Isu Terkini

Pentingnya Optimalisasi IMT-GT dalam Mengatasi Ketimpangan Pembangunan

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image

Di sela-sela hari kedua Konferensi Tingkat Tinggi ke-34 ASEAN, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin pertemuan ke-12 kerja sama sub-kawasan Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle (IMT-GT). Pertemuan tersebut digelar di Grand Hotel Athenee, Bangkok, Thailand, Minggu (23/6).

Pada pertemuan tersebut, turut hadir Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Jock Hoi dan Presiden Bank Pembangunan Asia (ADB) Takehiko Akano. Dua pemimpin negara yang ikut bekerja sama dengan Indonesia, yakni Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad dan PM Thailand Prayut Chan-o-cha, juga tidak absen dalam pertemuan ini.

Ketika memimpin pertemuan tersebut, Jokowi menuturkan bahwa IMT-GT telah berkontribusi banyak bagi pertumbuhan di wilayah-wilayah pinggiran ketiga negara. Jika ditotal, kerja sama IMT-GT melibatkan 83 juta penduduk di ketiga negara, dengan rincian 14 provinsi Thailand, delapan negara bagian Malaysia, dan sepuluh provinsi di Indonesia.

“Meningkatkan daya saing di daerah-daerah, meningkatkan konektivitas, serta meningkatkan nilai perdagangan, pariwisata, dan investasi,” ujar Jokowi, seperti dilansir dalam keterangan Biro Pers Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (24/6).

Kesadaran Potensi Ekonomi Penting untuk Optimalisasi IMT-GT

IMT-GT adalah sebuah kerja sama sub-kawasan demi pemerataan pertumbuhan ekonomi. Tujuan utama dari kerja sama ini adalah mengurangi konsentrasi pertumbuhan yang seringkali terlalu terpusat di ibu kota. Shofwan Al Banna Choiruzzad, ahli Ekonomi Politik Internasional Universitas Indonesia, mengungkapkan: dengan begitu, kerja sama kawasan tidak hanya dinikmati pemain-pemain besar saja.

Meski demikian, IMT-GT yang telah dicanangkan semenjak tahun 1993 ini belum menemukan perkembangan yang berarti hingga 1998, khususnya di Indonesia. Otonomi daerah yang lebih komprehensif pascareformasi seharusnya mampu membuat kerja sama di wilayah-wilayah tersebut lebih efektif. Apa lagi, narasi yang dibawa Jokowi dalam gagasan pembangunannya serupa dengan yang diungkapkan dalam IMT-GT.

“Saya kira pernyataan Presiden Jokowi menarik dalam konteks ini karena IMT-GT semangatnya memastikan bahwa kerja sama regional itu memberi manfaat kepada pinggiran, membangun dari pinggiran, ini sama dengan tema-tema yang dibawa Jokowi dalam konteks Indonesia,” ujar Shofwan, ketika ditemui Asumsi.co, Selasa (24/6).

Shofwan merasa bahwa untuk mengoptimalisasi IMT-GT lebih lanjut, dibutuhkan kepemimpinan dari negara dan daerah yang memang terlibat dalam kerja sama tersebut. Tanpa adanya kepemimpinan dari masing-masing pihak yang terlibat, IMT-GT akan sulit berkembang.

“Karena ada di daerah-daerah, salah satunya adalah leadership dari provinsi-provinsi yang terlibat di dalam IMT-GT, nah jadi yah bagaimana mereka misalnya mampu melihat ini sebagai peluang, lalu bagaimana pemerintah pusat dan daerah bisa mengatasi overlap soal kewenangan, menyelaraskan kepentingan nasional dan daerah,” tuturnya.

Shofwan mengatakan bahwa IMT-GT harus berkaca kepada (Indonesia Malaysia Singapura Growth Triangle) IMS-GT yang relatif lebih sukses ketimbang IMT-GT.

“Yang diperlukan adalah kemampuan mengidentifikasi peluang-peluang kerja sama, atau peluang-peluang sektor di mana ada complementarity yang tinggi, bagaimana kawasan IMT-GT ini bisa saling melengkapi satu sama lain, kenapa IMS-GT bisa jalan? Karena, misalnya, Singapura butuh pekerja murah di Riau atau di Johor, dan dia punya banyak uang. Nah, klop nih,” kata Shofwan. Ia pun melanjutkan, “IMT-GT komplementaritasnya relatif cukup lebih rendah karena Indonesia, Malaysia, dan Thailand ini ya mirip-mirip. Makanya itu harus dicari, di sektor apa, atau kerja sama apa yang bisa dikerjakan bareng-bareng.”

Selain kepemimpinan, penting untuk tiap-tiap pihak yang terlibat mengidentifikasi potensi ekonomi daerahnya masing-masing. Tanpa adanya kesadaran ini, Shofwan merasa peluang-peluang kerja sama akan sulit teridentifikasi dan menghambat kerja sama itu sendiri.

“Kalau daerah bisa aktif mengidentifikasi dia potensi ekonominya apa, dan harus dihubungkan dengan siapa, dengan infrastruktur seperti apa yang sesuai kebutuhan, ya pembangunan ini akan sesuai dan akan berdampak positif kepada daerah, maka dalam konteks ini pemerintah daerah harus mengidentifikasi kerja sama apa yang bisa dilakukan dalam skema IMT-GT ini, termasuk pembangunan fisiknya tadi,” tutup Shofwan.

Share: Pentingnya Optimalisasi IMT-GT dalam Mengatasi Ketimpangan Pembangunan