General

Viral #SandiwaraAnakMami dan Fakta Bawang Merah yang Sandiaga Perlu Ketahui

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Calon Wakil Presiden (cawapres) Sandiaga Salahuddin Uno kembali menjadi buah bibir para warganet. Bukan karena prestasinya ataupun solusi yang dapat menyelesaikan masalah, Sandi menjadi perhatian berkat ketahuan memberikan panggung kepada politisi yang berlaga menjadi petani bawang merah. Hal  itu ia tunjukkan dalam sebuah video yang diunggahnya sendiri di Twitter dan Instagram.

Video tersebut sebenarnya menjadi rekam jejak untuk Sandi. Bagaimana cara dirinya berkampanye seperti yang terlihat di Lapangan Sepakbola Wali Kukun Krasak Brebes, Senin, 11 Februari 2019 kemarin. Ia tampak mendengarkan keluh kesah Muhammad Subhan, seorang petani bawang merah yang merugi karena harganya terus menurun.

“Harga brambang (bawang merah) turun. Saya belum bisa bayar cicilan di Bank Puspa Kencana, jaminannya rumah saya, rumah orangtua saya,” kata Subhan dengan berteriak.

Subhan, seseorang yang mengaku sebagai petani bawang merah berkeluh kesah kepada cawapres Sandiaga Uno. Sumber foto: Istimewa

Sandi kemudian berjanji akan menampung semua keluhan yang disampaikan para petani. Menurutnya, ia punya pengalaman membeli langsung dari petani bawang Brebes melalui PT Food Station Tjipinang Jaya saat masih menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Dengan menggunakan teknologi Control Atmosphere Storage (CAS), Sandi melanjutkan, produk pertanian seperti bawang bisa disimpan selama enam sampai sembilan bulan.

“Jadi nanti jika mendapatkan amanat, kami akan membeli langsung produksi petani bawang Brebes. Dengan harga bawah dan harga atas, sehingga petani tidak akan lagi ‘nundur bawang tukule utang’ (menanam bawang hasilnya utang),” janjinya.

Namun video yang cukup dramatisir itu ternyata dianggap sebagai sandiwara belaka. Warganet yang merasa janggal kemudian menemukan data bahwa Subhan ternyata bukanlah seorang petani, melainkan kader dari Partai Gerindra dan mantan anggota Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Brebes, Jawa Tengah. Tak ayal, tagar SandiwaraAnakMami menjadi top trending di Twitter.

Sandiaga memeluk Subhan yang menangis karena merasa rugi menanam bawang merah. Sumber gambar: Istimewa

Terlepas dari sandiwara atau tidaknya Subhan dan Sandiaga Uno, bagaimana fakta sebenarnya tentang produksi bawang merah di Indonesia?

Panen Bawang Merah dan Permainan Harga yang Mesti Disiasati

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Kementerian Pertanian, Yasid Taufik mengatakan bahwa harga bawang merah tingkat produsen periode awal Januari 2019 terpantau stabil. Hal ini sesuai dengan hasil pemantauan harga harian oleh Posko Bawang dan Cabai Ditjen Hortikultura. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kata Yasid, Januari ini justru harga lebih stabil.

“Rerata harga bawang merah 17.039 Rupiah per Kg hampir sama dengan periode 2018,” ujar Yasid, di Jakarta, Kamis, 31 Januari 2019.

Perlu diketahui, memasuki awal Februari–Maret 2019, beberapa sentra bawang merah di Indonesia, seperti Brebes akan memasuki masa panen raya. Namun, Yasid mengatakan petani diminta tak perlu khawatir karena diprediksi harga akan stabil pada kisaran 7.000–12.000 rupiah per kg.

“Kalaupun ada penurunan diprediksi hanya berlangsung sebentar saja,” ungkap Yasid.

Kami mengenal petani bawang merah.

Walau harga turun tapi mereka tetap untung.
Walau keuntungannya tidak sebanyak saat harga tinggi.

Orang kami 1 komunitas kok.

Kalau ada yg sampai DUDA seperti itu…????

Saya yakin bukan tentang harga bamer turun.
Melainkan masalah yg lainnya. pic.twitter.com/n4zSPQE7rc— Seno Trigona ???????????????????? (@TrigonaSeno) February 11, 2019

Saat musim panen, bawang yang melimpah memang membuat harganya menjadi turun drastis. Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), Juwari sendiri menyebutkan bahwa harga bawang merah petani bulan Januari 2019 ini masih berada di angka 10.000 rupiah per kg. Padahal, agar petani balik modal, harga bawang semestinya berada di level 12.500 rupiah per kg.

Juwari menjelaskan, penurunan tersebut sebenarnya bisa disiasati dengan menunda waktu jual sambil menunggu harga pulih. Sayangnya, kerap terkendala cuaca. “Jika musim kemarau tentu akan mudah, sehingga terpaksa dijual dengan harga yang murah,” kata Juwari.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Suwandi sendiri menegaskan pentingnya penerapan jurus untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga. Seperti mengikuti anjuran pola tanam antarwaktu dan antarwilayah sesuai manajemen tanam para champion. Begitu juga dengan pemilihan benih unggul, pupuk organik berkualitas, dan bangun kemitraan untuk jalin kerjasama.

“Terakhir, tingkatkan kualitas produk untuk supermarket dan ekspor segar dan olahan,” pungkas Suwandi.

Terenyuh hati ini ketika mendengar keluhan dari Pak Subhan seorang petani bawang yang hingga menahan air matanya saat kami berdialog di Desa Krasak, Brebes, Jawa Tengah. pic.twitter.com/KyJ4zlzceN— Sandiaga Salahuddin Uno (@sandiuno) February 11, 2019

Ekspor Bawang  Merah Indonesia Meningkat

Akhir November lalu, harga bawang merah sempat membaik. “Di tingkat petani saat ini sudah di harga Rp 14.000 – Rp 17.000 per kilo. Mudah-mudahan stabil,” ujar Wakil Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia, Ahmad Sholeh, Rabu, 21 November 2018.

Di tahun 2018 sendiri, Indonesia sudah benar-benar terlepas dari impor bawang merah. Hal ini dikarenakan terkendalinya pasokan. Sholeh menjelaskan bahwa akhir Desember kemarin, setidaknya daerah Brebes berhasil panen sekitar 2.700 ha. Sementara, per-Ha produktivitas mencapai 10 ton, yang artinya pada Desember daerah tersebut berhasil memanen 27 ribu ton bawang merah.

Tak hanya di Brebes, Jawa Tengah, daerah Jawa dan luar Pulau Jawa seperti Solok, Tapin, Enrekang, Bima, Lombok Timur juga digencarkan penanaman bawang dan cabai. Hal ini sesuai dengan target Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian. Di mana akhirnya pada 2016 lalu, pemerintah berhasil menyetop total impor bawang merah. Sementara mulai 2017, Indonesia sudah berhasil ekspor bawang merah ke beberapa negara tetangga mencapai 74.903 ton.

Capaian ini diperkuat dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan pada tahun 2017, ekspor komoditas hortikultura naik tajam. Khususnya untuk komoditas bawang merah yang mencapai 7.750 ton, naik 93,5 % dibandingkan 2016 yang hanya 736 ton. Maka tak heran, ada kenaikan nilai ekspor pertanian sepanjang 2016-2018, dari yang awalnya Rp384,9 triliun di tahun 2017, kemudian naik 29,7 persen menjadi Rp499,3 triliun di 2018.

Share: Viral #SandiwaraAnakMami dan Fakta Bawang Merah yang Sandiaga Perlu Ketahui