General

‘Kegagalan’ Sektor Ekonomi Jokowi yang Selalu Jadi Sasaran Empuk Kubu Prabowo

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terus melancarkan kritik terhadap petahana sekaligus capres nomor urut 01 Joko Widodo beserta cawapres Ma’ruf Amin. Kali ini, kubu Prabowo menyebut ada sejumlah kegagalan yang telah dilakukan Jokowi semasa menjabat sebagai presiden. Apa saja?

Tim ekonomi Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dradjad Wibowo, mengatakan ada tiga kegagalan ekonomi di era pemerintahan Presiden Jokowi. Menurut ekonom senior itu, tiga kegagalan itu terjadi di pertumbuhan ekonomi, stabilitas, dan iklim bisnis. Memang, pemerintah sendiri selalu membanggakan pencapaian di sektor pembangunan seperti infrastruktur, namun tetap saja ada kegagalan.

“Tim ekonomi Jokowi jelek sekali karena gagal mewujudkan janji-janji Pak Jokowi,” kata Dradjad dalam perbincangannya dengan CNBC Indonesia beberapa hari lalu, seperti dikutip Asumsi.co, Rabu, 21 November 2018.

Kegagalan pertama yang jadi sorotan tim Prabowo-Sandi adalah soal pertumbuhan ekonomi. Seperti diketahui, memang pertumbuhan ekonomi yang dipatok dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah sebesar 7% dalam lima tahun kepemimpinan. Namun, hal itu tampaknya belum terealisasi sampai hari ini.

Baca Juga: Megawati Kasihan dengan Prabowo, Perhatian Atau Sindiran?

Dalam beberapa tahun terakhir, realisasi pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata hanya tumbuh 5% atau jauh dari proyeksi yang dipatok pada awal pemerintahan. Maka dari itu, belum tercapainya target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan pemerintahan Jokowi ini jadi sorotan tajam kubu Prabowo-Sandi

Lalu, kegagalan kedua adalah soal stabilitas ekonomi. Bagi kubu Prabowo-Sandi, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang rentan dan terus melemah. Drajad pun melihat hal itu sebagai kegagalan pemerintah Jokowi. “Ketiga, beliau gagal membuat iklim bisnis yang kondusif, daya beli stagnan, ritel juga anjlok,” kata Dradjad.

Apabila pasangan Prabowo-Sandiaga terpilih dan menjabat sebagai presiden dan wakil presiden 2019-2024, Dradjad menegaskan, ketiga hal tersebut akan menjadi fokus utama dalam pemerintahan pasangan yang diusung Koalisi Indonesia Adil dan Makmur itu.

Megawati Sempat Pertanyakan Kenihilan Program Prabowo

Sebelumnya, beberapa hari lalu, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, sempat mengakui bahwa dirinya belum pernah mendengar program yang ditawarkan pasangan Prabowo-Sandi. Pernyataan itu disampaikan Megawati saat memberikan pembekalan kepada caleg PDI-P, di Kantor DPP PDI-P, Jakarta, Kamis, 15 November 2018. “Saya bilang, kenapa di pihak sana tidak juga mengatakan ‘program saya adalah ini’. Saya belum pernah dengar lho apa yang akan dilakukan. Menjalankan program seperti apa saya tidak tahu,” kata Megawati.

Menurut Megawati, kubu Prabowo-Sandi hanya bisa dan terus-terusan mengkritik pemerintahan Jokowi saja tanpa menawarkan program kerja konkret. Putri Presiden Pertama RI Soekarno itu mengatakan hal tersebut dilakukan oleh orang sekeliling Prabowo. “Seakan-akan itu adalah orang di lingkungannya yang selalu menjalankan hal-hal yang buruk, yang mengkritisi pemerintah dengan cara yang menurut saya bukan kritikan positif,” ucap Megawati.

Baca Juga: Peta Kekuatan Wilayah Jokowi-Prabowo, Siapa Menang di Mana?

Menariknya, terkait pernyataan Megawati itu, Dradjad menegaskan bahwa pihaknya sebenarnya sudah mulai menyampaikan sejumlah program kepada masyarakat. Beberapa sektor yang menjadi sorotan antara lain peningkatan produksi pangan, pertanian, dan stabilisasi harga bahan pokok. “Yang jelas, program Prabowo-Sandi sudah mulai dirilis satu per satu. Misalnya, tentang peningkatan produksi pangan, pertanian dan stabilisasi harga pangan sebagai salah satu prioritas,” kata Dradjad dikutip dari Kompas.com, Senin, 19 November 2018.

Dradjad pun membeberkan soal program yang ditawarkan oleh pasangan Prabowo-Sandi yang merupakan jawaban dari kegagalan pemerintah Jokowi, khususnya di bidang ekonomi. Menurut Dradjad, Presiden Jokowi sudah gagal memenuhi janji kampanyenya untuk mewujudkan swasembada pangan. Selain itu, Dradjad juga menyoroti lonjakan harga pangan.

“Kami kontraskan program ini dengan kegagalan swasembada pangan yang dijanjikan pak Jokowi. Kami kontraskan dengan situasi di mana harga pangan sering melonjak,” kata Dradjad.

Apakah Pemerintahan Jokowi Gagal di Sektor Ekonomi?

Sebenarnya apa alasan kubu Prabowo-Sandi yang terus-menerut mengkritisi kegagalan pemerintah Jokowi di sektor ekonomi? Apakah benar Jokowi memang gagal dalam membangun bidang ekonomi? Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno melihat kritikan tajam dari kubu Prabowo terhadap kubu Jokowi itu sebagai hal yang wajar.

Menurut Adi, belum tercapainya pertumbuhan ekonomi atau hal-hal lain terkait pembangunan ekonomi, memang sesuatu yang kerapkali terjadi di berbagai rezim pemerintahan. Jadi memang tak hanya era Jokowi saja, target pertumbuhan ekonomi itu belum tercapai, bahkan di era sebelumnya juga kondisi itu pernah terjadi.

“Kan sektor ekonomi kita dari dulu ya segitu-gitu aja, misalnya soal tingkat kemiskinan, inflasi, segala macam, turun naiklah. Jadi, siapapun presiden dan rezimnya, turun naik harga, inflasi, itu pasti terjadi,” kata Adi kepada Asumsi.co, Rabu, 21 November 2018.

Baca Juga: Kekesalan Jokowi-Ma’ruf: Dari Sontoloyo, Genderuwo Sampai Buta-Budek

Adi melihat memang ada alasan kuat kenapa akhirnya kubu Prabowo-Sandi ini menyerang sisi ekonomi dari pemerintahan Jokowi. Menurut Dosen Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu, sektor ekonomi bisa dibilang paling lemah dibanding pencapaian di bidang-bidang lain dari pemerintahan Jokowi. Maka dari itu, kondisi tersebut terus-terusan jadi sasaran empuk kubu Prabowo.

“Jadi kalau saya sih memahaminya seperti ini, kenapa Jokowi diserang dengan isu-isu ekonomi, karena dari hasil surveinya itu antara sekian banyak segmen, isu ekonomi ini lah yang dianggap paling lemah. Misalnya begini, tingkat kepuasan di sektor infrastruktur itu kan tinggi tuh, pelayanan publik, reformasi birokrasi, kesehatan, dan sebagainya, itu kan maju semua,” ujarnya.

Adi menjelaskan bahwa tingkat kepuasan publik memang mencapai sekitar 70 persen, namun ketika ditanya soal tingkat kepuasan di bidang ekonomi, memang kepuasan publik itu justru rendah. Lalu, lanjut Adi, kondisi inilah yang dikapitalisasi oleh kubu Prabowo-Sandi, yang akhirnya selalu menyebut sektor ekonomi Jokowi ini enggak bener atau enggak beres.

“Makanya kemudian mereka ini menganggap Jokowi ini gagal, padahal enggak gagal-gagal juga sebenarnya. Cuma sejumlah target yang dicanangkan Jokowi hanya belum tercapai saja. Misalnya soal pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan mencapai tujuh persen, tapi belum tercapai karena baru 5,5 persen, kira-kira begitu,” ucapnya.

“Ya memang harus kita akui, jika belum tercapainya itu karena banyak faktor mempengaruhi, bukan karena hal lain. Makanya kalau dianggap gagal itu, berarti Jokowi tidak pernah bekerja dong. Gagal sih enggak ya, tapi memang ada target kinerja dalam janji politiknya itu yang belum tercapai atau belum sesuai dengan ekspektasi,” kata Adi.

Share: ‘Kegagalan’ Sektor Ekonomi Jokowi yang Selalu Jadi Sasaran Empuk Kubu Prabowo