Isu Terkini

Christmas in Jakarta: Jakarta Milik Semua

Permata Adinda — Asumsi.co

featured image

Lagu-lagu perayaan natal terdengar di sejumlah ruang publik Jakarta. Di Taman Dukuh Atas, misalnya, kelompok paduan suara berbaris rapih dan menyanyikan christmas carol. Mereka memakai pakaian adat Batak berwarna serbamerah. Hiasan-hiasan pohon natal mengelilingi mereka. Pejalan kaki yang kebanyakan baru pulang kantor meluangkan waktu untuk berhenti. Mereka menonton, memotret, hingga turut bernyanyi dan menari bersama kelompok paduan suara.

“Baguslah acara ini. Menghibur orang-orang yang baru pulang kantor. Memupuk toleransi,” kata seorang ibu yang tidak mau disebutkan namanya. Ia baru saja pulang kerja dan memutuskan untuk mampir sebentar menyaksikan penampilan paduan suara.

Dalam rangka merayakan Natal, Pemprov DKI Jakarta menyelenggarakan acara bertajuk “Christmas in Jakarta” di ruang publik Jakarta. Pohon Natal raksasa sedang dibangun di tengah kota, yaitu di kawasan Thamrin 10. Pohon ini rencananya akan selesai dibangun dan bisa dinikmati publik pada 21-31 Desember 2019.

Penampilan paduan suara dan band diselenggarakan di sepanjang jalan Sudirman-Thamrin dan stasiun MRT, yaitu di depan mal Grand Hyatt, Terowongan Kendal, Taman Dukuh Atas, depan gedung Mayapada, depan gedung Sampoerna, depan mal FX, depan gedung Panin, dan di beberapa titik stasiun MRT.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan turut menghadiri acara. Ia berkeliling mengunjungi satu titik ke titik lain dengan mengendarai sepeda. “Memang (sekaligus) sedang mengkampanyekkan bersepeda sebagai alat transportasi. Bukan hanya sebagai olahraga,” ujarnya kepada Asumsi.co saat sedang menyaksikan paduan suara di Taman Dukuh Atas (19/12).

Anies lewat Pemprov DKI Jakarta sengaja ingin mengadakan perayaan Natal di ruang-ruang publik Jakarta. “Kita ingin ruang-ruang ketiga (ruang publik) di Jakarta menjadi tempat kita membangun interaksi antar warga dengan semangat kesetaraan dan kebersamaan,” kata Anies. Ia berharap suasana kedamaian dan persatuan selalu hidup dan dijaga di Jakarta.

Priest Depari, koordinator paduan suara bernama Big Choir STT Cawang, mengatakan bahwa kelompoknya diajak tampil oleh Pemprov DKI. “Pemprov bekerja sama dengan Aras Gereja (kumpulan gereja-gereja) di DKI Jakarta. Ada Gereja Katolik, Protestan, Injil, macam-macam. Bukan dari satu gereja. Bagi saya itulah kebersamaannya,” ujar Depari.

Anggota paduan suara ini sendiri terdiri dari sekitar 60 orang yang berasal dari berbagai daerah. “Kebanyakan dari daerah datang ke sini untuk menimba ilmu,” kata Depari.

Selain di Taman Dukuh Atas, orang-orang juga ramai berkumpul di Terowongan Kendal, Sudirman. Mereka asyik menonton penampilan Antoni Sidjabat dan band-nya yang juga menyanyikan lagu-lagu perayaan natal. Orang-orang yang menonton dengan khidmat turut bernyanyi dan bertepuk tangan.

Antoni mengaku ini kali pertamanya membawakan lagu-lagu Natal. “Sempat ragu tadinya. Tapi akhirnya bersedia juga,” kata Antoni. Ia bangga dapat turut memeriahkan Natal di ruang publik Jakarta. “Ini salah satu acara yang perlu diapresiasi banget. Menunjukkan bhinneka tunggal ika masih hidup di Indonesia,” lanjutnya.

Ke depannya, Antoni berharap perayaan-perayaan agama lain juga dapat turut dimeriahkan. “Karena di Indonesia kan agama ada enam,” kata Antoni.

Ida, salah satu penonton, sengaja datang dari Tangerang untuk turut memeriahkan acara. Ia mendapatkan info acara ini dari grup WhatsApp. Ia juga telah berkeliling ke banyak titik acara. Di satu sisi, Ida menyambut baik inisiatif Pemprov DKI Jakarta. Ia mengatakan, sebelum ini, tidak banyak kesempatan untuk menyanyikan lagu Natal di ruang-ruang publik. “Kapan lagi bebas bernyanyi Natal begini,” katanya.

Namun, di sisi lain, ia juga tak memungkiri diskriminasi dan ketegangan antar umat beragama masih kerap terjadi di Jakarta. Diketahui indeks kerukunan beragama DKI Jakarta termasuk di bawah rata-rata nasional pada 2019. Dengan skor 71,3, DKI Jakarta menempati urutan ke-27 dari 34 provinsi. Indeks versi Kemenag ini diukur dengan mempertimbangkan faktor pendidikan keluarga, implementasi kearifan lokal, pendapatan rumah tangga, heterogenitas agama, dan peran kementerian.

Ida mengeluhkan semakin banyaknya orang yang mudah mencampuri urusan kepercayaan orang lain. Salah satu cabang toko roti Tous Les Jours, misalnya, mencantumkan larangan menuliskan ucapan Natal, Imlek, Valentine, dan Halloween karena dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam. “Nggak perlulah kalau kita mau bergaul, tanya, ‘eh agamamu apa?’ nggak usahlah. Kalau ngobrol, ngobrol aja,” kata Ida. “Mulailah kita berpikir agama itu urusan masing-masing.”

Ia berharap perayaan seperti ini tak hanya berhenti menjadi selebrasi, tetapi juga membuat orang semakin menghargai dan menerima keberagaman. “Jangan juga jadi udang di balik batu, ya,” pesannya kepada Anies Baswedan.

Sebagaimana kata Ida, Priest Depari juga menekankan pentingnya merayakan keberagaman. “Jakarta ini kan milik semua agama. Itulah yang kita sebut dengan NKRI, Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika,” katanya.

Selain Big Choir STT Cawang dan grup band Antoni Sidjabat, acara “Christmas in Carol” juga diisi dan dimeriahkan oleh kelompok paduan suara LPPD, Double Deer Academy, Melissa Choir, Sejahtera Youth Choir, Laudate Caelesti Choir, Mission Youth for Christ Choir, UKUiki, Thrischmavoca, Acthology Beatbox Jakarta, Groupband GBI 2, dan Bluenotes Band.

Share: Christmas in Jakarta: Jakarta Milik Semua