General

Dua Politisi Ini Mengincar Kursi Novanto, Siapa Yang Akan Menang?

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Senin panas! Partai Golkar lagi tegang-tegangnya nih setelah muncul nama Aziz Syamsuddin sebagai calon pengganti Setya Novanto sebagai Ketua DPR RI. Kalian pasti penasaran kan, gimana sih, kok ujug-ujug muncul nama Aziz ini ke permukaan? Awalnya, ternyata Setnov menulis surat pengunduran diri sebagai Ketua DPR dari balik tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Nah, dalam surat itu, Setnov sekaligus menunjuk Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Jenderal Partai Golkar, Aziz Syamsuddin sebagai calon Ketua DPR. Jeng jeng jeng…

Kemunculan nama Aziz itu langsung memicu polemik. Ya gimana internal Golkar pada nggak panas denger kabar Aziz bakal jadi Ketua DPR, wong petinggi-petinggi yang lainnya gak diajak ngobrol. Belum lagi, Golkar juga punya segudang politisi ulung yang sama-sama layak jadi Ketua DPR menggantikan Setnov, kayak Agus Gumiwang, Zainudin Amali, sampai Bambang Soesatyo (Bamsoet). Tadinya, justru nama terakhir yang disebut-sebut sebagai kandidat kuat yang berpotensi menduduki kursi DPR 1.

Kira-kira gimana ya peta kekuatannya kalau Aziz beneran head to head dengan Bamsoet menuju DPR 1? Tim Asumsi.co mengulik perbandingan kekuatan dan kelemahan Aziz vs Bamsoet lewat obrolan bareng Direktur Eksekutif Paramater Politik Indonesia, Adi Prayitno.

“Calon-calon yang muncul itu nama-namanya seperti Aziz Syamsuddin, Bamsoet, Agus Gumiwang, dan Zainudin Amali. Semuanya layak memimpin dan sama-sama berpeluang menang,” kata Adi Prayitno kepada Asumsi.co hari ini (11/12).

“Cuma yang kelihatan itu kan Aziz Syamsuddin karena dia adalah salah satu orang yang dipercaya Setya Novanto,” jelasnya.

Adi Prayitno menilai jika harus menghadap-hadapkan antara Aziz vs Bamsoet, maka kekuatan keduanya cukup berimbang, hanya saja untuk saat ini, politisi dari dapil Lampung II itu masih unggul karena dukungan Setnov. Ia menyebut ada kelebihan dan kekurangan yang dimiliki kedua sosok tersebut.

“Aziz dianggap kuat karena satu kubu dengan Setnov. Kalau melihat persentase dan kekuatannya memang Aziz yang kuat saat ini karena ia mewakili kubu mayoritas,” tandasnya.

“Apalagi kubu-kubu yang lain termasuk kubu Bamsoet belum terlihat manuvernya. Peluangnya Aziz untuk leading dalam persaingan ini pun sangat besar, tapi konstelasi politik di internal Golkar masih bisa berubah kapan saja,” bebernya.

Aziz Syamsuddin

Pro: Pertama, Aziz punya pengalaman sebagai legislator yang mumpuni. Menjadi anggota sejak tahun 2004, Aziz tentunya sudah tidak asing lagi dengan tugas-tugas di DPR. Kedua, pria berusia 47 tahun ini merepresentasikan kelompok muda di Golkar, dan jika Aziz dipercaya jadi Ketua DPR maka akan ada penyegaran di tubuh Golkar.

Ketiga, Aziz punya bekal politik yang cukup kuat karena dukungan dari teman-temannya terutama dari kubu Setnov. Aziz juga memiliki gaya penetrasi politik yang cukup baik di internal Golkar. Ia bisa diterima dan masuk di semua kalangan.

Tak cuma itu aja lho, Aziz juga dinilai bisa beradaptasi cepat dengan berbagai kelompok kepentingan yang ada di internal Golkar. Yang jelas lebih luwes, lebih fleksibel, dan tentunya lebih muda.

Kontra: Agak punya sedikit ‘cacat’ etika dan cenderung kurang bersih. Lihat aja pas persidangan kasus korupsi e-KTP, kala itu Miryam S Haryani (anggota DPR fraksi Partai Gerindra), yang jadi tersangka pemberian kesaksian palsu korupsi e-KTP, pernah menyebut Aziz sebagai salah satu anggota DPR yang menekan dirinya.

“Aziz memang terkesan di atas angin karena didukung Setnov. Tapi penolakan terhadap Aziz juga keras kan. Itu artinya potensi Aziz jadi musuh bersama cukup terbuka,” tegas Adi yang juga merupakan Dosen Ilmu Politik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

“Kalau pun Aziz kuat, tapi resistensinya juga cukup keras,” tandasnya.

Bambang Soesatyo

Pro: Jelas ya, Bamsoet ini lebih senior dan kenyang pengalaman di Golkar. Politisi yang akrab dipanggil Bamsoet ini menjabat sebagai Ketua Komisi III, dan dikenal sebagai sosok yang menyenangkan oleh rekan-rekannya di komisi. Gak hanya rekan se-fraksi aja lho yang berpendapat demikian, pendangan serupa justru banyak disampaikan juga oleh fraksi-fraksi lain.

Kontra: Sama seperti Aziz, Adi Prayitno menganggap Bamsoet juga punya rekam jejak yang kurang bersih dan sedikit ‘cacat’ etika. Sama halnya dengan Aziz, nama politisi berusia 55 tahun ini juga ikut terseret sebagai pihak yang diduga ikut menekan Miryam.

“Bamsoet ini memang kenyang pengalaman karena ia generasi senior di tubuh Golkar. Secara rekam jejak, Bamsoet ya gak jauh beda lah kayak Aziz, kurang bersih juga dan masih ‘cacat’ etika,” pungkas Adi Prayitno.

Jadi, kira-kira siapa guys yang layak jadi Ketua DPR menggantikan Setnov? Aziz atau Bamsoet?

Share: Dua Politisi Ini Mengincar Kursi Novanto, Siapa Yang Akan Menang?