Isu Terkini

Kue Putri Salju untuk Hari Raya

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image

Ramadan akan segera tergantikan dengan syawal. Itu artinya, sebentar lagi umat muslim akan merayakan lebaran. Di tiap-tiap perayaan lebaran, satu hal yang hampir tidak pernah terlewatkan adalah keberadaan kue-kue kering. Menghiasi meja ruang tamu, kue-kue kering ini disuguhkan bagi para tamu yang bertandang. Salah satu kue kering tersebut adalah kue putri salju.

Dalam sejarahnya, kue putri salju tidak pernah memiliki keterkaitan apapun dengan perayaan umat muslim. Jika menilik sejarah Islam di Arab masa lampau, “kue putri salju” tidak pernah disebutkan sebagai bagian dari perayaan lebaran. Meski demikian, masyarakat muslim di Asia Tenggara, khususnya Malaysia dan Indonesia, menggunakan kue ini untuk menyemarakkan perayaan Idulfitri.

Tidak ada Putri dalam Kue Putri Salju

Bayangkan kalian adalah seseorang yang sama sekali belum pernah mengetahui keberadaan kue putri salju. Apa yang ada di pikiran kalian mengenai kue ini? Seperti apa gambaran yang terlintas di benak kalian mendengar kata “putri salju”?

Warna putih, yang identik dengan warna salju, mungkin akan menjadi jawaban. Namun, tidak lebih dari itu. Sulit untuk mengidentifikasi seperti apa bentuk kue putri salju kalau belum pernah sama sekali melihat kue tersebut.

Kue putri salju memang berwarna putih karena dilapisi gula halus. Namun tidak ada kesan “putri” dalam kue ini. Dari bentuknya yang menyerupai bulan sabit, kue ini lebih cocok diberi nama “bumerang putih.”

Secara rasa, kue ini memberikan sensasi manis, gurih, dan dingin ketika digigit. Adonan tepung terigu, tepung maizena, mentega, dan kuning telur yang dipanggang dalam oven menimbulkan kesan gurih dan manis tersebut. Sedangkan efek dingin ditimbulkan dari penggunaan gula halus.

Disajikan di Berbagai Negara dan Perayaan

Kalau kalian merasa bahwa kue putri salju hanya disajikan saat perayaan lebaran, kalian salah besar. Di Indonesia, kue putri salju juga digunakan untuk perayaan-perayaan agama lain, seperti Natal dan tahun baru Imlek.

Kue putri salju juga tidak eksklusif hanya ada di Asia Tenggara. Kue ini dikenal di negara-negara Eropa, khususnya Austria dan Jerman. Di sana, putri salju dikenal dengan nama yang lebih harfiah, yakni Vanillekipferl (kue vanila berbentuk bulan sabit). Kue ini menjadi hidangan wajib saat perayaan natal.

Sedikit perbedaan antara putri salju dan vanillakipferl terletak pada penggunaan rasa vanila. Hampir tidak ada putri salju yang menggunakan perasa vanila di dalam adonannya. Sehingga, rasa dari gula halus dan adonan sangat kuat dalam putri salju. Sedangkan pada vanillakipferl, rasa vanila mendominasi kue tersebut.

Identifikasi Kue Putri Salju Sebagai Syarat Hari Besar

Baik di Eropa atau di Asia Tenggara, terdapat satu benang merah yang dapat diambil, yakni penggunaan kue putri salju sebagai bagian dari perayaan hari besar agama. Meski tidak ada agama yang benar-benar mempromosikan kue putri salju sebagai bagian dari ritual hari besar keagamaan, kehadiran kue berbentuk bulan sabit ini menjadi satu hal yang normal. Bahkan, ada beberapa orang yang merasa bahwa tanpa kue putri salju, rasanya tidak seperti berlebaran! Mengapa kenormalan ini bisa terbentuk?

Jika memahaminya dalam gambaran yang lebih besar, normality (keadaan yang normal) dapat terbentuk karena dua cara, yakni cara-cara koersif dan non-koersif. Dengan asumsi tidak adanya direct punishment (hukuman langsung) jika kue putri salju absen di meja tamu, dapat diyakini bahwa kenormalan kue putri salju ini terbentuk dengan cara yang non-koersif. Satu penjelasan yang paling masuk akal dari terbentuknya kenormalan ini adalah pelanggengan tradisi dalam satu konteks sosial yang saling berinteraksi secara horizontal dan vertikal.

Secara horizontal, tradisi menyajikan kue putri salju langgeng akibat tersebar luas secara perlahan dari satu keluarga ke keluarga yang lain. Dari yang sebelumnya hanya beberapa keluarga saja, kue putri salju disajikan semakin banyak keluarga. Akhirnya, tradisi menyajikan kue putri salju dilakukan secara masif dalam satu lingkup sosial.

Secara vertikal, tradisi menyajikan kue putri salju terlanggengkan melalui institusi keluarga. Secara turun-temurun, seorang anak belajar dari orang tua mengenai penyajian kue putri salju ketika hari besar tiba. Nantinya, ketika si anak dewasa, ia akan mengajarkan pada anaknya hal yang sama. Hal ini melanggengkan kehadiran putri salju dalam perayaan hari-hari besar.

Share: Kue Putri Salju untuk Hari Raya