Isu Terkini

Pakar ungkap Kebocoran Data Beda dengan Kebocoran Genting dan Ban

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
Ilustrasi Antara

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud Md mengaku tidak ambil pusing dengan aksi peretas Bjorka yang disebut men-doxing dirinya.

Belakangan sang peretas mengungkap identitas pribadi sejumlah pejabat Tanah Air melalui kanal Telegram yang sengaja dibuatnya.

“Banyak yang japri (jalur pribadi) saya bahwa data pribadi saya dibocorkan oleh Bjorka hacker. Saya tak ambil pusing dan tak ingin tahu,” ucapnya melalui akun Twitter pribadinya, Selasa (13/9/2022).

Ia mengaku bahwa data pribadinya bukanlah hal yang rahasia. Sebab, data tersebut gampang didapatkan publik pada sejumlah situs di internet.

“Sebab data pribadi saya bukan rahasia. Bisa diambil dan dilihat di Wikipedia (Google), di sampul belakang buku-buku saya, di LHKPN KPK,” tutur Mahfud.

Respons Mahfud: Menanggapi hal itu, pakar keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya mengatakan, umumnya data pejabat publik memang terbuka. Namun, pada taraf tertentu serangan siber itu akan sangat mengganggu.

“Mungkin juga pak Mahfud tidak ingin menunjukkan bahwa oh ini signifikan atau tidak, (serangan Bjorka) itu dianggap tidak signifikan, supaya masyarakat tidak panik. Mungkin tujuannya kesana, tetapi kalau misalnya sampai orang dibocorkan datanya mau enggak mau harus mengganti nomor telepon, menonaktifkan WA (Whatshapp)-nya, itu signifikan harusnya, terganggu,” ucapnya kepada Asumsi.co, Rabu (14/9/2022).

Beda dengan ban dan genting: Ia mengingatkan, data yang bocor bisa di­copy dan dipakai berulang-ulang. Saat kebocoran data sudah tersebar di internet, tidak mungkin dibatalkan.

“Jadi, data itu tidak seperti genteng, genteng bocor, kamu tambal terus hilang bocornya, ban bocor ditambal, terus hilang bocornya, tetapi data bocor, sekali orang copy, selamanya,” tutur Alfons.

Serangan siber Bjorka merupakan kompilasi dari berbagai kebocoran data yang telah tersebar sebelumnya. Yaitu, kebocoran data PeduliLindungi, hingga kebocoran data KPU. Dari informasi vaksin dosis pertama dan kedua, kata dia, dapat diketahui bahwa Bjorka menggunakan data lama PeduliLindungi yang bocor.

“Kalau tidak ada vaksin ketiga memang itu informasinya memang data lama,” ujar Alfons.

Kata Alfons, jangan main-main dengan dampak aksi Bjorka, meski dari segi tingkat serangan siber dikategorikan rendah.

“Tetapi kategori rendah itu bukan berarti dampaknya rendah, jadi dampaknya itu silakan tanya anggota DPR Muhaimin Iskandar (Cak Imin), dia mesti keluar dari WA (Whatshapp) dan itu akan mengganggu kegiatannya sebagai anggota dewan,” tutur Alfons.

Banyak orang terganggu usai datanya disebar, bahkan harus mengganti nomor telepon. Meski banyak pejabat yang menyangkalnya, tetapi faktanya data yang dibocorkan cukup akurat.

Baca Juga:

Kemendagri Buka Suara soal Kebocoran Data Dukcapil

Pakar soal BSSN Sebut Aksi Bjorka Kategori Rendah: Silakan Tanya Cak Imin

Memburu Peretas Bjorka

Share: Pakar ungkap Kebocoran Data Beda dengan Kebocoran Genting dan Ban