Isu Terkini

Bobotoh Dukung Ma’ruf, Bukti Sepak Bola Tak Bisa Lepas dari Politisasi

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image

Apakah sepak bola dan politik merupakan dua hal yang terpisah seolah tidak pernah berakhir? Sepak bola, sebagai sebuah entitas dalam olah raga, dianggap akan rusak ‘kemurniannya’ jika  terdapat unsur politik yang mewarnainya. Namun di sisi lain, menghilangkan politisasi dalam sepak bola hanya akan menjadi usaha yang sia-sia.Hal ini disebabkan sebuah klub sepak bola dan suporter yang menjadi fondasi di belakangnya tidak berangkat dari ruang vakum tanpa nilai.

Salah satu contoh terbaru bahwa sepak bola dan politik tak terpisahkan tercermin dari sikap Bobotoh yang dikabarkan mendukung Ma’ruf Amin sebagai calon wakil presiden dari nomor urut 01. Hari Rabu (2/1) kemarin, Ma’ruf mengonfirmasi bahwa ada dukungan dari pendukung klub Persib Bandung, Bobotoh dan Viking, yang secara resmi dikirimkan untuk dirinya dan Joko Widodo (Jokowi). “Selain bersilaturahmi, kami juga membahas hal menyangkut kebangsaan, kenegaraan. Juga dukungan bagi Pak Joko Widodo dan saya, pasangan calon 01”.

Selain konfirmasi dari Ma’ruf, dukungan Bobotoh dan Viking juga dilontarkan Rendra, satu dari tujuh perwakilan yang dikirimkan oleh Heru Joko ke rumah kediaman cawapres nomor urut 01. Heru Joko sendiri adalah Ketua Umum Viking Persib Club. “Kami hadir di sini atas perintah langsung oleh Pak Heru Joko, sebagai ketua kami. Kebetulan Pak Heru tak hadir karena sedang di Jepang,” ungkap Rendra, di rumah kediaman Ma’ruf Amin, Rabu (2/1).

Seolah ingin menunjukkan kepeduliannya pada sepak bola, Ma’ruf Amin memang berencana untuk melakukan kampanye yang berkaitan dengan dunia sepak bola. Ia berencana membagikan lima ribu buah bola futsal bertuliskan KMA (singkatan dari Kiai Ma’ruf Amin) di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Ia berharap setidaknya, bantuan tersebut dapat membantu sepak bola Indonesia. “Saya akan bagi-bagi bola nanti di daerah. Mudah-mudahan Indonesia makin hari makin bagus, supaya jangan jadi tim ‘KW’ terus,” ungkap Ma’ruf Amin, hari Rabu (12/12) yang lalu di kediamannya.

Suporter Sepak Bola Punya Suara Besar di Dunia Politik

Terlepas dari manjur atau tidaknya strategi bagi-bagi bola dan dukungan Viking ini, jelas kalau sepak bola dan politik adalah dua hal yang tak terpisahkan. Pertanyaannya bukan lagi perlu atau tidak suporter menyuarakan posisi politiknya, karena hal tersebut sudah menjadi urgensi dan norma di setiap suporter. Yang terpenting adalah, seperti apa caranya. Berikut dua contoh suporter sepak bola yang secara terang-terangan menyuarakan kepentingan politiknya.

La Familia, Suporter Sepak Bola yang Mengklaim Kubunya Paling Rasis Sedunia

Satu contoh bahwa sepak bola menjadi ruang paling nyaman untuk menyuarakan kepentingan politik diartikulasikan dengan sangat ‘baik’ oleh La Familia, pendukung klub sepak bola Beitar Jerusalem. Beitar Jerussalem adalah sebuah klub yang didirikan oleh dua warga Yerusalem, David Horn dan Shmuel Kirchstein, di tahun 1936. Horn adalah pemimpin Betar, sebuah gerakan Zionis yang bersifat revisionis dan menolak protokol yang telah ditetapkan oleh Inggris Raya terkait wilayah Israel. Gerakan ini pula yang membantu banyak kaum Yahudi menduduki wilayah-wilayah Palestina, demi menolak mandat Inggris Raya terkait pembagian wilayah Israel. Dari semenjak didirikan, jelas bahwa Beitar merupakan sebuah klub yang membawa kepentingan politik di dalamnya.

Kepentingan politik Zionis yang dibawa oleh Horn dalam Beitar Jerussalem terus terbawa hingga kini. La Familia, pendukung Beitar, mengaku bahwa mereka adalah kelompok suporter sepak bola paling rasis sedunia. Mereka bangga dengan sebutan tersebut dan dengan senang hati menyuarakan tindakan yang rasis dan diskriminatif. Setidaknya ada dua kejadian besar yang membuat nama La Familia begitu terkenal akan tindakan diskriminatifnya. Di tahun 2007, La Familia pernah menyanyikan satu lagu yang mengejek nabi Muhammad. Kemudian, di tahun 2012, ketika dilaporkan ada pekerja asal Arab Saudi yang diperlakukan dengan kasar di Israel, mereka tidak menunjukkan adanya perasaan duka atau bersedih. Alih-alih, mereka lebih memilih menyanyikan lagu yang berjudul “Death to the Arabs.”

Glasgow Celtic dan Persija Jakarta Dukung Kemerdekaan Palestina

Beda kelompok, beda pula kepentingannya. Jika La Familia mendukung gerakan Zionis, Glasgow Celtic dan Persija Jakarta justru membawa kepentingan untuk memerdekakan Palestina. Pada bulan Agustus 2016, di hadapan klub Israel Hapoel Beer Sheva, pendukung Glasgow Celtic membentangkan bendera Palestina. Celtic, yang memang dibangun atas dukungan imigran katolik Irlandia di Skotlandia, memiliki rasa perlunya solidaritas dengan Palestina yang didiskriminasi oleh Israel hingga mengungsi ke berbagai wilayah di sekitar Palestina.

Tidak jauh berbeda dengan Glasgow Celtic, Persija pun didukung oleh sekelompok orang yang mendukung dan memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Hal ini dibuktikan ketika di musim 2017, The Jak Mania menciptakan koreografi membentuk gambar bendera Palestina di stadion Patriot Bekasi. Nyanyian kebebasan untuk Palestina pun dinyanyikan oleh Persija kala itu.

Share: Bobotoh Dukung Ma’ruf, Bukti Sepak Bola Tak Bisa Lepas dari Politisasi