalu di akurasi regu, tim ini bisa,” kata Lis, Kamis, 26 Juli 2018.

“Saya pribadi di masa-masa mendekati ini sudah siap 90 persen. Tapi untuk sekarang kondisi lagi tidak fit setelah beberapa hari ini terbang tinggi,” ujarnya.
Lis juga menyebut bahwa Jepang akan menjadi lawan berat bagi Indonesia. Meski begitu, Lis tetap optimistis jika tim Indonesia bisa memberikan yang terbaik, apalagi mereka akan didukung fasilitas memadai.

“Paling berat itu dari Jepang karena ada juara dunianya. Tapi alhamdulillah alat kami nanti sangat bagus. Itu alat terbaik di dunia yang kami pakai.”

“Kami tahu, lawan kami itu sudah pernah juara dunia. Kami optimistis dengan alat yang sama dan tempat ini. Mereka bisa terbang di tempat yang terang sedangkan di sini tidak. Kami juga sudah coba semua kondisi di sini, mereka belum. Nah, itu keuntungan kami,” ujar Lis.

Lis mengaku bahwa Asian Games 2018 akan menjadi panggung internasional terakhirnya. Juara dunia tiga kali dari nomor akurasi pendaratan putri tersebut mengaku bakal pensiun.

Lis mengaku akan pensiun mengingat usianya yang tak lagi muda. Tahun ini penerbang paralayang asal Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim) itu sudah menginjak usia 35 tahun.

“Kan saya sudah di bawah (tidak lagi juara dunia). Yang muda-muda sekarang lebih hebat dari saya. Jadi sepertinya saya habis Asian Games, sudahlah selesai (pensiun),” kata Lis di pusat pelatihan atlet paralayang di Pasir Sumbul, di Cianjur, Jawa Barat (Jabar), Kamis, 26 Juli 2018.

“Kalau terbang saya nggak berhenti. Tapi untuk mewakili Indonesia, kayaknya Asian Games yang terakhir,” ujarnya.

Share: Lis Andriana, Srikandi Paralayang yang Pernah Hattrick Juara Dunia