Budaya Pop

Galeri Foto: Potret Para Kartini Tangguh Suku Baduy

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Suku Baduy merupakan kelompok etnis Sunda yang hidup bersama alam di Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Seperti yang sudah diketahui, Suku Baduy sendiri terbagi dalam dua golongan yakni Baduy Dalam dan Baduy Luar. Dari keduanya, terdapat perbedaan mendasar terutama soal aktivitas menjalankan pikukuh atau aturan adat istiadat.

Orang-orang Suku Baduy Dalam memang dikenal masih memegang teguh adat istiadat, budaya, dan menjalankan aturan adat dengan baik. Mereka benar-benar hidup terisolasi dari arus modernisasi. Baduy Dalam sendiri memiliki tiga kampung, yakni kampung Cikeusik, Cikertawana, dan Cibeo, yang berfungsi mengakomodir kebutuhan dasar yang diperlukan semua masyarakat Suku Baduy. Tugas ini dipimpin oleh Pu’un selaku ketua adat tertinggi dibantu dengan Jaro sebagai wakilnya. Sementara orang Baduy Luar tinggal di 50 kampung lainnya yang berada di bukit-bukit Gunung Kendeng.

Beda halnya dengan orang-orang Baduy Luar, yang hidupnya sudah mulai terbuka dengan dunia luar. Masyarakat Baduy Luar tak masalah jika harus bersentuhan dengan segala hal yang berbau modernisasi seperti misalnya penggunaan barang elektronik dan sabun yang juga diperbolehkan oleh ketua adat mereka yang biasa disebut Jaro. Hal itu diperbolehkan sebagai bagian dari kebutuhan untuk menopang aktivitas sehari-hari.

Tak hanya itu saja, orang-orang Baduy Luar juga diperbolehkan menerima tamu dari daerah lain di Indonesia, bahkan orang-orang dari negara lain yang berkunjung sebagai wisatawan. Mereka yang datang diperbolehkan untuk menginap di salah satu rumah warga Baduy Luar. Di sana, wisatawan akan merasakan sensasi hidup dan tidur di atas rumah panggung yang terbuat dari kayu dan bambu, serta hanya diterangi bulan dan bintang karena semua rumah orang Baduy Luar sama sekali tak menggunakan listrik.

“Ya, begini lah yang kehidupan di Baduy Luar, walaupun sudah agak terbuka, tapi kalau malam masih gelap, tak boleh ada listrik di rumah penduduknya. Apalagi karena masih hidup di perbukitan dan hutan, jadi kalau malam itu pasti dingin sekali suasananya,” Agus Bule, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Suku Baduy Ciboleger saat berbincang dengan Asumsi.co di Desa Gajeboh, desa Baduy Luar, Sabtu, 13 April 2019.

Selain itu, perbedaan lain antara Baduy Dalam dan Baduy Luar adalah dari cara berpakaian. Untuk bawahan, orang Baduy Dalam menggunakan kain serupa sarung berwarna biru kehitaman yang dililitkan pada bagian pinggang agar kuat dan tidak melorot, dan sarung itu diikat dengan selembar kain. Lalu, perbedaan fundamental lainnya ada di bagian kepala, di mana orang Baduy Dalam menggunakan ikat kepala berwarna putih.

Orang-orang Baduy Dalam meyakini bahwa dengan pakaian yang serba putih polos itu dapat mengandung makna suci bersih. Sedangkan orang Baduy Luar menggunakan baju serba hitam atau biru tua saat melakukan aktivitas. Ikat kepala yang digunakan orang Baduy Luar berwarna biru tua dengan corak batik khas Lebak. Desain bajunya terbelah dua sampai ke bawah, lalu potongan bajunya mengunakan kantong dan kancing.

Lantaran memiliki tanah yang subur dan berlimpah, mata pencaharian mayarakat Suku Baduy secara umum adalah berladang dan bertani. Mereka menghasilkan padi dan umbi-umbian sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. “Di sini nanti biasanya pengunjung itu dikasih makan nasi dari beras padi yang umurnya 100 tahun, tapi itu sudah habis stoknya. Jadi sekarang pengunjung yang menginap hanya bisa makan nasi dari beras padi berumur 75 tahun,” ucap Agus.

Perempuan-perempuan Suku Baduy sendiri dikenal sangat tangguh. Mereka juga menjalani aktivitas yang tak kalah dengan laki-laki misalnya saja menenun kain. Menariknya, perempuan Baduy sudah diajarkan menenun sejak usia dini. Maka tak heran, jika berkunjung ke kampung Baduy Luar, tak hanya ibu-ibu saja yang menenun tapi juga remaja perempuan Baduy yang sudah mahir membuat kain khas Urang Kanekes, panggilan lain Suku Baduy.

Tak hanya itu saja, selain menenun dan memasak di dapur, para perempuan Suku Baduy juga sangat ulet dan rajin dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Mereka juga terbiasa memikul karung berisi kebutuhan pokok, berjalan kaki tanpa alas, sambil menaiki bukit yang terjal dan curam. Maka para perempuan Baduy pun rasanya layak dianggap sebagai Kartini masa kini di Indonesia.

Saat berkunjung ke Desa Gajeboh, desa Baduy Luar, Asumsi.co sempat merekam aktivitas sehari-hari para perempuan tangguh Suku Baduy. Seperti apa? Berikut potret para Kartini dari Suku Baduy.

Seorang perempuan Suku Baduy Luar sedang melipat kain hasil tenun, Sabtu, 13 April 2019. Foto: Ramadhan/Asumsi.co
Remaja perempuan Suku Baduy Luar juga sudah diajarkan menenun kain sejak dini, Sabtu, 13 April 2019. Foto: Ramadhan/Asumsi.co
Salah satu sepuh Suku Baduy Luar masih tampak semangat dan telaten saat menenun kain, Sabtu, 13 April 2019. Foto: Ramadhan/Asumsi.co
Seorang ibu dari Suku Baduy ditemani anak-anaknya saat mengangkat kayu dan padi untuk kebutuhan pokok, Sabtu, 13 April 2019. Foto: Ramadhan/Asumsi.co
Seorang ibu Suku Baduy Luar sedang memintal dan merapikan benang sebelum ditenun menjadi kain, Sabtu, 13 April 2019. Foto: Ramadhan/Asumsi.co
Selain menenun kain, perempuan Suku Baduy juga selalu sibuk memasak di dapur tradisionalnya, Sabtu, 13 April 2019. Foto: Ramadhan/Asumsi.co
Remaja perempuan Suku Baduy Luar juga sudah diajarkan menenun kain sejak dini, Sabtu, 13 April 2019. Foto: Ramadhan/Asumsi.co
Seorang sepuh Suku Baduy Luar berjalan melintas di depan rumahnya menggunakan tongkat, Sabtu, 13 April 2019. Foto: Ramadhan/Asumsi.co
Seorang perempuan Baduy saat menjajakan kain hasil tenun beserta madu hutan untuk diperjualbelikan, Sabtu, 13 April 2019. Foto: Ramadhan/Asumsi.co
Seorang ibu dan anak Suku Baduy saat berjalan melintas di wilayah Baduy Luar, Sabtu, 13 April 2019. Foto: Ramadhan/Asumsi.co
Perempuan Baduy sudah terbiasa melakukan pekerjaan yang biasa dijalani laki-laki seperti memikul karung berisi bahan kebutuhan pokok, Sabtu, 13 April 2019. Foto: Ramadhan/Asumsi.co

Share: Galeri Foto: Potret Para Kartini Tangguh Suku Baduy