Isu Terkini

Banjir Bandang Sentani: Korban Terus Bertambah, Tempat Pengungsian Penuh

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Banjir bandang yang menerjang Sentani, Jayapura, Papua, pada Sabtu, 16 Maret 2019 kemarin masih menyimpan banyak kelumit. Apalagi korban yang berhasil ditemukan terus bertambah jumlahnya. Hingga Rabu pukul 10.00 WIB saja sudah tercatat 104 orang yang meninggal dunia. Namun belum semua korban berhasil diidentifikasi petugas.

“Belum semua korban berhasil diindentifikasi,”  ujar Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho melalui siaran pers, Rabu, 20 Maret 2019.

Setidaknya ada 40 jenazah yang tak diketahui identitasnya. Namun Bupati Jayapura memilih untuk tetap memakamkan mereka secara massal pada hari ini, 21 Maret 2019. Pemakaman massal diputuskan setelah berkoordinasi dengan pihak keluarga dan pihak gereja yang dituangkan dalam bentuk tertulis. Pemerintah Daerah (Pemda) Jayapura bahkan telah menyiapkan lahan dan kendaraan untuk pemakaman massal tersebut.

Baca Juga: Banjir Bandang dan Kondisi Alam di Sentani Papua

Selain 104 korban meninggal, ada pula 160 orang luka-luka, 85 orang luka berat, dan 75 orang luka ringan. Meskipun begitu, hingga saat ini masih ada 79 orang yang belum berhasil ditemukan. Tim SAR gabungan terus mencari korban sesuai dengan laporan masyarakat yang menyatakan anggota keluarganya belum ditemukan.

Pengungsi pun terus bertambah, tercatat saat ini jumlahnya mencapai 9.691 orang. Mereka yang mengungsi rata-rata karena merasa trauma dan khawatir akan datangnya banjir bandang susulan. Sebab diketahui, hujan masih sering turun di Jayapura.

“Bertambahnya pengungsi ini menyebabkan beberapa tempat pengungsian penuh dan kondisinya tidak nyaman,” kata Sutopo.

Ribuan pengungsi itu juga tersebar di 18 lokasi tempat evakuasi sementara. Berpencarnya wilayah pengungsian ternyata juga menimbulkan masalah lain, para petugas sulit mendistribusikan bantuan yang mereka bawa. Oleh sebab itu, rencananya 18 posko tersebut akan dikumpulkan menjadi enam titik tempat pengungsian.

Jayapura Mulai Ditetapkan Status Tanggap Darurat

Dengan kondisi demikian, Pemda Jayapura akhirnya menetapkan masa tanggap darurat di wilayah terdampak banjir selama 14 hari terhitung mulai 16 sampai 29 Maret 2019. Daerah yang terdampak bencana sendiri ternyata bukan hanya Distrik/Kecamatan Sentani saja, sebab diketahui bahwa masih ada 5 distrik lain yaitu Distrik Sentani, Waibu, Sentani Barat, Ravenirara, dan Depapre.

Penetapan tanggap darurat bencana itu dinyatakan melalui surat pernyataan tanggap darurat bencana banjir bandang Kabupaten Jayapura bernomor 360/45/sp/st pada 16 Maret 2019. Dengan ditetapkannya status tersebut, maka pemerintah bisa mengoptimalkan penanganan korban banjir. Bupati Jayapura Mathias Awaitouw mengatakan bahwa penetapan status tersebut dilakukan lantaran dia melihat kondisi di lapangan yang membutuhkan penanganan sesegera mungkin.

“Bencana tersebut mengakibatkan korban jiwa, harta benda, rusak dan hilangnya rumah warga, kerusakan sarana prasarana umum, permukiman, dan infrastruktur jalan serta jembatan,” ujar Bupati Jayapura Mathias Awaitouw pada Rabu, 20 Maret 2019.

Baca Juga: Ikan Hiu Langka Muncul Pasca Banjir di Sentani, Apa yang Terjadi

Selain itu, lanjut Mathias, perlu ditempuh langkah-langkah penanganan yang bersifat cepat, tepat, dan terpadu sesuai dengan standar dan prosedur penanganan pada masa tanggap darurat. Dia pun meminta semua instansi terkait agar dapat melakukan antisipasi potensi bencana banjir bandang di Kabupaten Jayapura.

Bantuan dari  pusat, pemda, masyarakat dan dunia usaha pun kini masih terus diusahakan mengalir. BNPB telah menyerahkan bantuan dana siap pakai sebesar Rp 1,5 miliar untuk operasional penanganan darurat. Dana tersebut diperuntukan BPBD Kabupaten Jayapura sebesar Rp 1 miliar, BPBD Kota Jayapura Rp 250 juta, dan BPBD Provinsi Papua Rp 250 juta.

Rencana Pemprov Papua Relokasi Warga

Selain karena tingginya intensitas hujan, banjir bandang di Jayapura juga dipicu akibat pegunungan Cycloops yang telah berubah fungsinya. Sekitar 2.415 titik yang semestinya menjadi daerah tangkapan air (DTA) digunakan sebagai permukiman dan pertanian lahan kering campur. Belum lagi terjadi pembukaan lahan untuk kebutuhan kayu dan galian tambang.

Maka dari itu, ke depannya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua berencana untuk merelokasi warga yang tinggal di kawasan cagar alam Cycloops ke sejumlah daerah di Jayapura-Wamena. Pegunungan Cycloops terletak pada di wilayah administrastif Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura. Dengan adanya upaya relokasi, diharapkan agar banjir bandang tidak terulang lagi. Namun demikian, pemerintah masih belum memastikan wilayah yang akan jadi pengganti tempat tinggal waga Jayapura-Wamena.

“Rencana ini (relokasi) sudah disampaikan ke Presiden Joko Widodo dan direspons positif, hanya saja mengenai lokasi pastinya belum ditetapkan,” kata Gubernur Papua, Lukas Enembe, Kamis, 21 Maret 2019.

Pemprov Papua, kata Enembe, juga ke depan akan mendirikan fasilitas pelayanan publik bagi warga yang direlokasi, seperti rumah sakit, sekolah, dan perumahan. Kendati demikian, rencana ini menurutnya masih harus lebih dulu disosialisasikan.

“Bencana seperti ini sudah terjadi berulang kali dalam kurun waktu tertentu, maka warga mau tidak mau harus direlokasi,” ujarnya.

Share: Banjir Bandang Sentani: Korban Terus Bertambah, Tempat Pengungsian Penuh