Internasional

Penyakit di Gaza Meningkat, Bencana Kesehatan di Depan Mata

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
Serangan Udara Israel ke Gaza/Al Jazeera

Sekitar 1,9 juta warga Gaza terpaksa meninggalkan rumah dan menjalani hidup di tempat penampungan penuh sesak dengan sanitasi yang buruk. Besarnya skala pengungsian di Jalur Gaza telah sebabkan peningkatan besar-besaran penyakit.

Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Wilayah Pendudukan Palestina, Richard Peeperkorn mengungkapkan, ada 60.000 kasus diare pada anak balita dan lebih dari 160.000 kasus infeksi saluran pernapasan akut. Selain itu, kudis, ruam kulit, cacar air, dan meningitis juga semakin meningkat seiring dengan trauma parah dan cedera tulang belakang.

Di sisi lain, para petugas kesehatan kekurangan kebutuhan dasar. “(Mereka juga) sepenuhnya sibuk dengan keselamatan keluarga mereka,” ujar Peeperkorn dalam laman resmi PBB.

Menurut Peeperkorn, sangat penting untuk membuat sistem layanan kesehatan primer berfungsi kembali. Serta, penting pula mengembalikan kesehatan ibu dan anak, perawatan kebidanan, pengobatan penyakit tidak menular, onkologi, dan dukungan kesehatan mental.

Ia menggambarkan situasi Gaza yang mana koridor dipenuhi pasien trauma di Rumah Sakit (RS) Al-Ahli di Kota Gaza, tempat para dokter merawat orang-orang tergeletak di lantai dengan kondisi bahan bakar, oksigen, makanan, dan air sudah langka. Serangan Israel telah sebabkan 70 persen pelayanan kesehatan primer di Jalur Gaza tidak berfungsi.

Ia mengungkapkan, RS Al Ahli sangat kekurangan staf di tengah tingginya kebutuhan kemanusiaan di bagian utara Gaza yang hancur. “Karena tidak dapat melakukan operasi pembuluh darah, staf terpaksa melakukan amputasi anggota tubuh. sebagai upaya terakhir untuk menyelamatkan nyawa,” tutur Peeperkorn.

Pendirian RS Lapangan

Ia menyebut wilayah selatan sebagai tulang punggung sistem kesehatan Gaza. Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) memulai persiapan untuk mendirikan RS lapangan bekerja sama dengan Masyarakat Bulan Sabit Merah Qatar di Provinsi Rafah. RS tersebut direncanakan memiliki 50 tempat tidur, termasuk ruang operasi, unit perawatan intensif, resepsionis, dan radiologi.

WHO menekankan pentingnya penambahan kapasitas rumah sakit di wilayah tersebut. Menurut otoritas kesehatan Gaza. Diketahui, hampir 50.000 orang terluka di Gaza sejak Sabtu (7/10/2023) dan sekitar 8.000 di antaranya memerlukan intervensi medis segera.

Baca Juga:

Album Born Pink BLACKPINK Laku Rp180 Ribu di Lelang Hakordia KPK

Pemerintah Akan Terbitkan Aturan Khusus Untuk Artificial Intelligence

Israel Banjiri Terowongan Hamas Dengan Air Laut

Share: Penyakit di Gaza Meningkat, Bencana Kesehatan di Depan Mata