Isu Terkini

Antifa Disebut Dalang Kerusuhan dalam Aksi Memprotes Kematian George Floyd di AS

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

“Amerika Serikat akan menggolongkan ANTIFA sebagai organisasi teroris,” kata Presiden Amerika Serikat Donald Trump lewat akun Twitter resminya, Senin (31/5). Menurut Trump, Antifa (antifasis) telah membajak protes damai atas pembunuhan polisi terhadap warga kulit hitam AS, George Floyd, di Minneapolis, Minnesota, awal pekan lalu dan menjadikannya penuh kekerasan.

Langkah ini memicu kritik dari banyak pihak. Pertama, AS tidak memiliki undang-undang terorisme dalam negeri. Kedua, Antifa bukanlah organisasi dengan pemimpin dan struktur keanggotaan yang ketat.

Kematian George Floyd pada Senin (25/5) memicu gelombang protes di AS. Mulanya, dia dituduh hendak membeli rokok dengan uang kertas $20 palsu. Tujuh belas menit setelah mobil patroli pertama tiba di tempat kejadian, Floyd tidak sadarkan diri. The New York Times merekonstruksi kematian Floyd dalam video berdurasi delapan menit 46 detik.

Rekaman CCTV, video saksi, dan dokumen resmi menunjukkan bahwa para petugas mengambil serangkaian tindakan yang melanggar kebijakan Departemen Kepolisian Minneapolis dan berakibat fatal, membuat Floyd tidak dapat bernapas, bahkan ketika ia dan para saksi meminta bantuan. Seorang polisi kulit putih bernama Derek Chauvin menekankan lututnya ke leher Floyd.

Chauvin tidak mengangkat lututnya bahkan setelah Floyd kehilangan kesadaran. Ia bahkan tetap menggencet pria itu selama satu menit setelah paramedis tiba di tempat kejadian.

Publik marah dan turun ke jalan. Mereka membawa poster bertuliskan “Black Lives Matter” untuk menunjukkan protesnya kepada kepolisian AS. Gelombang protes menyebar tak hanya di Minneapolis, tapi juga hingga New York dan Los Angeles. Namun, aksi ini berubah menjadi kerusuhan dan penjarahan.

Sehari setelah kematian Floyd, Departemen Kepolisian memecat keempat petugas yang terlibat dalam insiden tersebut, dan pada hari Jumat, pengacara Wilayah Hennepin, Mike Freeman, mengumumkan tuduhan pembunuhan terhadap Derek Chauvin.

Apa Itu Antifa?

Antifa adalah kependekan dari antifasis, kelompok aktivis kiri radikal yang menempatkan diri sebagai lawan dari fasisme. Pada Januari 2017, mereka memprotes pelantikan Presiden Donald Trump. Antifa juga melancarkan aksi protes terhadap kehadiran provokator Alt-Right Milo Yiannopoulos di Universitas California, Berkeley. Di Berkeley, massa berpakaian hitam melemparkan molotov dan memecahkan jendela-jendela tempat Yiannopoulos sedianya berbicara.

Anggota Antifa yang diwawancarai CNN, Crow, mengatakan kekerasan yang dilakukan kelompoknya adalah upaya mempertahankan diri. Antifa sering terlibat dalam aksi menjurus ke kerusuhan, namun, sebenarnya tidak selalu demikian. Mereka juga melakukan banyak aksi damai.

Kelompok ini tak dapat dipetakan sebagaimana organisasi pada umumnya. Para pengikutnya mengakui Antifa bersifat rahasia, tidak memiliki pemimpin resmi, dan diorganisasi ke dalam sel-sel lokal yang otonom.

Kampanye Antifa berfokus menentang pandangan otoriter, homofobik, rasis, dan xenofobik. Gerakannya tak hanya memakai taktik protes turun ke jalan, tapi juga aktivisme digital. Yang jelas, Antifa mendukung kelompok-kelompok tertindas dan menentang penimbunan kekayaan oleh korporasi atau para elite.

Apa Tujuan Antifa?

“Argumennya, militan antifasisme membela diri dari kekerasan yang dilakukan oleh kaum fasis, terutama terhadap orang-orang terpinggirkan,” kata Mark Bray, dosen sejarah di Dartmouth College dan penulis Antifa: The Anti-Facist Handbook, dikutip dari The New York Times, Minggu (31/05).

Gerakan ini mengorganisir masyarakat secara damai. Namun, mereka percaya bahwa kekerasan juga bisa dibenarkan dalam situasi tertentu. Sebab, bagi mereka, jika kelompok rasis atau fasis dibiarkan bergerak dengan bebas, kelompok-kelompok rentan akan semakin tertindas. Dalam rentang 2010 sampai 2016, menurut penelitian University of Maryland, 53% serangan terorisme di AS dilakukan oleh ekstremis agama, 35% eketremis kanan, dan 12% ekstremis kiri.

Kamus Merriam-Webster menjelaskan bahwa kata antifa pertama kali dipakai pada 1946 dan dipinjam dari frasa Jerman. Orang yang berada dalam kelompok ini berarti menentang Nazisme.

Ketika diktator Italia Benito Musolini berkuasa di bawah Partai Fasis Nasional pada pertengahan 1920-an, gerakan antifasis muncul di berbagai negara. Sementara pada 1970-an dan 1980-an, Antifa muncul kembali untuk menentang supremasi kulih putih. Kelompok Antifa modern pun hadir ketika Trump menjadi Presiden AS pada 2016.

Mark Bray menyebut mereka muncul untuk melawan kelompok Alt-Right, yang sangat mendukung kebijkan Trump dan supremasi kulit putih.

Share: Antifa Disebut Dalang Kerusuhan dalam Aksi Memprotes Kematian George Floyd di AS