Budaya Pop

Diskon Global 11.11, dari Hari ‘Jomblo’ Sampai Keuntungan Ratusan Triliun

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Tentu udah banyak yang tahu tentang diskon besar-besar di beberapa market place atau tempat jual beli secara online. Puncak diskon yang berlangsung pada Minggu, 11 November 2018 atau disebut dengan Diskon 11-11 itu memberikan berbagai tawaran menarik mulai dari diskon, cashback atau pengembalian uang, hingga gratis ongkos kirim. Sebelum diskon 11-11 berlangsung pun berbagai e-commerce juga udah bikin iklan yang tayang di berbagai media.

Lalu, mengapa 11-11 menjadi hari diskon? Semua ini bermula saat Alibaba, market place terbesar di dunia memulainya terlebih dahulu. Ya, di Indonesia sendiri biasanya dikenal dengan Hari Belanja Online Nasional atau Harbolnas tapi ini dirayakan tiap 12 Desember atau biasa disebut 12-12. Bahkan di Amerika Serikat (AS) juga ada hari diskon yang mereka sebut dengan Black Friday. Tapi, di Tiongkok sebutannya justru Single’s Day atau hari bagi para lajang yang dirayakan setiap tanggal 11 November.

Kalau dilihat dari sejarahnya, Single’s Day pertama kali muncul pada 11 November 1993 lalu. Hari tersebut diinisiasi oleh mahasiswa di Nanjing University, Jiangsu, China. Single’s Day atau Guanggun Jie merupakan hari yang dirayakan oleh generasi muda China pada zamannya, sebagai bentuk kebanggaan mereka atas status single alias jomblo.

Tanggal ini dipilih lantaran angka ‘1’ menjadi simbol kesendirian. Satu berarti satu orang alias sendiri.  Tapi bukan berarti kesendirian artinya kesedihan, lho! Mahasiswa Nanjing University justru bersuka ria merayakan kesendirian dengan berbagai hal. Sebab, dilansir dari The Telegraph, perayaan ini justru untuk memprotes konsep tradisional masyarakat China yang menganggap hidup berpasangan adalah sesuatu yang sangat istimewa sedangkan jomblo memalukan.

Mengambil ide dari semangatnya kaum jomblo, Jack Ma selaku pendiri Alibab memanfaatkan Single’s Day sebagai hari di mana seseorang bisa berbelanja denga diskon yang gila-gilaan. Dengan alasan supaya mereka yang jomblo bisa memberi hadiah pada diri sendiri tanpa peduli status. Berbelanja royal untuk ‘menghadiahi diri sendiri’ ini sendiri dimulai sejak 2009 lalu, Jack Ma sebagai pelopornya menjadikan Alibaba sebagai tempat penawaran diskon besar-besaran yang menggoda hasrat konsumen di Tiongkok.
Pada tahun pertama ajang belanja Single’s Day, tercatat ada perputaran uang sebesar 50 juta yuan, dan meraup penjualan kotor atau Gross Merchandise Value (GMV) sebesar 7,8 juta dolar. Pada pelaksanaan tahun 2016, dalam waktu satu jam, raksasa e-commerce itu berhasil meraup nilai transaksi hingga 5 miliar dolar, lalu pada 2017, total GMV yang berhasil diraup sebesar 25,3 miliar dolar.

Lambat laun, kesuksesan Alibaba meracik Single’s Day ini membuat banyak pelaku e-commerce kepincut untuk ikut berpartisipasi. Ajang belanja itu pun terus berlanjut hingga tahun ini, di mana Single’s Day enggak cuma dirayakan oleh mereka yang melajang, tapi bagi semua orang yang gila belanja.

Yap, Indonesia pun enggak mau ketinggalan. Banyak pelaku usaha e-commerce lokal ikut mengadopsi Single’s Day sebagai strategi pemasaran mereka. Misalnya, situs belanja Lazada, e-commerce yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh Alibaba ini meluncurkan mega kampanye 11.11 dengan beberapa tawaran belanja.

Beragam penawaran diskon juga diberikan oleh Blibli.com, mulai dari elektronik, fashion, hingga kebutuhan sehari-hari pada perayaan 11.11. Tawaran ini termasuk dari bidang hiburan seperti tiket masuk wahana wisata, paket perjalanan wisata, konsol permainan, tiket konser, gadget, dan lainnya.

Meski animonya enggak sebesar Harbolnas yang dirayakan pada 12 Desember tapi Single’s Day ini disambut cukup baik oleh konsumen di Indonesia, terutama di kalangan konsumen muda. Survei Picodi.com mencatat, dibandingkan dengan hari biasa, jumlah transaksi pada Single’s Day di antara orang yang berusia 18-24 tumbuh hampir 1.500 persen. Selain itu, sebagian besar konsumen, atau hampir 70 persen membeli barang-barang hanya untuk diri mereka sendiri. Dengan rata-rata barang yang paling diminati yaitu pakaian, sepatu, elektronik, dan kosmetik.

Diskon Global 11.11

Dilansir dari The Straits Times, popularitas diskon 11.11 ini juga diikuti oleh market place di berbagai bidang, seperti Taobao, Shopee, Zalora, Amazon, hingga Sephora. Selain belanja online, toko-toko offline pun juga ikut bergabung dalam hal ini, seprti Metro, Watsons, dan Robinsons di Singapura.

Meski Tiongkok masih menjadi negara dengan aktivitas tertinggi selama Singles’s Day, sementara Indonesia, Thailand, dan Filipina menyusul di peringkat dua hingga empat. Namun dengan cukup banyaknya keikutsertaan itu, Alibaba sang pelopor pun berani mengklaim bahwa 11-11 adalah ajang belanja global setiap tahun.

Apalagi Alibaba Group tahun ini berhasil memecahkan rekor baru di ajang “11.11 Global Shopping Festival”. Hingga Minggu pukul 24.00 waktu Shanghai, Tiongkok, total transaksi di merchandise atau  GMV dari berbagai penjuru dunia mencapai US$ 30,8 miliar (RMB 213,5 miliar) atau sekitar Rp 458,9 triliun.

Pencapai ini cukup signifikan, dengan 21,7 persen melampaui transaksi tahun lalu. “Ini adalah perjalanan bersama,” kata CEO Alibaba Group Daniel Zhang usai penutupan ajang belanja online terbesar pada Senin dini hari, 12 November 2018 di kawasan Mercedes Benz Arena, Shanghai.

Dengan capaian saat ini, Zhang yakin Alibaba jadi punya lebih banyak data dari memotret kebiasaan konsumen saat berbelanja. Sebab dari situlah, e-commerce mampu mengembangkan produk-produk yang disukai konsumen.

“Saya yakin perayaan 11.11 ini terus berkembang. Tahun ini, 11.11 lebih dari sekadar festival belanja online. Ini merupakan refleksi dari dari strategi retail baru kami,” ungkapnya.

Share: Diskon Global 11.11, dari Hari ‘Jomblo’ Sampai Keuntungan Ratusan Triliun