Isu Terkini

COVID-19 Lumpuhkan Berbagai Event Olahraga Dunia

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Pemerintah DKI Jakarta resmi mengumumkan penundaan Formula E yang sedianya dihelat di kawasan Monas, 6 Juni mendatang. Penundaan itu diatur dalam surat Nomor 117/-1.857.73 yang ditandatangani oleh Gubernur Anies Baswedan, ditujukan kepada Organizing Committee Jakarta E-Prix tanggal 9 Maret 2020. Ajang Formula E dinilai berisiko memperparah penularan COVID-19, apalagi akan banyak wisatawan luar negeri yang datang.

Meski ditunda, Anies menyebut commitment fee yang telah dibayarkan untuk gelaran Formula E tidak hangus. “Untuk kerugian tidak ada,” kata Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (11/03).

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Belum Ditemukan, Daya Tahan Tubuh Kuat Bisa Diandalkan

Pemprov DKI Jakarta sudah membayar commitment fee Formula E 2020 sebesar 20,79 juta poundsterling atau setara Rp360 miliar. Biaya itu diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) DKI Jakarta tahun 2019.

Tak hanya itu, Pemprov DKI juga sudah menganggarkan Rp396 miliar untuk commitment fee Formula E 2021 dalam APBD tahun 2020. Artinya, total commitment fee untuk dua musim pertama seri Formula E di Jakarta adalah Rp756 miliar.

Kerugian Klub Serie A

Formula E bukan satu-satunya yang ditunda, di belahan dunia lain banyak kompetisi olahraga yang akhirnya ditunda karena semakin masifnya penyebaran wabah COVID-19. Italia, misalnya, menghentikan kompetisi sepakbola kasta tertinggi Serie A sampai 3 April mendatang.

Kondisi itu tak lepas dari keadaan Italia selaku negara kedua terbesar dalam jumlah kasus COVID-19 di bawah Cina, yang merupakan pusat awal penyebaran virus. Berdasarkan laporan real time WHO, hingga Kamis (12/03), Italia sudah mencatatkan total 12.462 kasus dengan rincian 827 meninggal dan 1.045 sembuh.

Bek Juventus Daniel Rugani pun dinyatakan positif COVID-19 meski tak menunjukkan gejala. Sebelumnya, Rugani bermain dalam laga Juventus vs Inter Milan di Turin dan berada di bangku cadangan. Kabar itu pun membuat Juventus dan Inter memutuskan untuk melakukan karantina terhadap pemain dan stafnya.

Baca Juga: Italia Isolasi Seluruh Wilayah, Serie A Ikut Dihentikan

Sebelumnya, Menteri Olahraga Italia Vincenzo Spadafora memerintahkan laga Serie A digelar tertutup atau tanpa penonton, misalnya saat Juventus menjamu Inter Milan di Turin, Minggu (09/03). Namun, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte kemudian memperbarui kebijakan dengan menghentikan kompetisi.

Klub-klub Serie A menerima keputusan pemerintah meski sebelumnya berharap Serie A tetap berlanjut. Sebagian besar klub sebetulnya juga menolak kalau pertandingan digelar tanpa penonton karena bakal kehilangan pendapatan dari tiket.

Pasalnya, berdasarkan penelitian Calcio e Finanza, kalau pertandingan terus digelar tanpa penonton, klub-klub Serie A diperkirakan bakal kehilangan pendapatan senilai 34 juta dolar atau sekitar Rp493,4 miliar. Jumlah itu dihitung dengan asumsi bahwa klub akan mengembalikan sepenuhnya tiket normal dan musiman.

Dalam penelitian tersebut–andai saja Serie A tetap digelar tanpa penonton berdasarkan instruksi Menpora-nya Italia Vincenzo Spadafora–akan ada total 29 pertandingan domestik Serie A yang bakal dimainkan tanpa penonton dengan kerugian mencapai 23,5 juta dolar atau sekitar Rp341 miliar dari perkiraan 750.000 tiket yang berpotensi terjual.

Tak hanya kompetisi domestik, kompetisi di level Eropa seperti Liga Champions dan Liga Eropa juga diperhitungkan, di mana tiga klub asal Italia masih terlibat. Pertandingan yang akan terkena dampak adalah Juventus vs Lyon di partai leg kedua babak 16 besar Liga Champions, AS Roma vs Sevilla dan Inter Milan vs Getafe di partai leg pertama babak 16 besar Liga Europa), dengan potensi kerugian mencapai 9 juta dolar atau sekitar Rp130,7 miliar.

“Jika situasinya berlanjut, ketahanan ekonomi sejumlah klub Serie A akan menghadapi risiko serius,” kata Andrea Di Biase, analis sepakbola sekaligus Senior Partner di Calcio e Finanza, yang bertanggung jawab dalam penelitian tersebut.

Dalam laporan tersebut, Juventus diperkirakan akan menjadi klub yang paling terdampak kerugian. Klub berjuluk “Si Nyonya Tua” itu diperkirakan bakal menderita kerugian pendapatan senilai 14 juta dolar atau sekitar Rp203,4 miliar atau 43 persen dari total pendapatan tiket secara keseluruhan di Serie A.

Baca Juga: Pengaruh Wabah COVID-19 terhadap Industri Perfilman

Di bawah Juventus, ada klub-klub Serie A lainnya yang juga diprediksi bakal mengalami kerugian besar yakni AC Milan pada angka 3,4 juta dolar atau sekitar Rp49,4 miliar. Lalu ada Inter Milan dengan kerugian mencapai 3,1 juta dolar atau sekitar Rp45 miliar.

“Sementara klub-klub besar akan mengganti kerugiannya dengan suntikan modal yang disediakan oleh pemiliknya yang kaya, beda halnya dengan klub kecil yang akan berjuang keras,” ujar Di Biase.

Di Biase mengingatkan bahwa klub-klub yang anggarannya sudah terbebani dengan hutang yang besar, nantinya akan sangat bergantung pada penjualan tiket. Lalu, jika situasinya terus berlanjut, klub-klub kecil itu tentu saja tak akan kuat menyelenggarakan satu bulan pertandingan tanpa penonton.

Di Biase membeberkan bahwa pendapatan tiket untuk klub-klub Serie A mencapai 222 juta dolar atau sekitar Rp3,2 triliun, yang mewakili enam persen dari total pendapatan 4,35 miliar atau sekitar Rp632 triliun pada musim 2017/2018 saja.

“Misalnya saja kita ambil contoh dampak pada tim kecil seperti US Lecce. Memainkan pertandingan melawan AC Milan tanpa penonton, itu berarti membuat Lecce berpotensi kehilangan sekitar satu juta dolar atau sekitar Rp14,5 miliar pada anggaran yang berjumlah 33 juta dolar,” ucapnya.

Bagaimana dengan Liga Inggris dan Event MotoGP?

Seluruh pertandingan Liga Primer Inggris kabarnya bakal digelar tanpa penonton untuk mencegah penyebaran COVID-19. Meski begitu, upaya pencegahan tersebut tak akan sampai memberhentikan gelaran di tengah jalan.

Dikutip dari The Times, sebagai kompensasi penyelenggaraan pertandingan tanpa penonton di stadion, para pemegang tiket bisa mendapat layanan tayangan siaran langsung via live streaming dari rumah. Selain itu, untuk mencegah orang-orang berkumpul dalam jumlah banyak, pertandingan pun tidak akan disiarkan di pub.

Ada pula rencana untuk tidak menayangkan secara langsung pertandingan pada pukul 15.00 waktu setempat. Kalau saja keputusan menggelar pertandingan tanpa penonton resmi direalisasikan, klub-klub di Liga Primer Inggris pun diprediksi bakal mengalami kerugian hingga triliunan rupiah.

Dikutip dari BBC, Manchester United misalnya, berpotensi mengalami kerugian mencapai 112,3 juta poundsterling atau setara Rp2,1 triliun, atau Rp74 miliar per pertandingan (berdasarkan pendapatan musim 2018/19) kalau menggelar pertandingan tanpa penonton. Lalu, klub peringkat tiga klasemen saat ini, Leicester City, disebut berpotensi kehilangan pendapatan mencapai 14,69 juta poundsterling atau setara dengan Rp277,6 miliar (berdasarkan keuangan tahunan mereka yang berakhir 31 Mei 2019 lalu).

Tak hanya sepakbola yang menderita kerugian karena dampak penyebaran COVID-19. Ajang balapan motor bergengsi dunia MotoGP juga kena imbasnya. Thailand disebut mengalami kerugian finansial nyaris mencapai triliunan rupiah menyusul dibatalkannya seri balapan MotoGP Thailand 2020 yang sedianya dijadwalkan akan digelar pada 22 Maret mendatang.

Informasi pembatalan gelaran MotoGP Thailand yang harusnya digelar di Sirkuit Buriram tersebut disampaikan oleh Ketua Penyelenggara MotoGP Thailand, Anutin Charnvirakul, Senin (02/03) lalu. Setidaknya Thailand harus kehilangan pendapatan sebesar 94 juta dolar atau sekitar Rp1,3 triliun.

“Acara MotoGP di Buriram menghasilkan tiga miliar baht masing-masing dari dua tahun terakhir yang digelar,” kata Anutin dikutip dari Afp.com.

Share: COVID-19 Lumpuhkan Berbagai Event Olahraga Dunia