General

Cara TGB Bela dan Tepis Fitnah yang Sering Disematkan ke Jokowi

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Muhammad Zainul Majdi atau yang biasa disapa Tuan Guru Bajang (TGB) memang bukan bagian dari tim sukses (timses) calon presiden (capres) nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi). Namun hal itu bukan berarti membuat dirinya berhenti memberi dukungan kepada sang capres petahana. Arsul Sani, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin menyatakan bahwa Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut memang sengaja diberi posisi sebagai vote getter saja.

Maka tak heran kalau akhir-akhir ini TGB kerap memberikan pujian kepada Jokowi. Politisi yang kini baru saja berpindah ke Partai Golkar tersebut mengatakan bahwa capres pilihannya itu tetap bekerja dengan sungguh-sungguh meski fitnah terus bertebaran.

“Yang kita saksikan bersama, walaupun fitnah demi fitnah itu tidak pernah putus, tetapi beliau tetap bekerja, sungguh-sungguh bekerja,” kata TGB seperti yang terekam dalam sebuah video dirilis oleh Tim Relawan Jokowi pada Senin, 14 Januari 2019 lalu.

Dalam video tersebut, TGB memberikan penjelasan terkait isu serta fitnah-fitnah yang sering menyerang Jokowi. Mantan politisi Partai Demokrat ini menceritakan bahwa Jokowi dan keluarga besarnya terus diserang dengan berbagai macam isu dan fitnah-fitnah. Ia pun menilai, bahwa Jokowi telah mendapatkan hinaan paling banyak di antara pemimpin yang lain.

“Mungkin tidak ada pemimpin yang paling banyak dihina melebihi beliau. Luar biasa hinaan, hujatan dan fitnahnya. Bahkan sampai pada hal inti yang menyangkut kehormatan beliau dan kehormatan keluarga beliau,” ujar TGB.

Lalu apa saja fitnah yang paling sering disematkan kepada Jokowi?

Anti Islam dan Kriminalisasi Ulama

Proses penyidikan kepada guru agama membuat Jokowi dianggap sebagai pemimpin dengan rezim yang suka mengkriminalisasi ulama. Namun tudingan ini ditepis oleh TGB dan menganggap isu itu tidak punya dasar. Sebab, penangkapan ulama tak hanya terjadi di era kepemimpinan Jokowi saja.

Ia mencotohkan, ketika Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab ditangkap dan dipenjara. Rizieq sendiri sudah masuk bui sampai dua kali. Vonis pertamanya ia dihukum 7 bulan penjara, pada 21 April 2003 dengan kasus penghasutan di media televisi, mengganggu ketertiban merusak fasilitas umum, dan merendahkan pemerintah. Kemudian yang kedua ia diberi sanksi 1 tahun 6 bulan penjara karena terbukti sebagai dalang pengerusakan massal.

“Saya bahkan suka menyinggung secara khusus Al Habib Muhammad Rizieq Shihab dan pada waktu yang lalu ketika beliau mengahadapi proses hukum kemudian mendapatkan hukuman, itu tidak ada yang berteriak tentang kriminalisasi,” ujar TGB dalam diskusi yang digelar TKN Joko Widodo-Ma’ruf Amin di Posko Cemara, Jakarta, Kamis, 7 Februari 2019.

Betul saja, vonis pertama Rizieq ketika itu Indonesia sedang dipimpin oleh Presiden Megawati Soekarno Putri. Sementara di vonis Rizieq yang kedua, Tanah Air sedang dikomandoi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun ketika itu berlangsung, kedua presiden itu tidak disematkan sebagai pemimpin yang mengkriminalisasi ulama.

TGB menuturkan tudingan kriminalisasi ulama hanya bentuk ketidaksukaan sejumlah pihak kepada Jokowi. Ia justru menilai bahwa mantan Wali Kota Solo itu saat ini telah menjadi presiden yang menghormati ulama dan umat Islam. Buktinya, kata TGB, Jokowi membuat kebijakan peringatan Hari Santri, Dana Desa, hingga bank wakaf mikro di pesantren.

Pro Tiongkok

Isu pro Tiongkok yang diarahkan kepada Jokowi memang cukup kencang didengungkan oleh pihak opisisi. Berkat tuduhan tersebut, survei menunjukkan bahwa alasan masyarakat tidak puas dengan kepemimpinan Jokowi adalah karena kebijakan yang dinilai pro terhadap Tiongkok.

Hasil itu berdasarkan survei dari Indo Barometer itu yang bertajuk ‘Siapa Penantang Potensial Jokowi di 2019’. Data mereka menyebut ada 28,5 persen masyarakat tidak puas pada pemerintahan Jokowi. Dari jumlah tersebut, 6 persen mengatakan tidak puas kepada Jokowi karena kebijakan yang dianggap pro Tiongkok.

Belum lagi sempat ada isu tentang 10 juta tenaga kerja dari Tiongkok. Namun mendengar hal itu Jokowi langsung memberi klarifikasinya. Ia menegaskan tidak benar jika ada serbuan tenaga kerja asing (TKA) dari Tiongkok ke Indonesia. Ia mengatakan jumlah TKA yang masuk ke Indonesia hanya 23.000 saja.

“Itu pun tidak kerja terus-menerus, ada yang pasang turbin, pasang smelter. Saya cek kok. Itu memang kita belum siap melakukan itu, sehingga mereka harus di sini 3 bulan-6 bulan untuk memasang ini,” ujar Jokowi saat memberi sambutan pada Pembukaan Pendidikan Kader Ulama (PKU) XII, di Bogor, Rabu, 8 Agustus 2018 lalu.

Anggota dan Simpatisan PKI

Jokowi pernah menerima hasil survei yang menunjukkan bahwa sekitar 6 persen responden percaya isu Jokowi adalah PKI. Angka itu bila dinominalkan, kata Jokowi, mencapai 9 juta masyarakat Indonesia, dan itu merupakan jumlah yang banyak.

“Kelihatannya memang cuma 6 persen. Tapi itu setara dengan 9 juta masyarakat Indonesia. Masih banyak, kan, berarti,” ujar Jokowi dalam acara silaturahim dengan kiai serta santri di Pondok Pesantren Darul Hikmah, kawasan Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Minggu, 4 November 2018.

Pada hari yang sama di acara yang berbeda, saat pembekalan bagi 1.000 caleg perempuan di Hotel JHL Solitaire, Kota Tangerang, Jokowi mengatakan, selama ini ia sudah sabar menghadapi isu anggota PKI. Ia mengaku hampir selama empat tahun ia memilih diam dan tidak ambil pusing atas tudingan itu. Sayangnya isu itu terus bergulir.

“Selama ini saya itu diam saja. Sabar, sabar, sabar, tapi kok kayak begini terus. Supaya enggak dibawa lagi ke mana-mana, perlu juga saya jawab sekarang,” ujar Jokowi.

Share: Cara TGB Bela dan Tepis Fitnah yang Sering Disematkan ke Jokowi