Isu Terkini

Penggunaan Biofuel yang Menggunakan Kelapa Sawit, Demi Masa Depan?

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image

Bahan bakar seperti gas dan minyak adalah bahan bakar yang tak terbarukan. Permintaan yang terus meningkat tidak sebanding dengan persediaan yang terus menipis. Hal ini menyebabkan banyak orang mencari cara untuk dapat menggantikan gas dan minyak sebagai bahan bakar, sebelum persediannya benar-benar habis. Salah satu opsi alternatif masyarakat adalah biofuel, atau bahan bakar nabati.

Bahan bakar nabati adalah sebuah konsep bahan bakar yang prosesnya melibatkan proses biologis kontemporer, alih-alih geologis seperti minyak dan gas. Bahan bakar nabati berasal dari beberapa sumber. Bisa langsung dari tumbuhan tersebut, atau sampah sisa olahan produk agrikultur, komersial, domestik, atau industri. Satu poin utama dari dikembangkannya bahan bakar nabati adalah menciptakan bahan bakar yang dapat diperbaharui.

Secara teori, bahan bakar nabati bersifat karbon-netral atau tidak memiliki jejak karbon. Hal ini berangkat dari logika kalau tumbuhan juga menghasilkan karbon dioksida. Ketika tumbuhan berubah menjadi bahan bakar, karbon dioksida yang dikeluarkan hanya berganti sumber. Yang awalnya berasal dari tumbuhan, kini berasal dari penggunaannya sebagai bahan bakar. Namun nyatanya, logika tersebut tidak selamanya terjadi. Ada banyak faktor lain, seperti tanah, yang menentukan apakah bahan bakar nabati tersebut bersifat karbon-netral atau tidak.

Terus Mengalami Perkembangan, Telah Mencapai Empat Generasi

Bahan bakar nabati sejauh ini sudah berkembang sampai empat generasi. Generasi pertama adalah bahan bakar nabati konvensional yang berasal dari tumbuhan makanan. Tumbuhan-tumbuhan ini memang sengaja dikembangkan untuk kepentingan bahan bakar. Di generasi pertama ini, gula, kanji, atau minyak sayur yang diambil dari tumbuhan langsung dikonversikan menjadi biodiesel atau ethanol menggunakan metode transesterifikasi atau fermentasi ragi.

Generasi kedua bahan bakar nabati adalah bahan bakar yang dimanufaktur dari berbagai tipe biomassa. Berbeda dengan generasi pertama, bahan bakar nabati generasi kedua dibuat dari lignocellulosic biomass atau tumbuhan berkayu, sisa-sisa agrikultur, atau bahan-bahan sisa tumbuhan. Keuntungan dari generasi kedua ini adalah tanah yang digunakan tidak hanya semata-mata untuk memproduksi bahan bakar. Namun, kekurangannya adalah ekstraksi untuk produksi bahan bakar lebih sulit dilakukan. Hal ini karena bahan bakar nabati generasi kedua membutuhkan proses fisik dan kimiawi yang lebih rumit untuk dapat mengkonversi biomassa lignocellulosic menjadi bahan bakar transportasi.

Generasi ketiga dari bahan bakar nabati adalah sebuah eksperimen oleh Laboratorium Energi Terbarukan milik Amerika Serikat di tahun 1978 hingga tahun 1996. Laboratorium ini bereksperimen menggunakan tumbuhan ganggang laut sebagai sumber dari bahan bakar nabati. Program ini dikenal dengan nama Program Spesies Akuatik (Aquatic Species Program). Dalam program ini, tumbuhan gangga yang kaya akan minyak diekstraksi dan diproses menjadi bahan bakar nabati. Sisa tumbuhan gangga yang kering digunakan sebagai bahan dari pembuatan ethanol.

Generasi keempat adalah generasi terbaru dari bahan bakar nabati. Dalam generasi keempat ini, salah satu yang ingin dicapai adalah bagaimana bahan bakar dapat benar-bernar bersifat karbon-netral. Bahan bakar nabati generasi keempat ini berjenis electrofuels dan photobiological solar fuels.

Kontroversi Kelapa Sawit

Penggunaan bahan bakar nabati adalah sebuah alternatif dari bahan bakar fosil. Meski demikian, bahan bakar nabati tidak selamanya ramah lingkungan. Salah satu yang menjadi perdebatan adalah penggunaan tumbuhan kelapa sawit. Tumbuhan ini dinilai tidak ramah pada tanah karena seiring waktu, tanah yang digunakan untuk kelapa sawit menjadi tidak bisa digunakan sama sekali. Butuh waktu lama untuk tanah bekas kelapa sawit menjadi subur kembali. Selain itu, penggunaan kelapa sawit juga menjadi kontroversi karena harus mengorbankan hutan alami yang selama ini menjadi habitat dari banyak hewan. Salah satu hewan yang terancam karena penanaman kelapa sawit adalah orang utan.

Share: Penggunaan Biofuel yang Menggunakan Kelapa Sawit, Demi Masa Depan?