General

Cak Imin: Saya Punya 11 Juta Suara, Jokowi Rugi Kalau Saya Enggak Jadi Cawapresnya

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar terus menunjukkan kepercayaan dirinya jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Bahkan Cak Imin, sapaan akrabnya, menyebut Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bakal rugi besar jika tak memilihnya sebagai calon wakil presiden.

Sejauh ini, Cak Imin memang terang-terangan menunjukkan sikap seolah dirinya memang layak jadi cawapres Jokowi di Pilpres 2019 nanti. Politisi berkacamata itu mengklaim bahwa ia dan partainya punya modal besar untuk memenangkan Jokowi.

Ya, modal tersebut berasal dari PKB yang diklaim punya suara cukup besar jelang Pilpres 2019 nanti.

Jokowi Diyakini Bakal Kehilangan 11 Juta Suara PKB

Maka dari itu, jika akhirnya Jokowi memang tak memilih Cak Imin jadi cawapresnya, hal itu diklaim Cak Imin, akan jadi sebuah kerugian bagi mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Menurutnya, Jokowi akan kehilangan potensi tambahan suara dari PKB.

Baca Juga: Strategi-strategi Gatot Nurmantyo Demi Raih Tiket Capres 2019

“Kalau Pak Jokowi tidak ambil saya, rugi. Karena 11 juta pemilih PKB pasti sangat mendukung,” kata Cak Imin usai bertemu Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto di rumah dinas Menteri Perindustrian, Kompleks Widya Chandra, Jakarta, Selasa, 8 Mei, malam.

Seperti diketahui, PKB memang meraup cukup banyak suara di kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 lalu. Saat itu, PKB berhasil meraih total 11.298.957 atau 9,04 persen suara nasional dan memiliki total 47 kursi di parlemen.

Dengan suara sebesar itu, Cak Imin pun sangat percaya diri bisa menjadi cawapres pendamping Jokowi di Pilpres 2019 nanti. Apalagi sampai hari ini PKB merupakan salah satu parpol pendukung pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.

PKB Sudah Resmi Dukung Jokowi di Pilpres 2019

Meski cukup percaya diri dengan modal suara dari PKB, Cak Imin sendiri menepis jika dirinya sedang berusaha mendongkrak popularitas dan posisi tawarnya untuk menjadi cawapres Jokowi. “Itu bukan bargaining position, tapi fakta,” kata Cak Imin.

Baca Juga: Sandiaga Uno Diam-diam Temui Wapres JK, Bahas Cawapres?

Wakil Ketua MPR RI itu juga menegaskan bahwa dukungan belasan juta suara dari PKB tersebut merupakan fakta karena berasal dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU), pesantren, dan ulama. Untuk itulah Cak Imin mengklaim bahwa hal itu benar adanya.

Soal dukungan ke Jokowi, Cak Imin mengatakan bahwa PKB sendiri bahkan sudah mendeklarasikan dukungan secara resmi kepada Jokowi sebagai bakal capres di Pilpres 2019. Ia mengungkapkan deklarasi dukungan itu dilakukan saat pembentukan posko pemenangan Jokowi-Cak Imin (JOIN) sekitar 10 April lalu.

“Sudah, secara resmi sudah, atas nama PKB saya sendiri yang mengumumkan. Kami mengumumkan mendukung Pak Jokowi berpasangan dengan Muhaimin,” ucapnya.

Saat ini, Jokowi tercatat didukung sembilan partai yang mengikuti Pemilu 2019. Selain PKB, terdapat pula PDIP, Golkar, PPP, NasDem, Hanura, PKPI, Perindo, dan PSI.

Cak Imin Minta ‘Restu’ Airlangga Jadi Cawapres

Cak Imin sendiri sempat menemui Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto di rumah dinas Menteri Perindustrian tersebut di Kompleks Widya Chandra, Jakarta, Selasa, 8 Mei, malam. Pada momen itu, Cak Imin mengaku menemui Airlangga untuk membicarakan Pilpres 2019.

Sosok yang hobi mengendarai motor Vespa itu mengaku meminta masukan kepada Airlangga terkait Pilpres 2019. “Mendiskusikan banyak hal ya. Terutama tentu mengharap masukan-masukan untuk menghadapi pilpres yang akan datang. The next terbaik kayak apa menurut Pak Airlangga,” kata Cak Imin.

Bahkan, Cak Imin sempat berkelakar bahwa dirinya juga meminta restu kepada Airlangga untuk maju sebagai cawapres Jokowi di Pilpres 2019 nanti. “Tentu minta restu supaya bisa JOIN [Jokowi-Muhaimin],” ucap Cak Imin sembari tertawa.

Peta Kekuatan Parpol di Pilpres 2019

Secara hitung-hitungan, Jokowi memang sudah memenuhi ambang batas atau presidential threshold (PT) atau syarat parpol/gabungan parpol bisa mengusung capres, yang harus memiliki 20 persen kursi di DPR atau 25 persen suara sah nasional dalam pemilu sebelumnya.

Baca Juga: Kenapa Pemilu di Indonesia Lebih Asyik Daripada Malaysia

Dengan didukung lima partai di Pemilu 2014, sejauh ini Jokowi sudah mengantongi total 52,21% suara. Suara-suara itu berasal dari Golkar yang meraih 14,75 persen suara, NasDem 6,72 persen suara, PPP 6,53 persen suara, Hanura 5,26 persen suara, dan PDIP, yang merupakan partai pemenang Pemilu 2014 dengan 18,95 persen.

Jika ditambah dengan PKB yang katanya sudah resmi mendukung Jokowi, kekuatan pun akan bertambah. Ya, Jokowi akan tampil semakin kuat dengan total dukungan 61,25% suara.

Berikut peta kekuatan parpol pada Pemilu 2014 yang menjadi dasar pencapresan pada Pilpres 2019 berdasarkan UU Pemilu:

1. Partai NasDem 8.402.812 (6,72 persen)
2. Partai Kebangkitan Bangsa 11.298.957 (9,04 persen)
3. Partai Keadilan Sejahtera 8.480.204 (6,79 persen)
4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 23.681.471 (18,95 persen)
5. Partai Golkar 18.432.312 (14,75 persen)
6. Partai Gerindra 14.760.371 (11,81 persen)
7. Partai Demokrat 12.728.913 (10,19 persen)
8. Partai Amanat Nasional 9.481.621 (7,59 persen)
9. Partai Persatuan Pembangunan 8.157.488 (6,53 persen)
10. Partai Hanura 6.579.498 (5,26 persen)

Share: Cak Imin: Saya Punya 11 Juta Suara, Jokowi Rugi Kalau Saya Enggak Jadi Cawapresnya