Isu Terkini

Drama PSSI (Lagi) dan Dampak Sengkarut Kontrak Luis Milla

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Setelah berhari-hari tak ada kepastian dan kabar, Luis Milla akhirnya muncul ke permukaan memberikan pernyataan terkait polemik kontraknya bersama Timnas Indonesia yang sedang ramai dibicarakan. Lewat akun Instagram pribadinya @luismillacoach, Minggu, 21 Oktober 2018, Milla berpamitan sekaligus menyentil PSSI dengan sejumlah kritikan.

Milla dipastikan tak akan lagi menjadi pelatih Timnas Indonesia. Bersamaan dengan itu, PSSI secara resmi mengangkat Bima Sakti untuk menjadi juru racik baru pengganti Milla. Namun, keputusan menunjuk Bima ternyata menyisakan cerita tersendiri, di mana Milla melontarkan pernyataan yang cukup mengejutkan lewat Instagram pribadinya.

Pada awal kalimat, Milla menyatakan tidak mudah bagi dirinya saat tidak lagi meneruskan tugasnya sebagai pelatih Timnas Indonesia. Meski begitu, pelatih asal Spanyol itu menegaskan bahwa ia sudah menunaikan tugasnya dengan baik, setidaknya dalam 10 bulan terakhir sebelum meninggalkan tanah air.

Namun, dari rangkaian kalimat perpisahan yang lumayan panjang itu, Milla menyisipkan sejumlah poin kritikan terhadap federasi sepakbola yang kita cintai itu. Setidaknya, Milla membeberkan dengan gamblang masalah apa saja yang ia rasakan langsung selama menjadi pelatih Timnas Indonesia.

Dari pernyataanya, bisa terbaca dengan jelas isi kritikan yang dilontarkan Milla kepada PSSI. Ya, Milla mengatakan selama melatih, ia melihat adanya manajemen yang sangat buruk, ada pelanggaran kontrak, dan para pemimpin yang kurang profesional terutama selama 10 bulan terakhir. Namun, ia sendiri tidak menjelaskan secara spesifik jenis pelanggaran kontrak seperti apa yang dimaksud.

Tentu tiga poin kritikan itu jadi bagian penting dari pernyataan perpisahan Milla. Lebih jauh, mari kita lihat kembali soal kebenaran ucapan mantan pemain Barcelona dan Real Madrid itu dengan sejumlah kejadian beberapa waktu lalu.

Edy Rahmayadi Sempat Bilang Milla Akan Datang

Masyarakat pecinta sepakbola Indonesia sempat dibuat lega setelah Exco PSSI mengumumkan untuk memperpanjang kontrak Luis Milla, pada akhir Agustus 2018 lalu. Sayangnya, sampai 9 Oktober, Milla justru tak kunjung kembali ke Indonesia. Polemik pun terus menyeruak dan publik terus bertanya-tanya soal kepastian tersebut.

Hingga pada akhirnya, Ketum PSSI, Edy Rahmayadi, sempat memberikan kepastian bahwa Luis Milla akan tetap melatih Timnas Indonesia terutama jelang Piala AFF 2018 nanti. Saat diwawancarai di Medan usai menghadiri suatu acara, Kamis, 18 Oktober 2018, ia dimintai pendapatnya mengenai masa depan Luis Milla sebagai pelatih Timnas Indonesia.

Edy memastikan kalau Milla akan segera tiba di Indonesia, untuk menyelesaikan negosiasi kontrak barunya dan tetap akan melatih Timnas Indonesia dalam ajang Piala AFF 2018, yang akan digelar pada November mendatang. Dalam wawancara tersebut, Edy bahkan sampai meyakinkan bahwa Milla akan tiba di Indonesia hari itu juga.

“Kabarnya (Luis Milla) tanya ke saya, orang saya ketua PSSI-nya kok,” kata Edy Rahmayadi saat diwawancarai stasiun televisi CNN Indonesia, Kamis, 18 Oktober.

“Luis Milla sedang melakukan itu pendalaman ilmu (kursus lisensi kepelatihan), sebagai kewajiban seorang coach. Coach itu pelatih, dan dia baru selesai. Hari ini insya Allah sudah sampai (di Indonesia),” ucapnya.

Sayangnya, ucapan Edy tersebut ternyata sama sekali tidak benar. Faktanya, hal itu terbukti, pada 21 Oktober, PSSI akhirnya menunjuk Bima Sakti sebagai pelatih kepala dan memutuskan tak lagi melanjutkan kerja sama dengan Milla. Klaim Edy soal datangnya Luis Milla hari itu juga pun tak bisa dipegang sama sekali.

Polemik Kontrak Baru Luis Milla

Sebelum penunjukan Bima Sakti sebagai pelatih Timnas Indonesia, PSSI sebenarnya tengah melakukan negosiasi kontrak baru dengan Luis Milla. Sayangnya, PSSI dan Milla gagal mencapai kata sepakat sehingga akhirnya pelatih asal Negeri Matador itu batal melanjutkan tugasnya di skuat Garuda.

Kondisi itulah, gagal mencapai kesepakatan kontrak, yang akhirnya membuat PSSI menunjuk Bima Sakti untuk menggantikan Milla di kursi pelatih. Bahkan, kondisi itu semakin diperkuat dengan pernyataan beberapa pejabat PSSI yang mengeluh karena Milla tak memberikan kepastian.

Meski begitu, asisten pelatih Luis Milla di Timnas Indonesia, Miguel Gandia, membeberkan fakta terkait kontrak baru yang sebelumnya sempat disepakati PSSI. Seperti dikutip dari Kompas.com, Senin, 22 Oktober 2018, Gandia justru mengungkapkan hal yang berseberangan dengan PSSI, dengan mengatakan bahwa sesungguhnya PSSI sudah menyepakati kontrak baru dengan Luis Milla.

Namun, menurut Gandia, PSSI malah membatalkan kesepakatan itu dan kemudian menunjuk Bima Sakti sebagai pelatih baru Timnas Indonesia menggantikan Milla. “Ya, itu memang benar,” ujar Gandia membenarkan soal perjanjian kontrak baru Milla yang telah disepakati PSSI, Senin, 22 Oktober sore.

Menurut Gandia, Milla sendiri sebenarnya belum mau berbicara soal kontrak kerjanya dengan PSSI. Meski begitu, semuanya tinggal menunggu waktu, cepat atau lambat, Milla akan memberikan klarifkasi terkait polemik kontraknya. Gandia pun menyentil PSSI dengan menyebut adanya kebohongan. “Luis akan berbicara pada saat yang tepat. (Di sini) banyak kebohongan. Namun, kami berterima kasih untuk semua orang Indonesia,” kata Gandia.

Menariknya, apa yang dikatakan Gandia sendiri sebenarnya persis seperti apa yang disampaikan Milla dalam pernyataannya di Instagram pribadinya pada Minggu, 21 Oktober. Sekali lagi, dalam postingannya tersebut, Milla mengkritisi keburukan PSSI yang ia alami selama ini dengan menyinggung soal manajemen yang buruk, pelanggaran kontrak secara konstan, dan rendahnya profesionalisme para pimpinan PSSI.

Ternyata PSSI Sempat Telat Bayar Gaji Luis Milla

Merujuk kritik yang dilontarkan Milla dalam postingannya di Instagram, ternyata hal itu nyata adanya, terutama saat PSSI mengaku sempat telat membayar gaji Milla. Hal itu diakui langsung oleh Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Yoyok Sukawi. Menurut Yoyok, PSSI pernah terlambat membayar gaji Luis Milla saat menjabat pelatih timnas Indonesia selama satu setengah tahun.

Yoyok pun memaklumi keluhan dan kritikan yang dilontarkan Luis Milla karena PSSI memang sering terlambat membayar gaji. “Memang, saat pembayaran gaji itu, kami PSSI sering terlambat, saya akui. Makanya Milla bilang di situ, bahwa PSSI itu tidak profesional. Lalu sering mengingkari kontrak, itu bukan memutuskan kontrak sepihak. Itu betul yang dikatakan Luis Milla ada masalah gaji,” kata Yoyok.

Sejalan dengan itu, Yoyok pun tak mau publik terus-terusan menilai PSSI yang berada dalam posisi salah dalam hal ini. Ia juga berharap masyarakat Indonesia tidak salah persepsi terhadap pernyataan Milla dan bisa memahami kalimat per kalimat dari pernyataannya tersebut.

“Constant breaking of contract itu artinya mengingkari kontrak, bukan pemutusan kontrak sepihak. Itu beda. Jadi yang dimaksud Milla, itu adalah PSSI suka telat membayar gaji. Itu namanya mengingkari kontrak. Beda dengan memutus kontrak sepihak. Tidak bisa memutus kontrak sepihak, itu ada aturannya.” kata memberikan penjelasan.

“Itu langsung FIFA yang turun tangan, beda. Kontraknya Milla itu sudah habis, dan sudah selesai. Coba dibaca baik-baik. Jadi intinya, dia bercerita, kenapa tidak mau diperpanjang, karena PSSI tidak profesional, PSSI suka telat bayar gaji. Jadi dia bercerita begitu,” ujar Yoyok.

“Jadi jangan kebalik. Seolah-olah Luis Milla mau, tapi kami tidak niat, lalu kami putus kontrak, itu beda sekali,” tutur Yoyok Sukawi.

Dampak Sengkarut Drama PSSI vs Luis Milla

Lalu, kira-kira dampak apa yang terjadi dari silang sengkarut soal kontrak baru Luis Milla berikut keterlambatan gajinya, yang sekaligus menegaskan bahwa manajemen PSSI buruk? Tentu banyak, misalnya saja kemarahan publik, terutama masyarakat pecinta sepakbola Indonesia yang terus menerus tak percaya dengan PSSI.

Sorotan dan kritik terhadap PSSI ini sebenarnya bukan kali ini saja dan bukan hanya soal status Luis Milla saja. Jauh sebelum itu, dalam beberapa bulan terakhir, publik sudah dibuat geram dengan sejumlah masalah serius yang ada di tubuh PSSI. Kini, akumulasi kemarahan itu pun memuncak.

Apalagi, sudah bukan jadi rahasia umum lagi kalau publik begitu geram karena Edy Rahmayadi mempertahankan tiga rangkap jabatannya, baik sebagai Ketum PSSI, Gubernur Sumatera Utara, dan Dewan Pembina PSMS Medan. Meski Edy menganggap hal itu mudah, namun ketiga jabatan strategis itu tetap saja menuntut tanggung jawab yang sama besar. Enggak pusing ya Pak Edy rangkap tiga jabatan?

Belum reda kekesalan soal rangkap jabatan, publik langsung dihantam lagi kekesalan berikutnya perihal status Luis Milla. Apalagi pernyataan-pernyataan Edy yang yakin Milla akan segera datang ke Indonesia, yang akhirnya sama sekali tidak terbukti benar. Sudah tak terhitung akumulasi kemarahan publik sampai hari ini.

Tentu batalnya Milla untuk kembali melatih Timnas Indonesia akan menyisakan sedikit penyesalan. Pasalnya, Milla yang sudah dibayar mahal oleh PSSI ini sudah menancapkan program dan gaya bermain yang khas dalam skuat Timnas Indonesia. Hal itulah yang seharusnya perlu diperhitungkan dan dipertahankan PSSI.

Apalagi, Milla ini kan tercatat bukan pelatih sembarangan juga. Sebelumnya, ia pernah berhasil membawa Timnas Spanyol U-19 dan U-20 menjuarai Piala Mediteranian. Puncaknya, Milla pernah membawa Timnas Spanyol U-21 meraih gelar juara piala Eropa U-21 2011 di Denmark. Meski akhirnya kariernya harus terputus lantaran gagal membawa Spanyol lolos dari fase grup Olimpiade 2012.

Meski Bima Sakti bisa saja melanjutkan kerangka tim yang saat ini ditinggalkan Milla, tetap saja tak ada prestasi yang bisa diraih dengan instan. Negara mana saja, perlu membangun skuat sepakbolanya dari jauh-jauh hari, tengok saja Spanyol dan Jerman, yang memperhatikan betul pembibitan pemain dan konsistensi pelatihnya.

Terlepas dari itu semua, pelatih boleh pergi, tapi Timnas Indonesia harus tetap jalan ke depan. Bersama Bima Sakti, Timnas Indonesia tentu diharapkan bisa melangkah jauh di Piala AFF 2018.

Share: Drama PSSI (Lagi) dan Dampak Sengkarut Kontrak Luis Milla