Isu Terkini

Mahasiswa ITB Ciptakan TraffiQ, Aplikasi untuk Atasi Kemacetan

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
Ilustrasi Macet (Pixabay)

Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) menciptakan inovasi berupa sistem pengaturan lalu lintas yang diharapkan, mampu mengatasi permasalahan kemacetan di Kota Bandung.

Situs resmi ITB menyebutkan, TraffiQ dikembangkan tiga mahasiswa program studi Teknik Elektro ITB. Yaitu, Kendrik Emkel Ginting, Jalu Reswara Wiradjanu, dan Bella Sulistya Putri. Sistem yang dinamakan Traffiq ini, diciptakan untuk berfungsi sebagai Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL).

TraffiQ akan menggunakan metode reinforcement learning. Inovasi di bidang pengaturan lalu lintas tersebut muncul dalam ajang Electrical Engineering Days yang digelar di Aula Timur Kampus Ganesha ITB, Selasa (6/6/2023).

Reinforcement learning merupakan suatu metode yang memungkinkan alat tersebut dapat belajar secara mandiri,” demikian disampaikan informasi di situs tersebut.

Sistem tersebut, lanjut sumber yang sama memakai konsep pemberian rewards saat menghasilkan keadaan yang diharapkan pada lingkungan sekitarnya.

Selain itu, sistem ini juga memberikan punishment ketik menghasilkan keadaan yang tidak diahrapkan. Oleh sebab itu, TraffiQ dapat terus belajar dan mengoptimalkan kinerjanya seiring dengan berjalannya waktu.

“TraffiQ dibekali fitur dengan kemampuan mengendalikan dua persimpangan berdekatan secara efisien,” lanjut informasi dari situs tersebut.

Dengan menggunakan proses komputasi yang cepat, TraffiQ dapat melakukan perhitungan secara efisien, sehingga waktu respons terhadap perubahan kondisi lalu lintas dapat diminimalkan.

Selain itu, TraffiQ juga mempunyai mode dual, yaitu otomatis dan manual. Dalam mode otomatis, sistem akan mengatur lalu lintas secara mandiri berdasarkan kondisi yang diukur oleh sensor-sensor yang terpasang di jalan.

“Akan tetapi, jika diperlukan intervensi, sistem juga dapat beralih ke mode manual dengan mudah,” terang situs ITB.

Salah satu pencipta TraffiQ, Jalu Reswara Wiradjanu berharap inovasi tersebut dapat mengurangi kemacetan yang sering terjadi di Indonesia. Di sisi lain, TraffiQ juga mampu mengatur aliran kendaraan berdasarkan traffic counting.

“Dengan menggunakan data jumlah kendaraan yang melintas pada suatu waktu, sistem dapat menyesuaikan durasi lampu hijau atau merah pada APILL sesuai dengan kepadatan lalu lintas yang terdeteksi,” katanya.

Jalu pun mengharapkan, inovasi itu bisa membantu meningkatkan efisiensi lalu lintas di berbagai kawasan.

“Diharapkan dengan adanya TraffiQ, masyarakat dapat merasakan manfaatnya dalam mengurangi waktu perjalanan dan meningkatkan kualitas hidup,”  terangnya.

Share: Mahasiswa ITB Ciptakan TraffiQ, Aplikasi untuk Atasi Kemacetan