General

Tiga Alasan Kenapa Lembaga Negara di Indonesia Butuh Sosok Seperti Sutopo Purwo Nugroho

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

“Gunung Agung meletus menerus. Asap kawah bertekanan sedang teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal dan tinggi 4000 m di atas kawah Tremor menerus terekam dengan amplitudo 1-2 mm (dominan 1 mm). Status Awas (level 4).”

Itulah cuitan terbaru dari Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Nama pria kelahiran Boyolali, 48 tahun lalu itu sudah tak asing lagi di kalangan para pencari berita, a.k.a wartawan. Ketika bumi NKRI diguncang bencana, Sutopo selalu terdepan memberikan update tanpa diminta. Melalui akun Blackberry Messenger-nya, Sutopo kerap kali mengirimkan broadcast message untuk memberi penjelasan detail terkait bencana yang terjadi. Seiring dengan perkembangan teknologi, penyebaran informasi ini juga merambah ke Twitter. Melalui akun-nya, @Sutopo_BNPB, pria yang sudah berkarier di lembaga penanggulangan bencana sejak 2010 itu kerap men-cuit-kan perkembangan terbaru terkait temuan lembaganya. Informasi terkait bencanapun tidak hanya terbatas bagi insan pemberitaan, tapi juga untuk khalayak luas. Atas kesigapannya ini, di tahun 2013, BNPB dianugerahi Public Relation Awards oleh Serikat Perusahaan Pers (SPS) atas keterbukaan informasinya.

Sutopo sendiri adalah insinyur lulusan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Beliau pernah bekerja sebagai peneliti di Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi di tahun 2004, dan melanjutkan pendidikan untuk meraih gelar MSc dan PhD di Institut Pertanian Bogor di bidang Hidrologi. Di tahun 2010 hingga saat ini, Sutopo bekerja di BNPB. Melihat geraknya yang cukup cekatan, lembaga-lembaga negara di Indonesia sudah selayaknya memiliki sosok pembagi informasi seperti Sutopo. Berikut keuntungan yang bisa didapatkan oleh lembaga-lembaga negara lain jika memiliki humas seperti Sutopo:

1. Menangkal hoax. Berselancar di dunia per-internet-an di Indonesia selalu sukses membuat pembaca mengelus dada. Pasalnya, publik sudah sulit membedakan mana berita hoax dan bukan, saking banyaknya berita yang berseliweran di dunia maya. Dengan aktif memberikan informasi resmi seperti Sutopo, maka masyarakat akan mendapatkan informasi  A1 terkait bencana, tanpa perlu menjemput bola. Tinggal meng-add BBM-nya atau men-follow akunnya di twitter, masyarakat bisa langsung tahu kondisi akurat di lokasi bencana. Memaksimalkan sosial media seperti Sutopo ini jauh lebih bermanfaat dibanding Donald Trump, misalnya, yang Twitter-an kalau nggak buat ngatain orang, ya buat bully orang. Satu-kosong deh, buat Sutopo vs Donald Trump.

2. Membuat warga lebih waspada. Letak Indonesia yang berlokasi di garis Khatulistiwa dan “Ring of Fire” membuat banyak lokasi di negeri tercinta ini yang jadi zona merah rawan bencana. Dengan pro-aktif memberitakan potensi-potensi bencana yang di deteksi BNPB, masyarakat jadi bisa lebih waspada ketika hendak beraktivitas maupun bepergian. Tentunya, hal ini penting sebagai upaya preventif pemerintah dalam menghindari banyaknya korban jiwa yang jatuh akibat bencana. Tuh kan, banyak banget pahalanya Sutopo ini.

3. Jadi contoh buat lembaga negara lain. Keterbukaan informasi adalah salah satu amanat Undang-Undang pasca Reformasi yang penerapannya masih terus disempurnakan oleh berbagai lembaga negara hingga saat ini. Inovasi Sutopo dan BNPB dalam kesigapannya menyebarkan informasi maupun memanfaatkan media sosial bisa menjadi contoh bagi lembaga negara lain dalam pengaplikasian aturan ini.

Nah, itu dia berbagai manfaat yang bisa dipetik lembaga negara jika memiliki kepala data seperti Sutopo Purwo Nugroho.

RALAT: Redaksi melakukan ralat terhadap usia Sutopo Purwo Nugroho, yang sebelumnya disebutkan berusia 69 tahun. Usia Sutopo yang benar saat ini adalah 48 tahun. Redaksi meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi atas kesalahan tersebut.

Share: Tiga Alasan Kenapa Lembaga Negara di Indonesia Butuh Sosok Seperti Sutopo Purwo Nugroho