Isu Terkini

Aplikasi Baru Jakarta Bernama “Beride”: Belum Mampu Gantikan Posisi Qlue

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image

Di bawah kepemimpinan Ahok, aplikasi Qlue pernah menjadi primadona. Kala itu, Qlue digunakan oleh warga sebagai aplikasi tempat melaporkan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di ruang publik. Selain tempat melapor, warga juga dapat menikmati laporan real time dari pemerintah.

Namun, di bawah kepemimpinan Anies-Sandi, ternyata nama aplikasi ini meredup. Hal ini pun diakui oleh Sandiaga Uno yang kala itu masih menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Pada bulan Februari 2018 yang lalu, Sandiaga Uno mengungkapkan kalau laporan melalui aplikasi Qlue menurun. “Jujur saja, karena ini kan gubernur dan wakil gubernur zaman now, agak turun yah laporan melalui Qlue, itu yang harus kami akui,” ucap Sandi di Balai Kota, Jakarta, Kamis (5/2).

Waktu itu, ia menjanjikan untuk membuat aplikasi baru yang transparan terkait pengaduan masyarakat. Bentuknya pun harus lebih terintegrasi dengan berbagai hal lain, seperti misalnya penyelewengan atau korupsi. “Masukannya bukan cuma pelayanan publik, tapi kalau misal ada dugaan korupsi, penyelewengan, itu bisa dilaporkan di aplikasi, ada sinergitas yang transparan,” ujar Sandi kala itu.

Bagaimana Kelanjutannya?

Ternyata, apa yang diucapkan Sandiaga Uno terjawab di bulan Mei 2018 yang lalu. Anies dan Sandi kala itu mengeluarkan sebuah aplikasi baru bernama Beride. Sedikit berbeda, aplikasi ini bertujuan untuk mengajak masyarakat lebih berinisiatif dalam menjaga lingkungannya. Harapannya, masyarakat dapat menjadi agen perubahan. “Dulu pemerintah bilang silahkan buang sampah di mana-mana, nanti kami akan kirim pasukan orange. Sekarang kita rubah, masyarakat itu adalah co-creator, mereka harus tanggung jawab, jangan semuanya itu diserahkan kepada pemerintah, mereka itu harus jadi bagian dari perubahan, mereka harus jadi agent of change. Nah, Beride ini termasuk dalam bagian partisipatif kolaboratif,” tutur Sandi dalam peluncuran aplikasi Beride di Kantor UPT Jakarta Smart City, Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (23/5).

Ia pun mengungkapkan kasus rekayasa lalulintas di persimpangan Jalan Warung Buncit Raya, Mampang, Jakarta Selatan. Kala itu, ia merasa sosialisasi kurang. Ide dari Dishub pun tidak tersampaikan dengan baik ke masyarakat. “Nah ini juga ada kesempatan bahwa Beride ini bukan hanya dari masyarakat, tapi juga dari kita. Misalnya soal relokasi, nanti UMKM dengan OK OCE bisa berkolaborasi, pak Wali ada beberapa penataan, kan jadi yang bisa enggak Cuma masyarakat, tapi juga Pemprov juga bisa ikut nanti jadi sebuah platform untuk partisipatif kolaboratif,” ujar Sandi.

Seperti Apa Beride Ini?

Jika dilihat dari situsnya, www.jakarta.beride.id, kalian akan langsung diberitahu seperti apa Beride bekerja. Pertama, masyarakat dapat menyampaikan idenya melalui situs tersebut. Nanti, diharapkan masyarakat berkolaborasi dengan masyarakat lain untuk mewujudkan ide tersebut. Ide-ide ini pun akan diseleksi oleh pemerintah dengan melihat dampak dan manfaatnya. Setelah lolos, akan ada reward yang dipersiapkan untuk ide-ide yang lolos uji. Beride juga nantinya akan mempromosikan ide-ide tersebut ke masyarakat.

Masih Belum Terasa di Masyarakat

Meski Beride secara ideal sudah cukup bagus, masih banyak yang harus diperbaiki dari segi pelaksanaannya. Hingga saat ini, efektivitas Beride terasa belum sebaik Qlue di masa jayanya. Bahkan, relatif belum terasa sama sekali dampak aplikasi Beride ini. Sebagai pengagasnya, Pemerintah DKI Jakarta punya andil untuk mempromosikan aplikasi ini lebih lanjut. Agar masyarakat juga lebih mengenal, dan aplikasi Beride pun dapat digunakan lebih banyak masyarakat.

Share: Aplikasi Baru Jakarta Bernama “Beride”: Belum Mampu Gantikan Posisi Qlue