Budaya Pop

Begini Cara Cambridge Analytica Gunakan Data Pengguna Facebook untuk Menangkan Donald Trump

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Skandal bocornya 50 juta data para pengguna Facebook masih jadi sorotan sampai hari ini. Diketahui, setidaknya 50 juta data profile milik para pengguna Facebook jatuh ke tangan Cambridge Analytica, suatu perusahaan konsultan politik yang berperan penting dalam kemenangan capres Amerika Serikat di Pilpres 2016 lalu, Donald Trump. Kalian pasti penasaran kan guys seperti apa sih sebenarnya cara Cambridge Analytica memanfaatkan data Facebook yang bocor itu untuk memenangkan Trump?

Cara-cara licin Cambridge yang menggunakan bocoran data para pengguna Facebook untuk memenangkan Trump itu diawali dengan sebuah presentasi yang membocorkan teknik yang digunakan untuk menargetkan pemilih.

Media Inggris, The Guardian baru-baru ini berhasil mendapatkan dokumen internal berupa blueprint (cetak biru) soal bagaimana data Facebook yang bocor itu dimanfaatkan tim kampanye Donald Trump.

Bayangin aja nih guys, pihak Cambridge Analytica mengklaim bahwa mereka berhasil membuat Trump menguasai Pemilu AS 2016 dengan memanfaatkan nyaris seluruh platform potensial di dunia maya seperti Google, Snapchat, Twitter, Facebook dan YouTube.

Pengakuan Mantan Karyawan Cambridge Analytica

Cetak biru itu sendiri didapatkan dari Brittany Kaiser, mantan karyawan Cambridge Analytica, yang baru saja mengakhiri kontraknya dengan perusahaan firma analis data tersebut.

Kaiser mengklaim dalam dokumen itu tercatat jelas bagaimana seluruh data pengguna Facebook itu digunakan oleh Cambridge Analytica.

Dalam cetak biru itu tercantum setidaknya 27 halaman presentasi yang dibuat oleh Cambridge Analytica. Sebenarnya presentasi itu dibuat sebagai bahan untuk ditunjukkan kepada klien potensial demi mendapat keuntungan.

Kaiser menjelaskan bagaimana rincian teknik yang digunakan oleh tim kampanye Trump untuk menargetkan pemilih mikro AS dengan pesan yang dirancang khusus tentang calon Partai Republik di seluruh saluran digital.

“Ini adalah kumpulan kampanye digital berbasis data yang digunakan Trump,” kata Brittany Kaiser, mantan Direktur Pengembangan Bisnis Cambridge Analytica yang membawa cetak biru tersebut seperti dinukil Asumsi dari The Guardian, Rabu 28 Maret.

Sejumlah Metode Cambridge Analytica dalam Kampanye Trump

Ternyata nih guys, dalam cetak biru itu terungkap bahwa Cambridge Analytica menggunakan sejumlah metode dalam menjalankan misinya itu. Beberapa metode itu adalah penelitian, survei intensif, pemodelan data, serta mengoptimalkan kinerja dan penggunaan algoritma untuk menargetkan sebanyak 10.000 iklan berbeda pada audiens yang berbeda-beda pula dalam beberapa bulan jelang pemilihan di 2016 lalu itu.

Lalu, dokumen itu dipresentasikan kepada karyawan Cambridge Analytica di London, New York dan Washington DC, beberapa minggu setelah kemenangan Trump sebagai Presiden AS.

Presentasi itu ingin memberikan penegasan tentang bagaimana perusahaan kontroversial itu membantu melakukan salah satu propaganda politik paling dramatis dalam sejarah modern. Dalam dokumentasi yang dipresentasikan itu, tercatat bahwa iklan kampanye yang disebar tersebut telah dilihat sebanyak miliaran kali oleh para calon pemilih.

“Ada permintaan dari orang-orang di internal perusahaan untuk tahu bagaimana kami melakukannya. Semua orang ingin tahu, baik itu klien lama maupun klien potensial. Tentu kami bisa saja menunjukkannya pada orang yang telah menandatangani persetujuan,” ujar Kaiser.

Kaiser sendiri mengaku memiliki akses ke salinan dokumen yang sama atau dokumen yang sekarang didapat The Guardian. Kaiser juga telah menggunakan dokumen itu untuk memamerkan metode rahasia kampanye kepada klien potensial dari Cambridge Analytica.

Kaiser mengakui bahwa ia sendiri sebenarnya tak terlibat secara langsung dalam kampanye pemenangan Trump di Pemilu AS 2016. Namun, beberapa kali ia pernah mengatur pertemuan di antara para petinggi untuk membicarakan hal ini.

Cambridge Analytica sebagai Firma Analis Terkemuka

Seperti diketahui, reputasi firma analisis data Cambridge Analytica sendiri memang cukup baik di kalangan para politikus. Cambridge dianggap sebagai firma yang mampu mendongkrak popularitas positif saat masa-masa kampanye berjalan.

Dalam kerjanya, pihak Cambridge Analytica juga bertugas memantau efektivitas pesan serta iklan pada berbagai jenis pemilih. Kemudian si klien pun diberikan masukan dari kampanye yang tengah berjalan baik itu di Facebook maupun platform lainnya.

Nah, lalu hasil feedback atau umpan balik tersebut kemudian digunakan lagi untuk mengoptimasi alogaritma penyebaran data agar kampanye yang dilakukan lebih optimal. Feedback ini digunakan untuk mengirim ribuan iklan lain pada calon pemilih bergantung profilnya.

Dahsyat kan guys?

Selain Facebook, Kaiser juga membeberkan bahwa Trump juga menggunakan platform lain untuk berkampanye, seperti Snapchat dan Twitter. Meski begitu, Kaiser tak menyebutkan lebih rinci soal bagaimana tim pemenangan Trump memanfaatkan semua platform tersebut.

Sekadar informasi, beberapa hari lalu publik dihebohkan dengan bocornya 50 juta data para pengguna Facebook. Data tersebut kabarnya dipegang oleh Cambridge Analytica.

Cambridge Analytica sendiri diduga mendapatkan data pengguna Facebook itu dari peneliti pihak ketiga bernama Aleksandr Kogan. Ia bekerja di Global Science Research dan kerap menghadirkan survei terkait kepribadian yang tersebar masif di Facebook.

Nah, dugaan menyebutkan bahwa sebanyak 50 juta data para pengguna Facebook yang bocor itulah yang akhirnya digunakan oleh tim kampanye Trump sebagai langkah pemenangan saat Pemilu AS 2016 lalu.

Share: Begini Cara Cambridge Analytica Gunakan Data Pengguna Facebook untuk Menangkan Donald Trump